Dilema

1905 Kata

Malam itu, London telah benar-benar terlelap dalam heningnya. Setelah seharian penuh dengan perjalanan emosional, Xandra akhirnya terlelap di kamar apartemen mereka. Udara dingin musim gugur menyelimuti kota, sementara angin malam menghembuskan kesejukan lembut ke jendela kaca yang sedikit terbuka. Lampu-lampu jalanan memantulkan cahayanya yang kekuningan ke dalam ruangan, menciptakan suasana yang teduh namun hangat. Zabran duduk di ruang tamu, menghadap sebuah buku yang terbuka di tangannya. Namun, pikirannya tidak benar-benar ada di sana. Sesekali, matanya melirik ke arah kamar di mana Xandra tertidur. Ia tahu hari ini telah menjadi hari yang berat bagi wanita itu, meskipun terlihat tenang di luar. Perjalanan ke taman, ke masjid, hingga momen di London Eye telah menjadi rangkaian pengal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN