Negosiasi Yang Gagal

1335 Kata
‘Jadi ... Dia pria bertato mawar kecil pada malam itu?’ gumam Na Ra dalam hati. Dennis Oh yang masih berdiam pada posisi semula kembali menyeringai. Menatap Na Ra yang sedang tertegun dengan penuh arti. “Apa kau sudah mengingatku, Nona Kim Na Ra?” tanyanya, setelah membiarkan Na Ra diam membeku beberapa menit, usai mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Wanita itu membulatkan mata, dengan napas masih tercekat-cekat. “K-Kau ... Ja-jadi ... Kau pria b******k yang meniduriku malam itu?“ Na Ra balik mengajukan pertanyaan. Dennis Oh menepuk pundak wanita di hadapannya, lalu menekan kuat-kuat. Terlihat sirat penuh kemenangan pada kedua sudut bibirnya. “Ya, aku si pria b******k itu. Akhirnya, kau mengingatku.” “Ke-kenapa kau melakukan itu padaku? Kita bahkan tidak pernah saling mengenal. Tetapi ... Beraninya kau menyentuhku?” tanya Na Ra begitu lirih, di tengah keterkejutannya. Dennis Oh tertawa kecil. “Jika aku mengatakan itu hanya ketidaksengajaan ... bagaimana? Ah, benar ... Akusangat yakin, semua itu hanya ketidaksengajaan,” jawabnya dengan sengaja. “Ke-ketidaksengajaan? Apa kau sudah gila?! Kau yang sudah mengambil keperawananku, dan kau mengatakan itu ketidaksengajaan? Dasar pria sinting! Pria gila!” maki Na Ra dengan emosi tinggi. Ia benar-benar sudah tidak tahu lagi, harus mengatakan apa. Karena sampai detik ini, kejadian itu rupanya telah tertancap dan tertanam dalam ingatan menjadi kenangan paling buruk di hidupnya. “Hehey! Apa kau berpikir, semua itu kesalahanku? Atau ... Mungkin Johan? Tidak, Nona Kim! Kau yang salah, karena memakai gelang biru muda murahan ini!” sahut Dennis Oh, sembari menarik paksa gelang biru muda di pergelangan tangan Na Ra hingga terputus, dan lepas dari tempat asalnya. Na Ra tertegun, menatap gelang pemberian seseorang dari masa lalunya itu dengan begitu fokus. Sementara Dennis Oh semakin menyeringai melihat mimik wajah wanita itu. Ia benar-benar merasa sangat senang karena telah berhasil membuat Na Ra tersudutkan, dan merasa sangat hina. Sembari membelai sisi wajah Na Ra, Dennis Oh berbisik, “apa kau masih menganggapku seorang gay, setelah berhasil melakukannya denganku? Bahkan, kau mendesah begitu panjang menikmati permainanku pada malam itu dengan mata terpejam. Benar-benar sensasi yang berbeda, bukan?“ “DIAM!” teriak Na Ra frustasi. Apalagi, saat ingatannya tentang kejadian malam itu perlahan semakin membayang-bayangi pikirannya. Dennis Oh bangkit dari posisinya, mundur beberapa langkah dari tempat semula, kemudian menarik kursi kayu agar lebih dekat dan mendudukinya, menyilangkan kaki dengan santai sembari tersenyum licik saat sengaja mengingat-ingat kejadian saat itu agar Na Ra semakin dibuat frustasi. “Kau sangat menakjubkan, Nona Kim. Begitu membekas dalam ingatanku. Desahanmu, kenyalnya buah dadamu, bahkan hangatnya penyatuan denganmu–“ Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, Na Ra sudah lebih dulu berteriak dengan mata terpejam, lalu meludahi wajah Dennis Oh saat kelopak mata kembali terbuka lebar. “Apa kau tuli? Aku sudah peringatkan, agar kau berhenti mengatakan hal itu!” teriak Na Ra. Dennis Oh merogoh jas untuk mengambil saputangan dalam sakunya, mengelap wajah dari saliva-saliva yang tersisa, kemudian menyilangkan kedua tangan di atas d**a–dalam posisi meremas kain tersebut. “Jika kau ingin aku berhenti, maka ikuti semua perintahku! Apa itu sulit?” Wanita itu menengadahkan kepala, menatap tajam pada Dennis Oh. “Apa maumu?“ tanyanya. “Bertanggungjawablah atas berita yang sudah kau buat! Hanya itu. Mudah, kan?” Na Ra mengepalkan kedua tangan yang terikat di belakang tubuhnya, menahan amarah. “Dengan cara apa aku harus mempertanggungjawabkannya?” Dennis Oh terlihat berpikir sejenak, kemudian menjawab, “dengan menjadi partner-ku? Ah, benar, kau bisa menjadi partner-ku untuk membuktikan kepada orang-orang melalui media, bahwa aku bukan seorang gay.” “Apa kau bertindak sejauh ini karena berita gay yang tersebar?” tanya Na Ra, menatap skeptis pada pria di hadapannya itu. “Image-ku benar-benar sangat dipertaruhkan saat ini karena berita omong kosong yang Ae Ri buat. Bahkan, itu berimbas besar pada saham perusahaanku, juga laba yang diperoleh O’Neil Chemical,” terangnya. “Jadi, bukan hanya berita penyimpangan seksualku saja yang menjadi permasalahan di sini. Namun, perusahaanku pun ikut terseret karena hal itu! Sudah sepantasnya, bukan, jika aku bertindak sejauh ini untuk melindungi, apa yang menjadi milikku? Apalagi, kau secara terang-terangan membawa nama O’Neil Chemical dalam badan beritamu. Sudah pasti, aku tidak akan pernah tinggal diam!” tambahnya. “Intinya ... Semua karena merosotnya nilai saham dan laba O’Neil Chemical? Begitu?” tebak Na Ra lagi. Tersisip sedikit pertanyaan menjebak, yang mungkin saja bisa dijadikan sumber berita bisnis. Pria itu mengangguk. “Ya. Lalu, untuk alasan apa lagi? Pernikahanku hanya sebatas batu loncatan untuk O’Neil Chemical merangkak naik. Tidak lebih dari itu!” “Ha! Kau benar-benar–“ “Aku tidak membutuhkan Ae Ri. Aku pun tidak membutuhkan wanita, kecuali untuk menjadi pelampiasan hasratku,” ujar Dennis Oh begitu santai. Mendengar perkataan pria itu, Na Ra berdecih, “pria gila! Aku bahkan tidak akan pernah sudi menjadi partner pria sepertimu yang sudah merebut keperawananku! Apalagi, demi keuntunganmu sendiri. Tidak akan pernah!” “Keuntunganku? Hehey! Dalam kesepakatan ini, tidak hanya aku saja yang diuntungkan. Tetapi, kau pun akan mendapatkannya,” balas Dennis Oh. “Begini ... Jika kau bersedia menjadi partnerku, maka kau akan mendapatkan berita yang jauh lebih eksklusif dari berita bohong tentang penyimpangan seksual itu. Aku bahkan bersedia membongkar rahasia para artis dan petinggi-petinggi perusahaan di luar sana, asal kau tidak menyentuh lagi O’Neil Chemical, dan mau bekerja sama denganku sebagai partner,” Imbuhnya lagi. Walau diiming-iming dengan berita lain yang jauh lebih eksklusif, Na Ra tetap pada pendiriannya dan menggelengkan kepala. “Tidak! Lebih baik aku mati, daripada harus menjadi partner dalam membersihkan nama baik seorang pria gay sepertimu!” “Apa kau yakin?” tanya Dennis Oh meyakinkan, sebelum ia melanjutkan pada rencana selanjutnya. Na Ra mengangguk. “Sangat yakin!” “Dasar keras kepala!” umpatnya pelan. Dennis Oh menunduk, membuka tali yang mengikat kedua tangan Na Ra, lalu menarik paksa lengan wanita itu hingga keduanya berdiri bersamaan. Mendorongnya hingga terhimpit ke dinding, saling berhadapan dengan menyisakan jarak beberapa sentimeter di antara keduanya. “Aku pria normal, dan bahkan aku–ataupun dirimu menikmati momen penyatuan yang kita lakukan saat itu. Lalu, apa itu masih belum cukup mematahkan fitnah keji yang Ae Ri buat terhadapku? Sampai-sampai, kau pun berani menyentuh O’Neil Chemical hanya demi menambahkan berita omong kosong itu,” tanya Dennis Oh, penuh penekanan. Ia benar-benar paling benci, jika urusan pribadinya disangkutpautkan dengan perusahaan. Terlebih O’Neil Chemical, yang berhasil ia bangun hingga besar seperti sekarang ini. Wajah Na Ra seketika memerah, dan tanpa sadar mengerjapkan mata beberapa kali dengan gerakan cepat. Antara dibuat malu, dibuat terkejut, atau juga dibuat kesal oleh Dennis Oh. Ditambah lagi ingatan itu malah semakin berputar-putar dalam ingatan Na Ra tanpa bisa dicegah, tanpa bisa dihindari, bagai film dokumenter yang terus ditayangkan berulang kali. Benar-benar gila! “Ternyata, kau bahkan jauh lebih b******k dari yang kupikirkan, Tuan Dennis Oh,” ujar Na Ra, setengah berbisik. Dennis Oh menyeringai, sembari membelai sisi wajah wanita itu dengan gerakan lembut nan sensual. “Ini baru permulaan, Nona Cantik. Kau bahkan belum melihat pertunjukan selanjutnya dariku,” jawabnya. “Jangan pernah menyentuh keluargaku!” ancam Na Ra, dengan menebak-nebak, apa yang hendak dilakukan oleh pria itu setelah ia menolak melakukan tanggung jawab yang tidak masuk akal. “Hehey! Perlu ku ingatkan, bahwa kau yang lebih dahulu menyentuh O’Neil Chemical! Apa kau lupa?” tanya Dennis Oh, membalikkan. “Permainanku bahkan tidak sesederhana yang kau pikirkan, Nona Kim,” imbuhnya. “Aku hanya memberitakan fakta dari informasi yang kudapat! Tidak lebih dari itu!” balas Na Ra. “ Dennis Oh tersenyum mencemooh, lalu menghela napas dalam. “Kau benar-benar salah dalam memilih lawan, Nona Kim. Termasuk, masalah ini!” ucapnya memperingati. Karena dirasa sudah cukup memberi peringatan yang tak dihiraukan, Dennis Oh mengancingkan jas yang dikenakannya, kemudian menyeringai. Memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, dan berkata, “kau sudah menyia-nyiakan kesempatan terakhir yang kuberikan, Nona Kim Na Ra. Maka dari itu, bersiap-siaplah!” Na Ra menarik napasnya singkat, sembari menyeringai tipis. “Aku tidak akan pernah takut dengan ancaman-ancamanmu ini, Tuan Dennis Oh. Kau juga harus tahu itu!” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN