Night dan Kecurigaan Day 2

796 Kata
Di The Emphasize Grand Mall. Hari ini untuk pertama kali dalam hidupnya. Kishi Kai akan pergi berkencan dengan seorang perempuan. Dengan ini sudah dipastikan kalau ia berhasil memenangkan taruhan dengan Adinata. Tapi, masalah terbesarnya saat ini sebenarnya bukan soal itu lagi. Sepanjang perjalanan. Zania terus memancing banyak obrolan pada Kishi Kai. Yang ia bicarakan juga bukan soal Fisika saja seperti yang pernah ia dengar dari Pak Dawani. Ia banyak menceritakan tentang kehidupannya di kampus dan kegiatan perkuliahannya, pertemanannya dengan golongan multi etnis, berbagai macam pendidikan yang ia jalani, hobi yang kerap ia lakukan di sela waktu kosong, sampai segala macam hal yang menarik di matanya. Kishi Kai terus saja tersenyum kala mendengarkan semua cerita gadis cantik dan menarik itu. Ia suka mendengar ceritanya. Kehidupannya yang lain. Kehidupannya yang terasa baru dan semakin berwarna. “Kamu kok malah diam saja, sih?” tanya Zania sambil mengerucutkan bibir. Ia merasa diabaikan oleh sikap Kishi Kai. “Aku dengar, kok. Aku ini sangat suka mendengar semua cerita kamu. Sampai jadi malas untuk memotong,” jawab Kishi Kai. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Kishi Kai atau Night menemukan sesuatu atau sesorang yang lebih menarik ketimbang Day, kebab, atau Fisika. Zania namanya. “Apa ada hal lain yang lebih kamu sukai ketimbang Fisika?” tanya Zania. Kamu, batin Kishi Kai cepat. Ia menjawab, “Kebab.” “Aku ini kurang suka makan daging. Aku sudah terbiasa jadi vegetarian sejak kecil,” beritahu Zania kemudian. Mendengar hal lain yang pemuda di hadapannya sukai selain ilmu favorit mereka berdua. Kishi Kai tersenyum simpul. “Kebab zaman sekarang kan tidak harus dibuat dari daging hewani. Sekarang daging juga bisa dibuat dari lemak nabati dan batang tumbuhan. Setelah itu tinggal diberikan perisa untuk memberi efek rasa daging hewan,” beritahu Kishi Kai. “Bukankah begitu?” tanyanya. Zania mengalihkan pandangannya dari wajah Kishi Kai. Mengedarkan pandangan ke sekitar. “Kamu tau? Di Rusianapolish… aku hanya memakan sandwich yang didesain khusus untuk para vegetarian maupun vegan. Jarang sekali bisa mengonsumsi makanan yang lain. Aku juga hanya mengonsumsi pengemulsi dari berbagai macam vitamin agar kebutuhan tubuhku sepenuhnya terpenuhi. “Benar-benar tidak asik, ya. Ha ha ha ha ha ha ha,” tawa Zania dengan suaranya yang renyah dan enak untuk didengar. “Kamu sendiri bekerja di tempat macam apa, sih? Kamu menceritakan banyak hal sejak tadi. Tapi, belum satu pun soal pekerjaan maupun tempat kerjamu,” tanya Kishi Kai. “Oh, kalau aku sih bekerja di suatu badan penelitian yang memiliki nama Märchen. Märchen Intitute aslinya berasal dari Jermannapolish. Tapi, juga dibangun salah satu cabangnya di Rusianapolish karena subjek yang kami teliti lebih mendukung dengan keadaan alam di sana,” jawab Zania. “Das Märchen ist eine kürzere Prosaerzählung, die wunderbare Begebenheiten zum Gegenstand hat. Märchen sendiri merupakan prosa pendek yang memiliki peristiwa dan tema yang ajaib. Apa alasan tempat kerja kamu menggunakan nama yang terdengar fantasi itu?” tanya Kishi Kai. “Karena Märchen Intitute adalah lembaga penelitian yang ingin mewujudkan segala macam khayalan terdalam manusia. Tentang teknologi. Tentang kemampuan tenaga dalam. Tentang sihir dan hal-hal fantastis lainnya. Contohnya seperti proyek yang sedang timku kerjakan saat ini,” jawab Zania. “Apa itu?” tanya Kishi Kai. Zania mendekatkan tubuhnya ke arah Kishi Kai. Mereka berdua tengah duduk di bangku yang menghadap pemandangan indah ibukota Jakarta. Tatapannya di mata Kishi Kai seolah terdengar seperti, aku bahagia karena kita bisa bicara dan saling memahami antara satu sama lain. “Märchen Intitute terbagi menjadi beberapa tim yang dipimpin oleh satu orang profesor. Setiap tim di Märchen Intitute menggawangi penelitian tentang berbagai macam aspek kehidupan pada manusia. Seperti badan statistic negara. Para agen dari Märchen Intitute akan disebar ke seluruh penjuru dunia untuk mengumpulkan data akan tema penelitian yang paling menariku untuk masyarakat luas,” terang Zania. Kegiatan yang bisa semasif itu pasti membutuhkan banyak dana. Sponsornya Märchen Intitute ini siapa, ya, tanya Kishi Kai dalam hati. “Setelah beberapa tahun mengumpulkan data. Tim yang bergerak dalam bidang lain di Märchen Intitute akan melakukan berbagai macam peninjauan ulang akan seluruh pendapat yang berhasil dikumpulkan. Dari semua itu akan diputuskan satu atau beberapa tema yang akan diteliti secara serius. Setelah semua tahapan itu, Märchen membagi ilmuwannya ke beberapa tim yang meneliti topik-topik berbeda,” terang Zania lagi. “Kedengarannya sangat menarik. Yang mendirikan Märchen Intitute itu siapa? Apakah dia semacam badan internasional seperti United Earth?” tanya Kishi Kai semakin mengembangkan topik obrolan mereka. “Kalau soal hal yang seperti itu kalau boleh jujur sebenarnya aku tidak begitu peduli,” jawab Zania dengan entengnya. Ah, lupa. Yang bisa menarik atensi perempuan ini kan hanya ilmu pengetahuan dan orang yang pintar. Dia tidak akan mungkin sudi mengisi memori otaknya yang berharga untuk sesuatu yang tidak penting seperti itu, batin Kishi Kai. “Aku jadi ingin tau apa hal yang paling menarik untuk warga Bumi,” tanyanya. “Sebenarnya ada beberapa tema menarik yang berhasil lolos seleksi masuk. Tapi, yang digawangi timku sendiri adalah tema yang bertajuk soal CFC alias Cloudsdale Floating City. Sebuah pembangunan kerajaan di atas awan yang sama sekali tidak bisa dilihat,” jawab Zania. Semangatnya membuncah kala berbincang dengan pemuda bernama Kishi Kai itu. Ia “tidak salah pilih”. T B C ~

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN