Chapter 8

1074 Kata
  Nando belum bisa memejamkan mata. Bukan karena gelisah namun karena bahagia. Entah kenapa hatinya sedari tadi berbunga-bunga sejak mendengar ucapan dari Sanni yang mengatakan kalau Cinta tengah cinta mati padanya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Lelah berbolak-balik ke sana kemari, Nando pun memutuskan untuk turun dari ranjangnya dan keluar menuju beranda kamar. Dari kamarnya Nando bisa melihat kamar Cinta yang masih terang. "Apa gadis itu belum tidur?" tanya Nando pelan. Setelah mengucapkan pertanyaan tersebut, Nando melihat siluet seseorang yang berjalan pelan lalu kamar Cinta menjadi terang temaram. Mungkin kedua gadis itu hendak ingin tidur. Menikmati malam, Nando memilih berdiri di beranda kamarnya sembari menatap langit malam yang dihiasi ribuan bintang. *****   Sudah dua minggu kejadian tak tegur sapa antara Nando dan Cinta. Sungguh ini membuat Nando semakin uring-uringan. Mungkin tak hanya Nando saja, Cinta pun lebih parah dari cowok itu. Cinta bahkan sudah kehilangan nafsu makannya. Starla sebagai mami nya saja bingung harus berbuat apa pada sang anak semata wayang. Sampai akhirnya Starla mendatangi rumah Nando dan berbicara pada Dian yang sebenarnya terjadi pada Cinta. Disinilah Starla sekarang. Di ruang tamu keluarga Nando. "Sebenarnya. Maksud kedatangan aku ke sini ingin meminta solusi dari mbak Dian. Sungguh Mbak, aku kasihan lihat Cinta yang kehilangan nafsu makannya. Sejak pulang dari rumah mbak saat si abang tunangan, Cinta jadi sedikit pendiam." curhat Starla pada bunda Nando tersebut. "Mbak juga bingung Starla. Nando akhir-akhir ini juga suka uring-uringan. Suka ngelakuin sesuatu yang tak masuk di akal. Mbak bingung juga lihat Nando yang seperti itu." ucap Dian "atau ini ada hubungan sama mereka berdua?" tebak Dian yang membuat Starla bingung. "Maksud Mbak?" "Maksud Mbak itu, Cinta yang tak pernah main ke sini lagi itulah yang buat Nando kelabakan dan uring-uringan." jawab Dian sedikit ragu. "Atau coba nanti kita bicara dengan anak masing-masing." "Iya mbak. Semoga saja bisa ya mbak. Sedih aku lihat Cinta lemes gitu." "Iya Starla. Semoga saja." Starla dan Dian sama-sama terdiam, tanpa mereka sadari ada sepasang telinga sudah mendengarkan mereka sedari tadi. Ya, Nando yang awalnya hendak turun kebawah mengambil minum langsung terhenti di anak tangga saat netranya melihat Starla sedang duduk berbincang bersama bunda nya.  Dan pembicaran kedua orang tua itu adalah tentang dirinya dan Cinta yang akhir-akhir ini membuatnya bingung. Saat pembicaraan itu berakhir, Nando memutuskan untuk kembali ke kamar dan tak jadi mengambil minum ke bawah. Keesokan harinya, Nando yang baru saja menyelesaikan sholat subuhnya, langsung turun ke bawah saat ia melihat dari balik jendela, Cinta yang hendak lari pagi di hari minggu yang dingin. Dengan buru-buru Nando mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga dan langsung berlari ke luar pagar. Saat sampai di gerbang, Nando melihat Cinta sudah berlari lebih dulu. Dengan cepat cowok itu mempercepat langkahnya agar bisa menyamai langkah Cinta. Saat Nando sudah berada satu langkah di belakang gadis itu, Nando kembali bersikap cuek sampai ia melewati Cinta yang kaget dengan keberadaan Nando. "Tampan?" teriak Cinta tak percaya. Dengan jaimnya Nando melirik ke belakang lalu menatap mata Cinta membuat gadis itu ketar-ketir tak karuan. "Tampan?" ucap Cinta lagi lalu berjalan mendekati Nando dan menyamai langkah nya. "Tampan ikutan lari juga?" tanya Cinta antusias. Dalam ucapannya, tersirat rindu yang amat dalam pada cowok yang ada di sampingnya ini. Bahkan Cinta sendiri tak sadar sedari tadi sudah menatap Nando tanpa berkedip. "Hati-hati matanya ntar keluar." ucap Nando yang langsung membuat Cinta tersadar. "Ah? Hehehhe. Maaf. Tampan ikut lari juga?" "Yang Lo lihat?" tanya Nando balik dengan nada suara yang sedikit dibuat ketus. "Cih! Masih aja marah-marah. Ya udah deh, Cinta lari sendirian aja. Cinta duluan ya." pamit Gadis itu dan langsung melangkahkan kakinya hendak berlari. Namun masih juga langkah pertama, pergelangan tangannya langsung di tahan oleh Nando yang menyebabkan ayunan kedua kaki gadis itu terhenti. "Mau kemana?" tanya Nando dengan wajah polos. "Ha?" "Mau kemana?" "Mau—mau lari.!?" ucap Cinta yang kebingungan. Melihat wajah bengong Cinta, Nando langsung mengusapkan telapak tangannya di wajah gadis yang sedang berdiri plongo di hadapannya itu. "Bengong lagi ditanyain. Mau kemana?" ucap Nando bertanya. "Tam--tampan nanya sama aku?" sungguh, jika saat ini ia tak sedang jaim, Nando pastikan ia sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah bodohnya Cinta. "Ya iyalah nanya sama Lo. Ada orang lain apa di sini?" "Ya Allaaaah, akhirnya tampan mau juga bicara sama Cintaa. Alhamdulillah. Tampan nggak salah minum obat kan? Seriusan kan?" Nando mengernyit dan semakin ingin meledakkan tawanya, tapi masih berusaha ia tahan. "Dasar bodoh." ucap Nando sambil menoyor kepala gadis itu lalu melangkah menjauhi Cinta. 'Ya Tuhan, ini nyata atau bukan?' Cinta memukul-mukul pipinya untuk membuktikan kalau saat ini ia bukan sedang dalam keadaan bermimpi. Dan Cinta tiba-tiba terpekik saat seseorang mencubit pipinya cukup kuat. Dan si pemilik tangan itu adalah Nando. Nando sengaja balik kembali saat melihat Cinta yang masih sibuk memukul pipi sendiri di belakangnya. Dan tanpa ba bi bu Nando langsung mencubit pipi Cinta sampai membuat gadis itu berteriak kesakitan. "Udah sadar?" tanya Nando yang masih mencubit pipi Cinta. "Awww sakit. Sakit Tampan. Lepasin." rengek Cinta memohon. "Udah sadar belum?" "Udah. Udah. Udah banget malahan. Awww Bang Nando sakiit." Nando langsung melepaskan cubitannya dan menatap Cinta geli. Lalu menggeleng sebelum akhirnya memutuskan lari lebih dulu meninggalkan Cinta yang masih mengusap pipi bekas cubitan Nando tadi. ***** Nando sudah segar setelah olahraga paginya yang penuh kekesalan karena Cinta yang tak pernah diam. Gadis itu sangat cerewet. Bahkan ia bisa mengomentari seekor anjing yang sedang duduk sendiri di bangku taman dan mengatai anjing tersebut jomblo yang ditinggal sang betina. Apalagi tadi Cinta juga sempat-sempatnya mengomentari orang pacaran yang tengah suap-suapan bubur kacang hijau dengan ucapan yang sungguh membuat Nando ingin lari dari tempat tersebut. "Pacarnya baru lahir kemaren ya Mas? Kok makannya disuapin?" Kebayang kan gimana malunya Nando saat itu. Jika mengingat kembali kejadian di taman tadi, Nando lagi-lagi ingin bersumpah tak mau jalan-jalan dengan gadis itu kembali. Nando berjalan menuju meja makan untuk meraih toples kue berisi cookies coklat buatan sang bunda dan membawanya menuju ruang TV. Seharian ini ia berencana menghabiskan waktu di rumah sambil menonton TV. Sedangkan di seberang sana, Cinta tengah merekcoki sang mami minta diajarkan membuat cookie coklat yang Cinta tahu itu adalah kesukaan Nando. Ia ingin membuat makanan kesuakan sang calon pacar. Semenjak pertemuannya dan Nando tadi pagi, melihat respon Nando yang mulai berubah sedikit lembut padanya, Cinta kembali mendapatkan semangatnya untuk memperjuangkan cintanya pada sang Pangeran Tampan, Nando. Ia yakin, Nando akan menyukainya. Yang penting sekarang, ia harus belajar memasak khususnya kue-kue yang akan diberikan calon pacarnya yang akan OTW menjadi calon suami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN