Bertarung dengan Rasa

1149 Kata
Mencoba biasa saja, tidak sesederhana perkataan jika hati masih menaruh harap dan rasa untuk tetap mencintai, bahkan bertarung dengan pikiran sendiri War in self “Sialan anak itu!” umpatnya, dengan tidak menurunkan kecepatan kendaraannya. “Tenanglah Ben,” ucap satu-satunya orang yang menemani pengemudi itu, berbadan lebih kecil, dan memiliki wajah yang rupawan seperti wanita tetapi ia adalah laki-laki. Laki-laki itu menyentuh pundak rekannya agar tenang. “Tenang Ben, aku tidak mau mati karena kecerbohanmu dalam mengemudi,” ucapnya membuat jengkel sang rekannya itu. …. Aliana terpaksa menjalankan rencana cadangannya yaitu merelakan cita-cita yang sesungguhnya, demi benar-benar menghindar dan menghilang dari kehidupan Brian dengan jarak yang tidak lagi dapat dikatakan dekat secara fisik. Menjadi Dokter spesialis jantung sudah Aliana coret dari daftar prioritas dan impiannya beralih pada cita-cita yang sederhana yang akan ia buat menjadi luar biasa. Tetapi, dengan itu pula ia memakan kembali kata-kata yang pernah ia ucapkan pada Erisa, Annie dan Hasbie sebelumnya. “Ali tidak akan pernah mau kerja yang berhubungan dengan entertainment atau tentang dunia hiburan atau menjadi terkenal. Pokoknya tidak akan mau.” Tapi kini ucapan itu harus ia telan kembali, yang kenyataanya propesi yang akan ia tempuh berikutnya adalah yang berhubungan dengan dunia hiburan walau bukan sebagai publik figure melainkan sebagai perancang. Aliana hanya terfikir untuk menantang dirinya sendiri menjadi terkenal tanpa diketahui identitas dirinya yang sebenarnya, bahkan bukan hanya identitas tapi juga wajahnya. Ia tidak berfikir tentang merubah bentuk wajahnya yang sekarang, tapi ia hanya akan menyembunyikannya, untuk sebuah peragaan tentu perancang bagiamana pun tetap akan muncul ke permukaan atau memperlihatkan diri sebagai perancang dari sebuah rancangan. “Untuk melupakan masa lalu, aku harus membentuk sesuatu yang tidakku sukai menjadi yang kukerjakan, alihkan perhatian dan tantang diriku sendiri.” Itulah kalimat yang tiba-tiba muncul dipikiran Aliana setelah dua tahun ia kesulitan untuk move on dari Brian dan seluruh yang berhubungan tentang Brian. “Bagaimana mudah untuk melupakan manusia satu itu, bahkan aku bisa mendengar suaranya setiap hari, walau aku harus kejar-kejaran untuk menghindari dan dihindari. Sebisa mungkin tak terlihat dan dilihat. Dan bagaimana mungkin dia malah pindah ke kamar yang bersebelahan dengan balkon kamarku. Aku bersyukur rumah kami tidak benar-benar berdekatan karena ada taman samping yang memisahkan dan menjadi jarak antara dua balkon yang bersebrangan.” Itulah ucapan Aliana pada saat tahu Brian sudah pindah kamar, kegiatan Aliana untuk bersantai di balkon kamarnya tidak sesering dulu, karena ia harus melihat situasi balkon tetangganya. Itulah yang ia lakukan selama dua tahun berlari pergi setelah berlari mengejar. “Jangan berpikir untuk baper,” monolog Aliana. Bahkan Aliana si penyuka udara pagi meminta kepada Hasbie untuk dipasangkan sejenis penutup disekeliling balkon kamarnya tersebut agar ia tetap dapat merasakan udara luar tanpa terlihat dari luar atau melihat keluar tanpa di sengaja. Hasbie mengerti perubahan anak bungsunya itu dan ia membantu anak bungsunya itu untuk move on dengan gerakan halus tanpa terlihat ia membantunya. Seorang ayah yang tampak tidak peduli dengan masalah pribadi anaknya. ``` Seseorang tampak sedang meregangkan tubuhnya menghadap jendela kaca yang memperlihatkan sebagian pemandangan luar dari jendela tersebut dari sebuah plafhouse yang berada di lantai 6. Kemudian ia melangkah pergi dari posisinya yang semula menghadap jendela ke dalam ruangan plathouse miliknya. Plathouse tersebut tidaklah besar apalagi untuk dikategorikan plathouse mewah. Plathouse yang sederhana dan biasa saja. Sangat cukup untuk menjadi tempat tinggal oleh satu orang saja. Deringan bunyi handphone memecah keheningan plathouse tersebut. Dia yang tadinya berada di kamar mandi keluar dan menuju nakas yang terletak di sebelah ranjang kasurnya. Handphone tersebut terus berdering menandakan sebuah panggilan masuk ke benda pipih tersebut. Dia mengambilnya dan menggeser layar menekan penanda berwarna hijau dan meletakkan benda pipih tersebut ke telinganya. “Andrean, I want you there is office now,” ucap seseorang dari panggilan tersebut saat panggilan sudah diterima oleh dia, Andrean. “Aku menolak,” jawab Andrean singkat, sambil ia melangkahkan kakinya menghadap jendela kaca. “Aku tidak menerima penolakan,” balas orang dari panggilan tersebut. “Berhentilah menggunakan harta benda milikku,” ucap Andrean dengan wajah yang sangat dingin, tetapi tidak akan diketahui oleh orang yang sedang menelponnya tersebut. Suara Andrean yang datar sudah menjadi penanda ketidak sukaannya terhadap apa yang dilakukan oleh orang yang sedang berbicara dengannya ditelpon tersebut. “Kau itu masih kecil untuk mengurus semuanya sendiri, jadi biarkanlah pamanmu ini yang akan mengaturnya dulu,” jelas orang tersebut yang memanggil dirinya paman di hadapan Andrean. “Batas umur itu bahkan sudah lewat 4 tahun yang lalu, dank au selalu menggunakan harta itu untuk bisnis busukmu,” ujar Andrean. “Come on Andrean, kau harus mengganti rugi semua kerugian yang kau sebabkan itu, kau sudah membuatku rugi besar dengan mengacau di saat aku sedang menjalankan transaksi,” ucap paman dari Andrean tadi. “Juan Kelino, kau tidak rugi apapun karena yang kau gunakan itu bukan harta milikmu sendiri melainkan harta milik ayahku,” balas Andrean karena tidak terima pamannya tersebut sudah seenaknya menggunakan harta miliknya. Andrean tidak bisa mengambil seluruh kekayaan miliknya yang sedang dipegang oleh Juan Kelino karena sesuatu hal tidak dapat Andrean ungkapkan. Mengingatnya saja membuat Andrean sakit kepala dan ingin menembak kepala Juan. “Andrean, kau lupa? Butuh aku ingatkan jika semua harta ini bisa benar-benar menjadi milikku, kau harus datang ke kantorku saat ini juga aku butuh beberapa tanda tanganmu,” ancam Juan pada Andrean. Sedangkan Andrean ia tahu benar apa yang akan dilakukan pamannya tersebut. Andrean ingin menjawab tapi percuma, lalu ia mematikan panggilan tersebut secara sepihak tanpa mengatakan pamit pada Juan. Andrean muak dan Andrean membutuhkan tangan seseorang untuk membunuh Juan, pamannya tersebut yang sudah menghancurkan kehidupannya sejak ia masih kecil, seluruh mimpi kecilnya bersama sang ayah seketika lenyap karena keserakahan dari Juan. Juan adalah monster yang menggunakan sebuah bingkai untuk menjadikannya pajangan indah, bergerak dalam diam dengan segala kebusukannya. Orang-orang memujanya tanpa tahu kebusukan dari Juan. Juan juga dapat di ibaratkan seperti bunga bangkai, tapi sayang Juan tidak mengeluarkan kebusukan yang bunga bangkai keluarkan untuk memperangkap semua mangsanya. Juan terlalu harum untuk dicium, setidaknya itulah yang masyarakat umum lihat, ketahui, dan rasakan. “Karena mereka belum mencium semua kebusukanmu, tiba waktunya aku akan membuat semuanya jelas dimata mereka,” seru Andrean yang masih menandangi pemandangan di luar jendela kaca di depannya. Andrean melangkah menuju lemari pakaiannya setelah ia meletakkan handphonenya di atas kasur miliknya. Sebelum ia membuka lemari pakaiannya ia mengatakan satu kata, “Darmian.” Kata tersebut mungkin satu nama yang akan menjadi kunci untuk Andrean membuat Juan berhenti dari singgasananya. Andrean mengganti pakaiannya yang semua hanya menggunakan kaos tanpa lengan berwarna hitam lalu menukarnya dengan sebuah kaos berwarna hitam dan celana jeans berwarna hitam, kaos yang Andrean kenakan cukup membuat bentu tubuhnya terlihat karena kaos tersebut memang sangat pas pada tubuhnya. Andrean kemudian menambahkan jaket diluarnya. Andrean selesai dengan pakiannya lalu ia melakah menuju gantungan topi dan mengambil topi berwarna hitam pula dari tempat gantungan tersebut. Adnrean menuju pintu plathousenya lalu memakai sepatu boots kulit berwarna coklat. (a) ….
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN