Sandra dan mantan

1502 Kata
Kalo ketemu mantan, disapa dong, jangan buang muka. -Unknown- Bibir Sandra sudah maju lima senti karena Abram memaksanya ikut untuk interview bersama calon chef mereka yang baru. Iya, calon chef mereka yang kemarin akhirnya tidak jadi tanda tangan kontrak dengan hotel Arilton karena beberapa alasan yang nggak Sandra tahu betul, tapi salah satunya yang karena kejadian tempo hari. Lagi pula gimana jadinya nanti kalau tetap jadi bagian Hoel Arilton? Sandra yakin dia akan terus melirik penuh emosi pada wanita itu. Tapi untung saja Abram dengan cepat membereskan masalah hari itu tanpa menimbulkan masalah lain seperti mencoreng nama baik hotel misalnya. Walau juga Sandra tetap kena semprot dan ceramah selama sejak di kantor Abram. bahkan meski Abram punya jadwal meeting dengan seseorang justru dilewatkannya untuk terus mengurung Sandra di kantor pria itu. Karena cuma dia dan Ina di ruangan, Abram mengajak Sandra karena Ina masih punya pekerjaan yang harus selesai sore ini. Sandra mencak-mencak, dia juga punya setumpuk pekerjaan yang kudu, musti, harus, di serahkan besok! Kenapa pilih kasih banget, sih! Dumal Sandra dalam hati. Dia berjalan di belakang Abram yang dengan santainya menuju mobil yang sudah parkir di depan lobi. Sopir sudah standby di dalam mobil, begitu Sandra akan masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi sebelah kemudi, kerah bajunya yang terlihat karena dia mengikat rambutnya hari ini, ditarik oleh Abram. "Duduk di belakang sama saya." Perintah Abram mutlak. Sandra memutar bola matanya diam-diam lalu dengan kesal naik ke kursi penumpang di belakang. Selama perjalanan, suasana di dalam mobil sangat sepi. Karena bosan setelah melihat ke arah jendela, Sandra berniat mengambil ponsel di dalam tasnya. Tapi setelah dia lihat ke dalam tas dengan teliti bahkan isinya dia bongkar keluar, dia tidak menemukan benda persegi yang punya logo apel digigit. Wajahnya sudah terlihat panik, dengan rusuh dia kembali mencari ponselnya, tapi nihil. Suara grasak-grusuk di sebelahnya membuat Abram yang tadi memejamkan mata akhirnya menoleh dan melihat ke arah Sandra. "Kenapa kamu brisik sekali?" Tegur Abram. Sandra langsung terdiam dan melirik Abram tidak enak. "Itu.. maaf, pak. Tapi boleh kita balik lagi ke hotel?" Sandra ingin sekali menjedotkan kepalanya karena bisa-bisanya dia tidak membawa ponsel padahal dia adalah salah satu manusia yang tidak tahan untuk menyentuh ponsel bawang semenit. Dan dia sadar dia tadi memasukkan ponselnya ke dalam laci nomor dua meja kerjanya karena ingin mengerjakan pekerjaannya dengan fokus. Tapi karena tadi Abram menyuruhnya ikut dengan pria itu, alhasil Sandra lupa dengan ponselnya yang menjadi salah satu benda berharganya. "Ngapain balik lagi ke hotel?" Tanya Abram heran. Sandra meringis. "HP saya ketinggalan, pak." Abram mengernyit sebagai respon jawaban pertanyaannya. "Ini sudah setengah jalan, bahkan sebentar lagi sampai. Kalau balik lagi bisa telat ketemu calon chefnya." Tandas Abram bahakn tidak mengizinkan Sandra membuat bantahan atau sedikit permohonan untuk mengubah keputusan Abram. Dasar pelit! Nyebelin! Tukang perintah! Ke laut aja sono! Maki Sandra dalam hati. Dia langsung menjadi frustasi karena menyadari akan segaring apa dia nanti. Tidak bisa update medsos atau chatingan sama grub hebring kantor. Dia akan menjadi manusia yang ketinggalan jaman. Pikir Sandra meratapi diri. /// Sampai di sebuah restoran yang ada di mall Pasific Place, Sandra tahu sekali disini harganya mahal. Dia dan para hebringers kantor bahkan hanya di waktu tertentu mau makan disini. Dia dan Abram sudah duduk di salah sudut restoran yang menghadap ke pemandangan kota Jakarta. Duduk bersebelahan dengan canggung dan Abram yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Sandra sudah keki sekali karena hanya bisa memainkan gelas minuman sejak tadi. Huah... apa gue udah jadi mahluk yang balik lagi ke jaman batu?! Dan di menit ke 18 mereka menunggu, akhirnya kursi kosong di depan mereka terisi oleh seorang pria yang duduk dan memberi sapaan dan permintaan maaf karena membuat Abram dan Sandra menunggu. Abram langsung berjabat tangan dengan calon chef mereka itu. terlihat profesional, cakap, khas pebisnis. Tapi tidak dengan Sandra yang justru terdiam dan terkejut di tempatnya. Abram yang tahu Sandra tidak ikut berjabat tangan dengan calon chef mereka pun menepuk pundak Sandra agar wanita itu sadar dari lamunannya. "Eh.." Sandra bangun dari lamunannya dan sekali lagi terkejut ketika melihat senyum dari pria yang Abram perkenalkan padanya sebagai calon chef hotel mereka. "Saya.. Sandra." Sedikit gagap dia berjabat tangan dengan chef yang namanya Bamantara Jatmika. "Saya Tara." Dan Sandra melotot ketika chef bernama Tara itu tersneyum jahil padanya. Apalagi waktu chef itu menambahkan kalimat yang membuat dia kesal bukan main. "Udah lama nggak ketemu, ya, San.." Ditambah juga kedipan mata kecil yang hanya dilihat oleh Sandra karena Abram sedang melihat ke arahnya. Sandra tentu saja syok melihatnya. Dia hampir saja membalik meja makan ini karena kesal melihat muka jahil chef yang ada di hadapannya ini. "Kalian sudah kenal?" Tanya Abram akhirnya. Apalagi melihat wajah Sandra yang mendadak menjadi kesal, jelas hubungan antara Sandra dan calon pastry chef mereka itu bukan sekadar kenalan biasa. "Oh, benar, pak Abram. Kami ini pernah punya hubungan sebagai--" "Sebagai teman SMA!" Serobot Sandra sebelum Tara mengatakan hubungan masa lalu mereka. Tara hanya tersenyum jahil menanggapi Sandra yang tidak ingin mengungkapkan hubungan masa lalu mereka di depan atasan wanita itu. Setelah merundingkan soal kontra kerja yang sebagian besar sudah disetujui oleh Tara, calon pastry chef hotel Arilton, mereka lanjut dengan makan siang. Suasana yang tadi dirasa kaku dan profesional berubah menjadi hangat dengan obrolan biasa, apalagi ketika dua orang pria membahan satu hobi yang sama, bola. Klub yang mereka suka, sama pula. Sandra akhirnya hanya bisa diam dan memakan makanan mahal di hadapannya. Dan sekali lagi meratapi diri karena lupa membawa ponsel untuk membunuh situasi membosankan seperti ini. di tengah obrolan makan siang itu, ponsel Abram berdering dan sepertinya penting karena Abram langsung mengangkat panggilan itu lalu menyingkir sebentar dari meja untuk mencari tempat yang lebih hening. "Hai, mantan!" Sandra langsung mendongak dengan wajah kesal bukan main ketika mendengar seorang baru saja menyapanya dengan sebutan paling mengesalkan. "Apa, lo?" Balas Sandra. "Ck! Gitu banget sama gue, San.. udah lama banget lho kita nggak ketemu." Dengan senyum jahil Tara menanggapi Sandra lagi. Sandra memutar bola matanya. "Diem, deh! Kalo udah lama nggak ketemu terus kenapa?" Cibir Sandra kesal. "GIni-gini kita kan pernah sedekat nadi, San.. masa lo mau bikin kita sejauh Matahari sama planet Pluto yang bahkan udah nggak diakui keberadaannya? Sad banget gue.." Sandra menunjuk Tara dengan telunjuknya karena kesal."Nggak usah brisik ya, lo!" Sedekat nadi yang dimaksud Tara memang sedekat itu. Mereka pernah menjalin hubungan yang bertahan selama 1 tahun lebih 1 bulan di masa SMA. Sandra dulu tidak secantik sekarang, tapi entah kenapa salah satu murid cowok yang populer di sekolahnya tiba-tiba mendekatinya. Sandra sudah curiga saja takut dijadikan taruhan atau cuma buat main-main. tapi ternyata seorang Bamantara Jatmika membuktikan kalau dia benar-benar suka dengan Sandra Putri Asmarani. Hubungan mereka manis, apalagi dengan sifat Tara yang supel, kocak, konyol tapi manis. Hubungan itu berakhir dengan alasan yang hanya kedua orang itu yang tau. Dan di balik senyum jahil Tara saat ini dia menyimpan perasaan rindu dan iba walau wujud Sandra yang dia lihat sekarang ini berbeda dari terakhir kali dia melihatnya. Meski dia sering mampir ke akun i********: Sandra, tapi sosok Sandra yang melekat diingatannya adalah saat mereka bertemu untnuk terakhir kalinya. Saat dia berpamitan akan bekerja di kapal pesiar. "Kalau gitu gue nanya kabar elo aja deh." Kata Tara selanjutnya. "Kabar gue baik, lo kan bisa liat sendiri." Balas Sandra ketus. "Lo nggak nanya kabar gue, nih? Gue tambah ganteng lho, San.. tajir lagi.. lo jadi nggak usah punya cita-cita sama nikah sama pangeran Arab," ledek Tara. "Gue bakal tetep nikah sama pangeran Arab yang udah jelas kaya sampe lebih dari 7 turunan!" CIbir Sandra. Tara tertawa mendengar impian konyol Sandra sejak dulu. entah apa yang sebenarnya memotivasi Sandra untuk membuat impian konyol itu. "Iyadeh.. tapi kita nanti jadi satu tempat kerja lho... jadi jangan anggap gue mantan, ya.. anggap aja alumni, karena siapa tahu kita bisa reuni." Tara menaik-turunkan alisnya menggoda Sandra. Sandra sudah berlagak ingin muntah mendegar kalimat tidak jelas Tara. "Iya, pas reuni gue nggak akan dateng, sorry to say." Sandra mengibaskan rambutnya dengan gaya sok. Tapi tara terkekeh saja melihat tingkah Sandra. "Jangan gitu, San.. foto lo masih kok di HP gue, cuma lo aja yang udah enggak ada di sisi gue." Kata Tara lagi, kali ini dengan tambahan mimik muka menahan sakit di d**a, seolah menggambarkan isi kalimatnya. "Brisik banget, sih! Elo--" Bertepatan dengan Sandra yang hendak memaki Tara karena kesal, Abram kembali duduk. obrolan mereka berdua pun tidak berlanjut lagi. Setelah makan siang, Tara yang punya jadwal lain, harus berpamitan tapi dia dengan jelas menunjukkan sinyal akan bergabung dengan hotel Arilton. Dari Abram, Sandra tahu kalau Bamantara Jatmika, mantan pacarnya itu susah sekali untuk ditawari kerja sebagai chef di hotel. Tara lebih suka mengitari dunia sebagai chef di kapal pesiar. Pernah 2 tahun lalu dia menyetujuinya, tapi baru 6 bulan sudah mengundurkan diri dan kembali menjadi chef di kapal pesir yang akan mengelilingi eropa. Katanya dia lebih suka tantangan, dan di kapal pesiar adalah tempat yang peling tepat. Sandra mendadak menemukan ingatannya kembali saat terakhir mereka bertemu. Saat Tara yang dengan keras kepala ingin berpamitan dengannya untuk bekerja jauh dan akan pulan 2 tahun lagi. Ingatan itu menjadi hal yang sedikit merusak mood Sandra. Dia menjadi diam di perjalanan pulang. Abram hanya bisa melihatnya, dia tidak tahu pasti apa yang terjadi selama dia melipir untuk mengangkat telepon dari direktur perencanaan hotel mereka. /// Instagram: gorjesso Purwokerto, 26 Desember 2019 Tertanda, orang yang sedang diet wkwkwkwk
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN