Mungkin karena capek atau karena memang sengaja ingin tidur di bahu Adrian, setelah Andara meletakan kepalanya pada bahu Adrian, cewek itu langsung terlelap begitu saja. Sampai Aqnes datang dan mencoba untuk membangunkan Andara pun, cewek berambut indah itu tetap saja tenang dalam tidurnya.
“Gimana keadaan Gadis?” tanya Adrian begitu melihat Aqnes keluar dari ruang inap Gadis. Dan baru bisa ditemui oleh dua orang saja.
Rei dan Aqnes yang pertama masuk. Adrian membiarkan Andara tidur di bahunya, meskipun bahunya kebas. Tapi ia membiarkan saja. Entah kenapa ia tidak keberatan sama sekali, Andara menyenderkan kepala pada bahunya. Ia juga tidak berniat untuk membangunkan cewek itu, ia membiarkan saja. Embusan napas cewek itu membuat dadanya tenang, ia merasakan Andara yang tertidur di bahunya seperti seseorang yang berbeda.
“Sudah baikan, Pak, eng... apa sebaiknya Andara dibangunkan saja?”
Adrian melirik Andara yang begitu tenang, “tidak usah, biarkan saja dia tidur. Kasihan dia. Selama menunggu Gadis, dia selalu menangis.”
“Tapi bahu Bapak? Itu pasti berat dan kebas kan?”
“Tidak apa-apa, anggap saja ini pembelajaran untuk nanti,” jawaban ambigu Adrian membuat Aqnes bingung. Cewek itu hanya mengangguk lalu pamit untuk pergi ke kantin bersama Sam.
Tak berapa lama Andara terbangun dari tidurnya. Ia mengucek-ngucekan kedua matanya. Andara mendongak menatap wajah Adrian yang menatapnya juga. Cewek itu tersenyum begitu manis, membuat Adrian yang sedari tadi menahan untuk menciumnya kini tidak bisa ia tahan lagi. Ia segera mengecup bibir Andara yang sekarang menjadi candu bagi bibirnya. Pria itu menyeringai melihat wajah merah Andara. Pria itu mengacak-acak rambut Andara, membuat cewek itu mencebikkan bibirnya sebal.
“Masuklah, Gadis sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa,” Andara mengangguk lalu bangun dari kursi yang dirinya duduki.
“Ayo, Pak!” ajak Andara namun Adrian menggeleng.
“Sebaiknya saya pulang, ini sudah malam. Kamu dan Aqnes aku izinkan untuk menetap sampai Gadis sembuh. Biar aku yang memberi tahu wali kelasmu,” Andara mengangguk sambil mengucapkan terima kasih.
“Jaga kesehatanmu, kamu tidak boleh sering begadang.”
“Hmm akan aku pikirkan, lagi pula Bapak juga sering begadang dengan Bu Kian.” Adrian menyeringai, cewek nakal di hadapannya itu begitu menggemaskan jika sedang cemburu.
“Yah, kamu tahu sendiri kan aku dan Kian sudah bertunangan. Jadi wajar saja jika kita sering begadang, lagipula sudah seharusnya.” balasnya terdengar biasa saja, namun efek ucapan yang ditimbulkan oleh Adrian, tidak biasa bagi Andara.
“Kudengar Bu Kian, di oplas yah, Pak?” Adrian terkekeh mendengar perkataan blak-blakan Andara. Tiba-tiba saja dadanya berdesir melihat Adrian, guru yang paling disukainya itu tertawa. Tawa yang baru kali ini dia lihat.
“Kamu tahu dari mana Andara?”
“Gosip sekolah.”
“Ck, murid sekarang kerjaanya yah seperti itu, membicarakan yang tidak penting.”
“Sebaiknya Bapak pulang, nanti ada yang nyari,” usir Andara dengan nada ketus.
“Baiklah aku akan pulang, dan melanjutkan kegiatan yang belum terselesaikan tadi, dengan tunanganku,” ucapnya dengan menggoda. Andara seketika mendorong punggung Adrian agar segera pergi dari hadapannya. Pria itu terkekeh geli melihat wajah Andara. Ia kemudian berjalan pergi meninggalkan Andara yang masih memperhatikannya.
***
Rei tertidur sambil memegang tangan Gadis, sedangkan Andara dan Aqnes duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut. Aqnes dan Andara diam dalam keheningan tidak seperti biasa. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Aqnes sibuk dengan ide balas dendamnya kepada Kelvin, sedangkan Andara sibuk memikirkan sifat Adrian yang tiba-tiba berubah.
Tiba-tiba saja pintu diketuk membuat Andara dan Aqnes menoleh berbarengan. Kelvin berjalan dengan santai sambil membawa paperbag.
“Nih buat kalian,” Kelvin meletakan paperbag itu di atas meja. Cowok itu kemudian melirik Aqnes yang memalingkan wajahnya menatap ke arah lain.
“Ness, kata nyokap lo. Jangan telat makan, itu obat magnya gue taruh di dalam paperbag,” Aqnes tidak mendengar, cewek itu pura-pura sibuk dengan ponselnya.
“Yaudah, kalau gitu gue balik, Ann. Makanannya jangan lupa dimakan,” Andara mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. Setelah melirik Gadis yang masih terbaring, Kelvin pun pamit untuk pulang.
“Kok ada yang aneh yah?”
“Apa?”
“Tunggu, gue mau telepon nyokap gue dulu,” Andara mengernyitkan keningnya bingung dengan reaksi Aqnes. Aqnes seketika menelepon Mamanya.
“Halo, Ma?”
“...”
“Mama nyuruh Kelvin bawa makanan ke sini?”
“...”
“Jangan bercanda Ma, itu tadi dia bawa paperbag isinya makanan dari Mama buat kita.”
“...”
“Oh. Iya, Ma,” tutup Aqnes dengan wajah yang sulit diartikan.
“So?” tanya Andara yang penasaran dengan percakapan Aqnes dan Mamanya.
“Nyokap gue ada di luar kota, dan nyokap gue enggak pernah nyuruh Kelvin buat nganterin ini makanan,” Andara seketika mengerti dengan situasi yang dialami Aqnes.
“So sweet banget tuh bocah,” goda Andara sambil mencolek dagu Aqnes.
“Apaan sih, ah. Lebay lo.”
“Cieee Aqnes, ada yang merhatiin,” goda Andara lagi, kali ini membuat pipi Aqnes memerah.
"Norak lo, Ann, sumpah norak,” tak ditanggapinya ucapan Aqnes. Andara malah membuka paperbag tersebut yang berisi makanan kesukaan Aqnes, Sushi yang begitu menggiurkan. Ia lalu membuka satu per satu makanan tersebut. Setelah itu ia lalu memotretnya dan langsung memposting di akun i********: miliknya.
♡ 889. Suka
AndaraOrlinJam 22.00. Dapet kiriman beginian dari some one, terimakasih yang udah repot-repot bawa makanan