“Tidak, aku sama sekali tidak tahu,” kata Naya. “Aku kira kalau aku salah mengambil tikungan di Kampung Melayu itu… Aku cuma ingin pulang ke Commodore. Bisakah anda menunjukkan arahnya padaku? Maksudku, kalau anda tidak keberatan.” Keraguan telah pudar di wajah pengawal bertubuh besar itu. Sambil melongok di jendela. Dia mulai menunjukkan dengan jarinya jalanan di peta itu, dan mengatakan sesuatu dalam bahasa Inggris yang logatnya medok. Jarinya yang menunjuk peta itu terasa di paha Naya. Gadis itu memegang peta kuat kuat dengan kedua tanganya sehingga bisa sewaktu waktu membelah kertas tipis itu menjadi dua. Pikirannya bekerja secepat kilat. Buat orang itu sibuk, Naya. Naya meletakkan tangannya pada lengan orang itu dan memberikan senyumannya yang begitu hebat. “Anda penolong hidupku.