Sekitar pukul dua siang, Salwa terbangun dari tidurnya yang sesaat. Ia terbangun dengan suara pelan dari Ahmad yang masih tertidur pulas di sampingnya. Perlahan, ia membuka matanya dan menatap suaminya yang masih terbaring, wajahnya terlihat lebih tenang daripada sebelumnya, meski masih tampak lelah. Terlihat jelas guratan-guratan kelelahan di wajah Ahmad yang sebelumnya cemas dan sakit, namun kini ia tidur dengan damai. Salwa menatap wajah suaminya dengan hati yang campur aduk. Dalam keheningan yang mencekam, pikirannya melayang kembali kepada banyak hal yang belum sempat diungkapkan. Ada perasaan cemas yang menggerayangi hati Salwa, perasaan yang datang dan pergi tanpa bisa dia kendalikan. Namun, melihat Ahmad yang akhirnya bisa tidur dengan tenang, perasaan itu sedikit mereda. Ia meng