12 | Secret Admirer

1149 Kata
♥●♥●♥ Sudah hampir tiga puluh menit Kinara duduk disalah satu sudut di Pijar Cafe. Sore ini Kinara memutuskan mendatangi cafe yang direkomendasikan oleh Ajisaka satu minggu yang lalu, setelah ia membuat janji dengan penanggung jawab cafe ini tentunya. "Hai..." sapa seorang pria dengan bersuara berat yang langsung duduk dihadapannya. "Kinara ya?" lanjutnya seraya mengulurkan tangan. "Hai, iya saya Kinara." gadis itu menyambut uluran tangan si pria. "Saya Prima, manager di cafe ini. Mas Willy selaku owner sedang dikuar kota jadi saya yang menggantikannya sementara." katanya memperkenalkan diri. "Oh.. oke mas Prima. Jadi gimana dengan resume saya kemarin?" "Saya udah baca sekilas, sebenernya gak perlu seformal itu kok sampe kamu ngasih resume ke kita. Cukup kamu datang kayak gini aja." jawabnya sambil tersenyum ramah. "Kalo kamu gak keberatan kamu bisa mulai nyanyi disini besok sore, jam 6 udah stand by disini ya, paling sampe jam 10 malam aja kok. " "Siap mas." Kinara mengangguk mantap. "Cuma hari Jumat Sabtu dan Minggu kok, karena Senin sampe Rabu ada Laras yang handle. Weekend dia gak bisa karena ada kuliah malam." Kinara mengangguk lagi. Sampai salah satu waitress menghampiri mereka berdua dengan membawa nampan berisi 2 lemon tea dan sepiring churros cheesecake. "Oiya ... tentang gaji nanti kamu akan terima harian yaa Nar, tapi akan kami berikan setiap akhir bulan. Gimana?" "Gapapa mas, saya ngikut gimana biasanya disini aja." "Makan dulu Nar, ini menu andalan cafe kita. Kamu kan besok udah jadi bagian dari Pijar cafe, cuss diincip dulu salah satu menunya." jeda Prima begitu sang waitress meletakkan camilan di atas meja. Kinara mengangguk pelan pada Prima yang dengan ramah menyambutnya. "Saya tinggal keatas dulu ya." pamit pria jangkung itu. Menikmati camilan asal Spanyol itu dengan pelan, Kinara mengamati cafe yang mulai besok manjedi tempat kerjanya ini. Cafe ini didominasi warna putih dan coklat kayu memberikan kesan nyaman, hangat dan menambahkan nuansa alam. Terdapat mini bar dengan deretan kursi kayu tinggi disebelah utara, dekat dengan meja barista. Sedangkan disebelah kanan terdapat sofa-sofa tunggal berwarna coklat muda dengan gaya industrial pada interiornya. Disebelahnya terdapat pintu geser kaca berukuran besar yang terhubung dengan bagian outdoor yang sangat cantik karena dihiasi lampu-lampu gantung berwarna kuning. "Nar, ini ada kaos dengan logo Pijar cafe, pake hari Jumat aja." Prima menyerahkan kaos berwarna biru tua dengan logo Pijar cafe bergambar cangkir kecil dibagian dadà. "Thanks mas." Kinara tersenyum menerima kaos tersebut. "Kamu kost dimana Nar?" "Di daerah Kutoharjo mas." "Oke sip, disini ada karyawan yang rumahnya daerah sana. Namanya Ranti, misal pulang terlalu malam nanti kamu bisa bareng dia." "Iya mas." "Nah itu dia," Prima mengendikkan dagu pada gadis cantik dibelakang Kinara. "Ran, sini." Prima melambaikan tangan. Gadis berlesung pipi itu mendekati tempat duduk Prima dan Kinara. "Ran, kenalin ini Kinara, mulai besok nyanyi disini gantian sama Laras." Prima memperkenalkan mereka. "Haii.. aku Kinara." Kinara mengulurkan tangan. "Ranti." jawabnya menjabat tangan lawan bicaranya. "Tempat tinggal kalian deketan, kalo pulang malam kalian barengan ya." seru Prima. "Siap boss." jawab Ranti mengangkat ibu jari kanannya. "Nar, Prim aku balik gawe dulu ya. Senang berkenalan ya Nar.." pamit Ranti menepuk pundak Kinara. "Oke Ran." suara Prima dan Kinara bersamaan. "Terus nanti balik gimana Nar?" tanya Prima lagi. "Tadi pinjem motor temen sih mas, gampang lah." Kinara memang meminjam motor matic milik Puspa tadi. Beruntung Puspa sedang kerja shift pagi, jadi sore hingga malam Kinara bisa meminjam motornya. ▪️▪️▪️▪️ Nasi goreng udang spesial buatan Kinara sudah siap terhidang dimeja kecil dikamar yang ditempatinya bersama Puspa. "Wiiih... wangi banget, masak kamu Nar?" tanya Puspa begitu ia keluar kamar mandi. Kedua tangannya sibuk menggelung rambut yang setengah basah dengan handuk warna pink nya. "Iya dong, mulai nanti malam aku nyanyi di Pijar cafe Pus, udah gak keliling lagi sama Senorita. Syukuran kecil-kecilan nih." jawab Kinara sambil mengendikkan dagu kearah meja didepannya. "Lancar semalem interviewnya?" Kinara mengangguk. Semalam saat Kinara pulang dari Pijar cafe, sahabatnya ini sudah terlelap tidur, jadi ia tak sempat menceritakan kelanjutannya pada Puspa. "Kayaknya enak kerja disana, tempatnya homie banget Pus, temen-temen kerjanya juga ramah." ungkap Kinara. "Syukurlah Nar, semoga betah yaa. Setidaknya aku udah tenang kamu gak kerja yang pindah-pindah lokasi lagi." "Humm... tapi sebenernya aku juga berat pisah sama anak-anak senorita. Tapi Moko yakinin aku kalo ini udah keputusan yang terbaik. Aku juga masih trauma sama... hmm.. sama yang kemarin itu Pus." lirih Kinara. "Udah... udah gak usah dibahas kejadian yang kemarin itu. Yang penting sekarang kamu udah punya pekerjaan yang baru." Puspa mengusap pelan lengan Kinara. "Hmm... yukk sarapan dulu gih sebelum berangkat kerja." ajak Kinara pada Puspa. Malam harinya Kinara dengan semangat berangkat ke Pijar cafe menggunakan jasa ojek online yang sudah ia pesan. Gadis itu makin cantik mengenakan kaos berlogo tempatnya bekerja dipadukan dengan rok sebatas betis berwarna krem, juga syal cantik berwarna krem cerah yang menghiasi lehernya. Pukul setengah tujuh ia sudah sampai di pijar cafe. Masuk melewati pintu samping yang kemarin ditunjukkan oleh Prima, Kinara sempat diperkenalkan dengan beberapa teman bandnya yang baru. "Nervous?" tanya Timmy selaku keyboardis. Namanya Timothy, tapi semua orang memanggilnya Timmy. "Sedikit sih, biasalah tempat baru." jawab Kinara singkat. "Aku tunggu didepan ya." "Oke Tim," Kinara mengangkat ibu jarinya. Gadis itu masih merapikan lagi rambut panjangnya yang kini ia kepang lalu digelung sederhana dibelakang tengkuk. Dibiarkannya poni yang sudah memanjang menghiasi sebagian keningnya. "Kinara," panggil Ranti dari arah pantry. "Ada kiriman nih." lanjutnya lagi. "Apaan?" Kinara keluar dari pantry, menghampiri teman barunya itu. "Niih..." Kinara terbelak ketika Ranti menyerahkan buket mawar putih berukuran besar padanya. Cukup besar karena hampir menutupi hampir seluruh wajah Ranti. "Taruh dimana Nar?" "Lah, nggak tau juga. Segede ini Ran, dari siapa sih?" Kinara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ada kartunya tuh diatas." tunjuk Ranti kearah kertas dengan pita warna merah maroon. Kinara mengambil kartu tersebut setelah meletakkan buket bunga itu didekat kursi tinggi diatas panggung tempatnya akan bernyanyi. "Ciee.. Kinara.. hari pertama udah punya fans aja." celetuk Timmy yang mendekat karena penasaran. "Dari siapa?" tanyanya kemudian. Ranti mengangkat bahunya tanda tak tau. Mereka berdua mengapit Kinara tepat disebelah kanan dan kiri. Tentu saja dengan raut wajah yang menanti jawaban dari gadis bersurai panjang itu. 'Dear Kinkin, semoga betah dengan pekerjaan barunya. Buka lembaran baru dan lupakan masa lalu. Sekali lagi selamat ya cantik, semoga suka dengan bunganya.' Kinkin..? Oke , meski tanpa nama pengirim, Kinara sudah tau siapa pengirim buket bunga ini. The one and only. Ya siapa lagi kalau bukan Ajisaka Wardhana si casanova. "Siapa Nar? Kok gak ada nama pengirimnya." tanya Ranti lagi. "Secret admirer." jawab Kinara santai, lantas melipat kartu ucapan tadi dan meletakkannya lagi diatas buket bunga. . . . Bersambung ( ˘ ³˘)♥ 14/4/2021 ➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜ Eaaa.... Ajisaka sok romantis pake ngirim bunga segala. Ati-ati kena jampi-jampi Kin... ( ꈍᴗꈍ) Btw Gaess... bantu share Kinkin ini yaa, jika menurut kalian ceritanya oke. Kiss and hug, Mbak Li, ( ˘ ³˘)♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN