OSPEK pun berjalan selama beberapa hari, dan selama beberapa hari itu juga Anjani dan Abi terlihat semakin akrab saja. Bahkan mereka berdua sering terlihat ber sama-sama dalam beberapa kesempatan. Banyak yang mengatakan bahwa Abi dan Anjani ini sudah memiliki hubungan pacaran. Namun dari Abi dan Anjani sendiri mereka belum berpacaran. Mereka masih stay saja dengan status mereka itu.
Di hari terakhir OSPEK, Abi, Anjani dan beberapa teman mereka yang lainnya ingin merayakannya dengan makan bersama. Mereka pun pergi ke CafeLa yang berada didekat Universitas Garuda. Kali ini mereka pergi bersama-sama ke sana.
Anjani duduk disamping Abi dan disamping kiri Abi ada Raya. Natya kalah start dengan Raya, karena tadi Natya pergi ke toilet terlebih dahulu. Maka dari itu tempat keinginannya itu pun sudah ditempati oleh Raya, yang juga menyukai Abi.
Kayaknya Raya juga suka deh sama Mas Abi. Aduh makin banyak aja nih saingan gua. Ga papa Natya, selama Mas Abi belum jadian sama Anjani lo masih punya kesempatan. Karena lawan terberat lo itu Anjani. Semangat. Batin Natya.
"Eh ayo guys gih pesan. Masa mau diem-diem aja nih kita wkwkwk" ujar Faris. Mereka pun akhirnya mulai membuka buku menu dan mulai memesan makanan. Setelah memesan makanan dan minuman mereka kembali mengobrol. Hanyut dalam obrolan mereka masing-masing. Mereka mengobrolkan banyak hal.
Namun saat mengobrol itu handphone Anjani bergetar, dan ada yang menelfonnya. Abi sempat melihat sekilas nama kontak yang menelfon Anjani itu. Dan nama itu adalah Arjuna. Walaupun hanya sekelebat saja, tapi Abi yakin bahwa nama kontak itu adalah Arjuna. Handphone Anjani lagi-lagi bergetar, tapi Anjani matikan lagi. Sampai akhirnya tiga kali Anjani melakukan hal itu, Abi pun berbicara.
"Diangkat dulu aja Jan, kali aja penting itu telfonnya" ujar Abi pada Anjani.
"Oh iya. Ya udah gua ke sana dulu ya mau angkat telfon" ujar Anjani pada Abi.
"Iya Jan" jawab Abi yang semakin curiga karena untuk mengangkat telfon itu saja Anjani harus pergi dahulu dari meja mereka. Namun Abi menghilangkan segala praduga yang bersarsng dikepalanya itu. Ia pun mulai mengobrol lagi bersama dengan teman-teman yang lainnya. Namun mereka semua dikejutkan ketika Anjani kembali ke meja mereka dan berpamitan untuk pulang. Mereka sangat terkejut akan Anjani yang berpamitan pulang itu. Abi pun sama terkejutnya.
"Jan, mau kemana? Gua anter ya?" tanya Abi kepada Anjani yang saat ini sedang membereskan barang-barangnya itu dengan sangat cepat sekali.
"Eh ga usah Bi, gua balik sendiri aja Bi. Ada acara dan gua lupa hehehe. Gua duluan ya guys. Have fun, sorry ga bisa ikut dulu. Maybe next time" ujar Anjani. Lalu setelah itu Anjani pun pergi meninggalkan CafeLa itu. Anjani pulang dengan mobilnya. Sementara beberapa mahasiswa disana tampak heran dengan kepergian Anjani yang tiba-tiba itu. Mereka seperti memikirkan hal yang sama, yaitu ada yang disembunyikan oleh Anjani dari mereka semua. Mereka pun sangat penasaran.
Sementara Abi sedari tadi mulai menyambungkan puzzle-puzzle yang bersarang dikepalanya itu. Mulai dari Anjani tadi menolak panggilan dari kontak yang bernama Arjuna. Ya walaupun Abi tidak yakin jika Arjuna itu adalah Arjuna yang merupakan kakak tingkatnya. Lalu tadi Anjani yang menerima telfon dari Arjuna itu dan setelahnya Anjani buru-buru pergi meninggalkan Cafe ini. Abi sangat bingung.
Sebenarnya ada apa ini Jan? Ada hubungan apa lo sama Arjuna? Apa Arjuna yang nelfon lo tadi itu Kak Arjuna kakak tingkat kita? Kenapa lo pergi ninggalin berbagai macam tanya yang berkecamuk dikepala gua Jan? Batu Abi penuh tanya.
Makanan mereka semua pun sudah datang. Dan tadi sewaktu Anjani pergi, Natya pun mulai pindah ke dekat Abi, dengan beralasan bahwa kursinya tidak enak.
Natya tentunya sangat senang karena ia bisa bersandingan lagi dengan Abi. Kali ini mereka pun makan dengan nikmatnya. Walaupun Abi masih memikirkan Anjani yang memang tidak bisa bisa hilang dari kepalanya itu.
Mereka pun sudah selesai makan. Saat ini mereka semua pun sudah keluar dari CafeLa dan membubarkan diri mereka. Disana tersisa Natya yang sedang menelfon Abangnya dan juga Abi yang baru saja keluar dari CafeLa. Natya sangat panik sekali karena Abangnya tidak kunjung mengangkat telfonnya itu. Padahal hanya abangnya lah yang biasa menjemputnya dirinya. Ia sudah ingin menangis saja saat itu. Sampai akhirnya Abi mendekati Natya yang sudah berkaca-kaca matanya.
"Nat? Kenapa? Ada masalah?" tanya Abi kepada Natya dengan suara seraknya.
"Ah Abi, lo belum balik ya? Hehhe ga papa. Ini cuman gua nelfon abang gua dari tadi ga diangkat-angkat terus. Padahal cuman abang gua yang biasanya jemput gua. Mungkin lagi tidur kali ya heheh" ujar Natya berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya. Karena jujur saja Natya sangat cengeng dan ingin menangis saat ini juga. Ia juga tidak bisa naik angkutan umum karna ia takut sekali menaikinya.
"Oh gitu rumah lo dimana?" tanya Abi kepada Natya sembari melihat mata Natya yang sudah berkaca-kaca itu. Natya seperti ketakutan sekali.
"Jalan Palm Merak. Komplek Merak Bi" ujar Natya menjawab pertanyaan Abi.
"Oh sejalan sama gua. Kalo gitu bareng gua aja. Biar gua anterin" ujar Abi menawarkan kepada Natya. Yang tentu saja Natya sangat terkejut mendengarnya.
"Eh, bareng sama lo? Lo serius? Ga ngerepotin kan?" tanya Natya takut merepotkan Abi itu. Namun ia berharap Abi mengatakan bahwa ia tidak merepotkan. Karena ini juga merupakan salah satu mimpi dari Natya yaitu ia bisa pulang bersama dengan Abi. Ia sangat berharap jika saat itu nantinya akan benar-benar terjadi.
"Ga lah, searah juga kok Nat, yuk keburu malem ntar" ujar Abi mengajak Natya masuk ke mobil Abi. Dan Natya pun sudah masuk ke mobil Abi. Ia duduk di samping Abi, tempat dimana biasanya Anjani lah yang berada di tempat ini. Namun sekarang Natya lah yang menempatinya. Ini berasa mimpi untuk Natya. Mimpi yang indah.
"Oh My God. Gua ga nyangka bisa semobil sama Abi astaga. Ini mimpi ya astaga. Pasti ini mimpi deh gua yakin" ujar Natya lagi-lagi keceplosan dia.
"Ini bukan mimpi kok Nat, real ini wkwkw" jawab Abi kepada Natya yang membuat Natya sadar jika lagi-lagi ia keceplosan kepada Abi. Ia sangat malu.
"Eh sorry ya Bi, gua emang suka gini maaf ya heehe" ujar Natya dengan malu.
"Ga papa lah Nat, lo lucu kok wkwkw gua seneng denger kalo lo lagi keceplosan gitu. Buat gua jadi ketawa ngakak. Hahaha" ujar Abi sembari ia tertawa ngakak. Hal yang belum pernah Natya lihat sebelumnya. Dan sekarang ia melihatnya dengan jelas. Dan juga tawa itu berasal atau disebabkan oleh Natya. Natya sangat senang sekali karena ia bisa menjadi penyebab dari Abi bisa tertawa dengan seperti itu.
"Nat, ini terus kemana lagi jalannya?" tanya Abi kepada Natya yang tersenyum.
"Ah iya Bi, nanti di belokan depan ke kiri ya. Rumah nomor 10 ya" ujar Natya.
"Itu rumah lo Nat?" tanya Abi saat mereka sampai didepan rumah Natya itu.
"Bukan lah Bi, ini rumah Mama sama Papa gua. Gua mah belum punya" ujar Natya keapda Abi. Membuat Abi tertawa karena Natya lagi-lagi melucu.
"Hahaha iya-iya deh terserah lo aja. Kalo gitu gua pulang dulu ya. Lo masuk gih udah malem ini" ujar Abi kepada Natya dan Abi pun pergi dari rumah Natya.
Sementara Natya masuk ke rumahnya dengan perasaan yang senang sekali.