4 | Sempurna

1394 Kata
♥●♥●♥ Kinara Respati...     Ajisaka kembali mengeja nama gadis belia yang beberapa bulan ini mengganggu pikirannya. Dalam pandangannya, gadis itu cukup baik, sangat memukau ketika menyihir para penonton dengan suara indahnya saat tampil diatas panggung. Sedikit pendiam namun bisa bersikap tegas pula ketika ada yang mengusik hidupnya.     Sama seperti ketika satu bulan yang lalu, saat Ajisaka tiba-tiba saja melamarnya. Iya kalian tak salah baca, me-la-mar gadis itu untuk diperistri. Meski Ajisaka sendiri sadar sesadar-sadarnya bahwa ia kini juga seorang pria beristri. Tapi entah kenapa ketika melihat Kinara, ia merasa tak rela jika gadis yang telah menerangkap hatinya itu dimiliki orang lain. Kinara harus jadi miliknya. Kalimat itu yang ia ikrarkan berkali-kali dalam benaknya.     Iya, memang sebagian orang mungkin akan berpikir dirinya lelaki buaya, karena ingin memiliki Kinara saat dirinya sudah memiliki seorang istri, pun seorang anak. Wenny, namanya istrinya. Wanita yang ia nikahi lima tahun silam. Wanita yang sudah memberinya buah hati cantik bernama Anggita. "Pak Aji." panggil seseorang dari balik pintu yang setengah terbuka. "Masuk Ren," jawab Ajisaka mempersilahkan Rendi, asistennya, untuk masuk dan memberikan beberapa laporan penjualan yang diminta beberapa saat lalu. "sudah dicek ulang semua?" tanya lelaki tinggi itu. "Sudah pak, sore ini barang sudah siap kirim ke Magetan dan Surabaya." jawab sang asisten. "Oke good, berarti kerjasama kita dengan Wojo tekstil berjalan lancar sebagaimana mestinya." "Iya pak," jawab sang asisten sambil menerima satu persatu lembar laporan yang sudah ditandatangani oleh Ajisaka. "Hmm... Pak, mengenai gadis yang kemarin,"     Ajisaka menghentikan gerakan tangannya menorehkan tanda tangan. Mengerjap beberapa kali dan menengadahkan pandangannya menatap Rendi. Menunggu pria muda kepercayaannya itu melanjutkan kalimatnya. "Saya sudah mencari informasi tentang dia, hmm... Kinara maksud saya." "Hmm... Informasi apa saja yang kamu dapatkan?" sang atasan merebahkan duduknya bersandar pada sandaran kursi tingginya. "Gadis itu berasal dari Rembang selatan, sulung dari tiga bersaudara. Dia ikut dengan group Moko sejak empat tahun terakhir, demi membantu perekonomian keluarga. Hmm... dia juga putus sekolah menengah atas ketika masih kelas satu pak. Hmm.... lalu.. " "Lalu? lanjutkan." Ajisaka memicingkan matanya. "Dia sedang dihimpit masalah keuangan juga sekarang. Dua hari lalu dia mencoba meminjam uang pada beberapa rekannya, katanya untuk.. biaya sekolah adik bungsunya. Karena tidak ada yang meminjami, ia terpaksa menggadaikan beberapa perhiasan dari hasil kerjanya." "Oke terimakasih, kirim alamat lengkapnya pada ponsel saya. Secepatnya Ren." putus Ajisaka pada akhirnya. "Baik pak." "Aah... satu lagi, besok kamu temani saya kerumah gadis itu." "Besok pagi bapak ada meeting dengan supplier batik dari Jogja pak." "Setelah meeting maksud saya." tutup Ajisaka. "Ba-baik pak." pemuda bernama Rendi itu membungkuk sekilas dan keluar dari ruang kerja Ajisaka.     Ajisaka mengetuk-ngetukkan ujung jarinya diatas meja. Mencoba berpikir harus dari sisi mana lagi ia mendekati Kinara sejak penolakan gadis itu beberapa waktu lalu. Namun Ajisaka tak gentar, niatnya untuk mendapatkan hati Kinara  tak goyah sedikitpun. Pria tegap itu diam sejenak, membiarkan otaknya untuk berpikir, hingga ia bergumam lirih. "Aku pasti akan mendapatkanmu Kin."     Hingga setelah menjanjikan tekadnya,. pandangan pria itu teralihkan pada ponselnya yang bergetar. Nama sang asisten muncul dilayarnya. Secepat kilat Ajisaka membaca pesan dari Rendi yang mengirimkan alamat lengkap rumah orang tua Kinara di kampung. **** "Bu, kenapa tiba-tiba minta Kinar pulang sih? tadi sepanjang perjalanan Kinar panik karena HP Anis gak bisa dihubungi." seloroh Kinara ketika melihat ibunya baru saja pulang dari pasar.     Dengan tergopoh-gopoh ia mendekat pada sang ibu lantas kedua tangannya mengambil alih seluruh barang belanjaan sang ibu untuk keperluan warung kecilnya. Warung kelontong yang sedari ia kecil sudah banyak membantu perekonomiannya keluarga mereka. Selain pekerjaan sang ayah di pasar sebagai penjual gerabah. "Adikmu kan sedang ujian, mungkin ponselnya sedang dimatikan." Perempuan paruh baya itu duduk disebelah putri sulungnya setelah menenggak segelas air dingin diatas meja ruang tamu mereka. "Terus? Kenapa Kinar diminta cepet-cepet pulang?" "Kamu keberatan toh ibu minta pulang?" "Gak gitu Bu.... Kinar cuma khawatir aja sama ibu, sama bapak juga." "Ibu sama bapak gak kenapa-napa nduk. Justru ibu minta kamu pulang karena ibu dan bapak punya rezeki berlebih yang tak disangka-sangka." ujar wanita itu dengan segaris senyum yang membuat wajahnya nampak lebih cerah. "Alhamdulillaah... hasil warung sama jualan dipasar bagus ya Bu? Buat ibu sama bapak aja, buat keperluan adik-adik juga." "Bukan nduk, dua hari lalu ada mas-mas kesini kasih bantuan banyak banget," "Oya? Bantuan apa? Program dari pemerintah gitu?" "Gak tau sih nduk, pokoknya mereka kesini bawa mobil. Yang turun cuma satu sih. Ngasih sembako banyak banget, beras aja sampe dua karung, minyak goreng, gula, apalagi ya... Ah sama amplop, pas dibuka..." ibu Kinaramerubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan sang putri. Sorot matanya nampak antusias sekali menceritakan perihal rezeki nomplok yang baru ia terima. "Isinya uang banyak banget nduk, sampe sepuluh juta. Ibu sampe bingung ini dia dari siapa hingga keluarga kita dapat rejeki dadakan seperti ini." "Kok banyak banget Bu? Bantuan dari siapa?" "Gak tau nduk, mas-mas nya cuma bilang, ini rejeki buat keluarga kita. Gak boleh ditolak, insyaallah halal. Gitu katanya nduk." "Kayak gimana orangnya?" Kinara makin penasaran. Jaman seperti sekarang tentu saja sulit menemukan hal seperti ini kan? "Apa jangan-jangan program yang di TV itu ya Bu? Yang apa tuh namanya... uang kejut bukan? Yang mister money money itu mungkin ya?" Kinara mengerutkan kening mencoba mengingat salah satu program kemanusiaan yang sering dilihat Puspa, sahabat satu kamarnya. "Mungkin nduk, mas-mas nya masih muda, ganteng pisan. Ada satu lagi yang dimobil gak ikut turun, jadi ibu gak keliatan jelas gimana wajahnya." "Hmm.. iya deh bu. Dari siapa pun Kinar cuma bisa bersyukur dan berterima kasih. Semoga orangnya selalu sehat dan berkelimpahan rezeki ya Bu." "Iya Amin." jawab sang ibu. Tak seberapa lama, ibunya masuk ke dalam kamar mengambil amplop yang tiba-tiba diberikan pada Kinara. "Ini kamu bawa.." seru sang ibu. "Gak usah Bu, Kinar kan udah kerja." potong Kinara menahan tangan ibunya. "Ibu kan bilang, rezeki gak boleh ditolak. Minggu lalu kamu udah susah payah ngirim uang buat sekolahnya Anis. Ibu tau kamu pasti jual beberapa perhiasan kamu kan." ibu Kinara melirik kearah jemari tangan Kinara yang polos.     Sontak Kinara menarik kedua tangannya dan menyembunyikan dibelakang punggung. "Buat adik-adik apapun Kinar rela berikan Bu, asal mereka gak putus sekolah kayak mbak nya ini." Kinara tersenyum ceria menutupi perasaan sedihnya tiap kali mengingat begitu inginnya ia menuntaskan sekolah. Dulu. "Naah, ini kan sekarang ada rejeki lebih nduk. Pokoknya ini kamu bawa ya. Buat ganti uang sekolahnya Anis yang kemarin." Ibu Kinara memasukkan paksa amplop yang digenggamnya ke dalam tas anaknya.     Menjelang sore hari Kinara terpaksa pamit dari rumah orang tuanya. Karena malam ini ia ada tawaran menyanyi disalah satu gedung serbaguna, tempat berlangsungnya resepsi pernikahan salah satu putra pengusaha ternama dari Rembang Utara. Tak hanya hanya sendiri, Kinara didapuk mengisi acara berdua dengan rekannya yang bernama Bimo. Pria berperawakan kurus yang memiliki suara bariton yang khas yang sering diduetkan dengannya.     Para tamu undangan yang semakin banyak, menambah semarak gelaran resepsi sang tuan rumah. Saat lagu ketiga dinyanyikan, lagu yang diminta langsung oleh sang mempelai, 'Akad' dari payung teduh. Sudut mata Kinara menangkap sepasang netra yang menatapnya dengan tatapan tajam. Ajisaka. "Bila nanti saatnya telah tiba Kuingin kau menjadi istriku Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan Berlarian ke sana kemari dan tertawa. Namun bila saat berpisah telah tiba Izinkan ku menjaga dirimu Berdua menikmati pelukan di ujung waktu Sudilah kau temani diriku."     Tepat ketika Kinara dan Bimo menuntaskan lagunya. Ajisaka nampak berjalan santai mendekat kearah panggung. Meninggalkan sesosok wanita cantik yang dari tadi bersisian dengannya. "Kita ketemu lagi ya Kinar, jodoh mungkin ya?" bisik Ajisaka ketika berdiri didepan Kinara. Membuat gadis itu mematung dan salah tingkah menghindari tatapan Ajisaka. "Mau request lagu pak?" sapa Bimo ramah ketika ia ikut mendekat dibelakang Kinara. "Ah... Iya, 'Sempurna' ya." jawab Ajisaka dengan senyum lembut seraya memasukkan salah satu tangannya kedalam saku celana. "Andra and the back Bone?" tanya Bimo memastikan. "Iya." "Mau ditujukan untuk pengantin atau pasangan anda pak?" tanya Bimo lagi. "Untuk rekan duet anda yang malam ini tampak begitu sempurna, Kinara." jawaban yang sontak saja membuat Kinara dan Bimo membolakan matanya seketika. Gila saja pria ini, bisa-bisanya request lagu untuk memuji gadis lain ketika istrinya berada tak jauh darinya. . . Bersambung yaa.... ( ˘ ³˘)♥ ➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜ Doakan aku mulai rajin update dilapak ini yaa,... kutunggu komenmu gengs ( ˘ ³˘)♥ Jangan lupa follow i********: dan sss @rinai.hening juga buat info update-update ku yaa... love you all. Mbak Li, (◠‿◕)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN