Brian Mendesak

1112 Kata
“Aku akan menjelaskannya padamu tapi nanti ketika di rumah, saat ini aku ingin bertemu dengan Aliana,” kata Ren menolak untuk menceritakan pada Brian, lebih pada Ren sedang mengulur waktu untuk bercerita pada Brian. “Tidak, saat ini di tempat ini, aku tidak ingin kau menceritakannya di rumah,” tolak Brian mentah-mentah, ia tetap kokoh pada pendiriannya meminta Ren untuk menceritakan semuanya saat itu juga di ruang UGD yang memang tinggal mereka berdua saja di dalam sana. “Tidak, Aliana akan menunggu lama di luar sana, aku takut dia kenapa-kenapa, aku tidak ingin mengambil resiko Aliana kembali dalam bahaya,” tolak Ren lagi, dia pun tetap pada pendiriannya dengan keras kepalanya, tidak ingin meninggalkan Aliana menunggu sendirian. Dia benar-benar mengkhawatirkan Aliana yang pergi keluar dari ruangan itu. “Jika kau ingin bercerita di rumah maka kau akan membuat Aliana berada di posisi lebih dalam bahaya!” ucap Brian dengan meninggikan suaranya karena ia kesal dengan adiknya ini yang tidak mengerti dengan maksud ucapan Ren. Brian sudah menjelaskan posisi aman untuk mereka bercerita tetapi Ren tetap kokoh ingin bercerita di rumah yang sudah jelas Brian katakan rumah adalah tempat yang tidak aman untuknya bercerita. Di tempat Aliana berada, yaitu di kursi tunggu tepat di depan ruang UGD Aliana mendengar suara Brian yang meninggi di dalam sana. Ia memang melihat suster yang membantu menjahit luka Ren tadi sudah keluar lebih dulu dan Aliana memutuskan untuk menunggu Ren dan Brian keluar lebih dulu tanpa ia masuk lagi ke dalam ruangan itu. Tetapi setelah beberapa menit ia menunggu yang ia dapatkan bukannya Ren ataupun Brian yang keluar dari ruang UGD itu tetapi suara Brian yang cukup keras terdengar sampai keluar ruangan tersebut dan terdengar olah Aliana. Tidak terlalu keras tapi masih kedengaran sampai di depan UDG tempat Aliana menunggu. Aliana sedikit panik tentu saja, Aliana berdiri dari posisi duduknya dan melihat ke bagian kaca yang tembus panjang memperlihatkan keadaan di dalam ruang dan memastikan apa yang terjadi di dalam sana. “Apa yang terjadi? Kenapa Brian bisa meninggikan suara begitu,” tutur Aliana sambil mencoba mengintip dari kaca di pintu ruang UGD itu. Yang Aliana lihat pertama kali bukanlah sesuatu yang menarik karena ia hanya melihat Ren yang sedang memasang sepatunya kembali sedangkan Brian berdiri dengan wajah serius memperhatikan yang sedang Ren lakukan. Aliana tiba-tiba merasa gugup melihat Brian yang terlihat sangat serius, bukan tentang ia terpesona dengan ketampanan Brian yang bertabah saat Brian dalam kondisi serius tetapi kemungkinan yang sedang Aliana pikirkan di kepalanya. “Astaga…, jangan sampai Brian sadar jika luka itu berhubungan denganku,” gumam Aliana sedikit ketakutan menghampiri dirinya. Aliana memang meminta Ren untuk menutup mulut tentang dari mana Ren mendapatkan luka sebesar dan sedalam itu, karena itulah Ren memilih untuk mengusur lukanya sendiri agar tidak terlalu mencolok dan menjadi perhatian orang di rumah dan di sekitarnya. Aliana memang sengaja menutupi tentang orang yang mengikutinya itu bukan semata-mata menutupi perbuatan Ren yang sudah takut karena Ren mengira ia benar-benar sudah membunuh orang saat itu. Dan hal lain yang membuat Aliana menutupi kejadian itu adalah ia ingin mencari tahu siapa yang sedang mengintainya. Aliana tersenyum misterius dan menakutkan. Aliana kemudian memilih membuka pintu ruangan UGD tersebut dan masuk ke dalam menyusul Brian dan Ren di dalam. “Bagaiman Ren? Sudah?” tanya Aliana langsung saat kakinya sudah menatak pada lantai ruangan itu. “Bodohnya aku kenapa tidak dari tadi aku masukkan? Ini sudah terlalu lama setelah perawat keluar tadi,” batin Aliana. “Sudah, kita langsung pulang saja,” ucap Ren menjawab lebih dahulu, kemudian Ren berdiri ingin menghampiri Aliana. Tetapi saat ia melewati Brian yang memang berdiri di tepi brankar tempat Ren berbaring tadi. Brian mencekal tangan Ren untuk berhenti. Ren yang dicekal tangannya mau tak mau berhenti dan memalingkan wajahnya untuk melihat wajah serius dan tatapan tajam sang kakak. “Ada apa?” tanya Ren pura-pura tidak mengerti dengan maksud dari Brian menghentikannya. “Aliana, aku tau kau sudah tau tentang dari mana Ren mendapatkan luka ini,” ucap Brian dengan tatapan tajam menusuk tepat pada mata Aliana yang berdiri tidak jauh dari mereka. “Maksudmu?” tanya Aliana pura-pura tidak mengerti. Aliana hanya berbicara dengan nada berbicara yang biasa saja, sebenarnya Aliana sangat ingin tertawa sekeras-kerasnya melihat wajah serius dan tatapan tajam Brian yang ditujukan padanya. “Luka yang Ren dapatkan itu ada hubungannya denganmu,” seru Brian to the point dan tatapannya tetap pada Aliana lalu tangannya tetap mencekal tangan Ren. “Memang, makanya aku sangat ingin Ren cepat sembuh dan memastikan kondisinya dalma keadan baik-baik saja,” jelas Aliana mengakui luka itu berhubungan dengannya dan soal hubungan luka itu dengannya apa, ia akan memikirkannya setelah itu. “Kau katakan dengan jujur padaku apa yang terjadi, jangan mencoba untuk berbohong karena ini menyangkut tentang adikku, aku tidak ingin adikku terluka lagi karenamu,” tutur Brian dengan nada dingin dan tatapan tajam seakan ia sedang mencoba membunuh sasaran yang sedang ia tatap dengan hunusan tatapan tajamnya. “Hah? Ahaha… begini, aku memang tidak pernah meminta bantuan dari Ren dan ya terimakasih telah membantuku dan maaf karena membantu aku yang aku sendiri tidak memintanya itu adikmu itu malah terluka membantuku,” ucap Aliana dengan sangat santai sambil tersenyum dan kekehannya. “Dan lain kali jangan lagi membantuku, aku bisa sendiri,” ucap Aliana dengan nada tidak kalah digin, ia begitu bukan ia tidak suka Ren membantunya, ia ingin Ren tetap di posisi aman karena ia sudah dapat membaca keadaan yang sedang ia hadapi saat ini adalah keadaan yang sangat berbahaya. Saat ini ia memang tidak mengetahui pasti motif dari orang yang mengikutinya dan menerornya yang ia rasa saat mulai ia genap berumur 17 tahun beberapa bulan lalu. “Memang itu yang kuinginkan tetapi untuk saat ini tidak bisa karena kau, Ren sudah berhubungan dengan urusanmu itu,” ungkap Brian dengan tidak kalah dinginnya masih dengan tatapan tajamnya yang tertuju pada Aliana. Sedangkan Ren yang berada di tengah-tengah kondisi hawa dingin dua orang itu hanya bisa bergidik ngeri karena ia tidak menyangka bahwa Aliana bisa mengeluarkan aura semenyeramkan itu dengan tatapan yang bahkan sedang meremehkan keadaan yang sedang ia alami, Ren sampai tidak mengerti dengan apa yang Aliana ucapkan tadi. “Aku tidak mengatakan kejadian yang membuat Ren terluka itu adalah kejadian yang membahayakan, kau tetap cepat memutuskan dan menghamikimi keadaan,” jelas Aliana dengan tersenyum miring sambil sekali-kali ia mendengus. “Luka itu Ren dapatkan karena aku tidak sengaja melukainya, bagaimana apa kau masih mengatakan itu kejadian? Ah iya atau setelah kau membenciku saat ini kau malah takut padaku? Ayolah aku hanya anak perempuan yang baru saja lulus SMA, hahh,” ungkap Aliana dengan kekehan dan kepala yang ia merengkan menunjukan ekspresi tidak percaya. (c) ….  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN