Sosok Ahmad

1500 Kata

Pertandingan sore itu di Gelora Bung Karno berakhir sekitar pukul enam. Ahmad masih bisa merasakan semangat para suporter yang menyebar di udara, berdesir seperti angin yang membelai wajahnya. Sorakan dan nyanyian yang memekakkan telinga kini berganti dengan kerumunan yang perlahan-lahan bergerak menuju pintu keluar. "Mas, kita cari tempat buat Magrib, ya?" suara Angga menginterupsi lamunannya. Ahmad mengangguk tanpa berkata, mengarahkan Said untuk mengemudi keluar dari area stadion yang mulai sesak. Maklum kan banyak juga yang bubar. Mereka akhirnya menemukan sebuah taman kecil dengan cukup ruang untuk melaksanakan salat berjemaah. Ahmad memimpin salat dengan suaranya yang tenang dan mantap. Saat selesai, ia menoleh dan tak sengaja melihat Salwa. Mata mereka bertemu sejenak, cukup lama

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN