Chapter 5

2398 Kata
Setelah insiden perkelahian di rumah Agnes yang menyebabkan Iqbal lebam dibagian wajah, di sinilah Iqbal dan Agnes sekarang. Disebuah toko buku yang ada di salah satu Mall ternama di kotanya. "Mau cari n****+ kayak gimana sih Nes?" tanya Iqbal yang mulai bosan. Padahal mereka baru saja menginjakkan kaki di toko tersebut. Agnes seketika mendengus kesal. "Baru juga masuk, udah bosan. Dasar pemalas.." gerutu Agnes pelan. Ternyata pelan menurut Agnes tak sepelan menurut Iqbal. Lelaki itu bahkan bisa mendengar dengan jelas gerutuan Agnes barusan. "Ngomong apa bentar ni?" tanya Iqbal yang ikut menyodorkan kepalanya ke arah Agnes. Membuat gadis itu kaget dan langsung memundurkan wajahnya. "Ih! kak Iqbal. Apa-apaan sih. nanti diliatin orang.!" teriak Agnes tertahan. "Biarin. Kan kitanya nggak ngapa-ngapain..." Sungguh, Agnes sungguh ingin menjitak kening lelaki  yang kini tengan tersenyum lebar di hadapannya. "Tadi ngomong apa?" ulang Iqbal. "Nggak ngomong apa-apa.. Minggir Ih kak Iqbal ngalangin aja tahu nggak.!" "Bilang dulu tadi ngomong apa? Hm?" nada bicara Iqbal lebih ke arah menggoda Agnes. Bahkan lelaki itu bicara sambil tersenyum jahil pada gadis yang ada dihadapannya tersebut. "Ih Apaan sih, kak Iqbal gaje deh." "Cieeee malu ni yee di liatin dari dekat. Cih! padahal udah ciuman, pake lumat-lumatan lagi. Sekarang malah mammmhh.." Agnes segera menyumpal mulut Iqbal saat lelaki itu bicara hal vulgar. Dengan suara keras lagi, sampai-sampai beberapa pengunjung yang ada di dekat mereka langsung menatap Iqbal dan Agnes dengan berbagai ekspresi. "Sssttt.! Kak Iqbal Iiii! Pengen aku gigit rasanya. Bikin geram aja tahu nggak." Iqbal tertawa saat dia berhasil mengerjai Gadisnya ini. "Lucu deh kalau lagi gemas gitu." "Lucu apanya. Aku pengen gigit kakak rasanya..!" "Hahaha! Silahkan! Mau gigit yang bagian mana? Atas apa bawah?" seloroh Iqbal. Agnes semakin terbelalak kaget. "Bibir maksudnya Nes bibir! Otaknya ya.." "Kakak yang otaknya ngeres.! Lagian cowok ya, kenapa nggak pernah lepas sih isi otaknya dari m***m-mesuman. nih contohnya nih." kesal Agnes sembari menoyor kepala Iqbal agar menjauh darinya. Bukannya kesal, Iqbal justru tertawa melihat tingkah menggemaskan Agnes. Gadis itu segera berpindah ke rak lain dan lagi-lagi diikuti oleh Iqbal dari belakang. "Cari apa sih sayaang.!" Agnes tercenung mendengar panggilan baru Iqbal padanya. Sehari ini sudah empat kali Iqbal memanggilnya sayang dan itu sukses membuat hatinya dan pikirannya kacau seketika. "Sayang, sayang apaan sih.." "Nggak boleh nih di panggil sayang?" "Nggak!" tolak Agnes tanpa bantahan. "Ya udah! Aku sayang-sayangnya ke yang lain aja.." Agnes melotot seketika mendengar pernyataan Iqbal. Apa katanya? Sayang sayangan ke yang lain aja? Iqbal yang hendak pergi meninggalkan Agnes seketika ditarik kembali krah kemejanya oleh Agnes membuat Iqbal nyaris terjungkak kebelakang. "Kenapa lagi? Katanya nggak boleh di sayangin." gerutu Iqbal. Sebenarnya Iqbal tak marah, justru dalam hatinya kini lelaki itu tengah bahagia karena Agnes yang cemburu. "Coba aja kalau berani.! Aku bakal pulang sendiri.!"Ancam Agnes. Melihat ekspresi cemburunya Agnes, Iqbalpun berniat semakin menjahilinya. Lelaki itu mengedarkan pandangannya guna mencari seorang gadis, dan aktivitas Iqbal itu tak luput dari pantauan radar Agnes sampai mata Agnes berhenti di titik yang Iqbal lirik. "Hmm..lirik aja terus sampai tu mata juling..."  Tepat sasaran. Iqbal seketika meledakkan tawanya mendengar nada bicaranya Agnes yang syarat akan kecemburuan. "Cieee yang cemburuuu! Baru juga diliatin belum dipanggil sayang, masa udah cemburu! Kamu sih nggak mau dipanggil sayang..!" goda Iqbal semakin membuat bibir Agnes maju saking kesalnya. "Au ah gelap. Serah deh serah, goda no sana...!" "Hahaha. Makanyaa, yakin ni nggak mau aku panggil sayang...!" "Nggak!" "Ya udah! Hai sayaaang..." Iqbal berlalu begitu saja dari hadapan Agnes menuju gadis yang tadi dia dan Agnes lihat. "Iiiiii, kak Iqbaaaaalll..." teriak Agnes kesal membuat mereka kembali menjadi pusat perhatian. Iqbal? Jangan ditanya. Dia justru merasa bangga sekarang karena sudah membuat Agnes cemburu. Dengan tawa gelinya, Iqbal akhirnya memilih mendekat pada Agnes dan tak jadi menemui gadis yang sedang membaca tadi. "Katanya nggak cemburu? Nggak mau juga dipanggil sayang, tapi kok kesel waktu aku deketin cewek itu.?" Goda Iqbal sembari menoel-noel pipi Agnes membuat Agnes terus menepis tangan Iqbal. "Iiii apaan sih Kak, ni tangan ganjen banget..." ketus Agnes. "Yaaahh..ngambeekk.. Jangan ngambek dong!" “Bodo..!" "Bodo lagi..hehehe" "Ih jayuss.." "Biarin.. Yang penting kamu kan suka..!" "Siapa yang suka?" "Kamunya lah! Cemburu kamu lucu tahu nggak..." "Nggak ada yang cemburuuuu.." "Hahaha! Masih juga ngelak. Jujur aja kali Nes! Sayang Lho cowok kayak aku di anggurin." "Bodo..!" “Bodo.! Mulu dari tadi.." "Bodo!!" "Ya udah..Ck!" Agnes tersenyum puas saat melihat Iqbal merajuk. Iqbal kini benar merajuk. Bahkan lelaki itu memilih berdiri dipojokan seperti anak kecil yang tak mau dibelikan permen. Iqbal kini tengah sibuk dengan ponselnya saat Agnes tiba di hadapannya. "Sibuk banget ya sampe Agnes di sini dianggurin.!?" Iqbal tak merespon perkataan Agnes. Lelaki itu malah makin sibuk dengan Game di ponselnya. Agnes yang kesal langsung merebut ponsel yang tengah dimainkan Iqbal membuat lelaki itu langsung menatap  Agnes tepat di matanya. "Udah selesai?" tanya Iqbal dengan wajah suntuknya. "Belum. Kakak temenin.." manja Agnes. "Mau dulu dipanggil sayang!!" tawar Iqbal. "Iiii, masih juga itu..." "Ya udah kalau nggak mau! Siniin ponselnya, aku lagi main tadi." Agnes langsung menjauhkan ponsel Iqbal yang dipegangnya tadi dari jangkauan lelaki itu. "Temenin dulu..." "Panggil sayang dulu..." "Nggak mau!" kesal Agnes sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai kramik. "Ya udah..." "Iiiii kak Iqbal ngeselin...." "Makanya sayang dulu...! " Iqbal masih mencoba penawarannya. Agnes sedikit terdiam memikirkan permintaan Iqbal. Gadis itu tanpa sadar mengkerutnya keningnya membuat Iqbal juga melakukan hal yang sama. TAAAKK!! "Awwww... " "Buat panggil sayang aja susah banget..." "Sakit kakak..." Agnes menggosok keningnya yang tadi dijitak Iqbal. "Makanya~~panggil sayang jangan?" "Jangan....!" rengek Agnes masih kekeh membuat Iqbal gemas. "Haaah... Susah banget nyuruhnya. Siniin ponselnya.." Agnes tetap menjauhkan ponsel Iqbal dari jangakauan lelaki tersebut membuat Iqbal gemas. Iqbal yang kesal langsung berdiri. "Sayang, temenin...." DEG! Iqbal menghentikan geraknya saat telinganya mendengar satu kata yang sudah dia tunggu dari tadi. Iqbal langsung menatap Agnes yang kini tengah menghindari bertatap mata dengannya. "Apa?" tanya Iqbal kembali. Lelaki itu sungguh antusias. Sedangkan Agnes sudah memerah malu. "Apanya yang apa?" "Tadi ngomong apa?" "Ngomong apa? Nggak ngomong apa-apa kok.." "Tadi ngomong apa? Ulangi lagi..!" perintah Iqbal. "Iiiii Agnes nggak ngomong apa-apa..." "Nggak! kakak denger Lho. Ngomong apa tadi? Ulangi!" goda Iqbal semakin menjadi. "Kakak nyebelin.." Agnes beranjak dengan kesal menuju rak buku bagian n****+ membuat Iqbal nyaris tergelak.  Jujur Iqbal kaget saat Agnes memanggilnya sayang tadi. Bahkan sebelumnya Iqbal sudah menyerah meminta Agnes untuk memanggilnya sayang atau dia yang diizinkan Agnes untuk memanggil gadis itu dengan sebutam sayang. "Agnes..." "Nggak!" "Sekali ajaa.." "Iiiii, Agnes bilang nggak ya nggak... Kakak nyebelin.." "Sekali ajaaa.. Habis itu aku janji bakal nemenin..." bujuk Iqbal. "Nggak mau.. Kak Iqbal curang.." "Curang dari mana?" "Tadi udah dengerkan, tapi malah minta ulang.." "Nggak terlalu jelas Sayang. Ulangi lagi!" BLUUSSHH Kalau begini terus bisa dipastikan Dirinya akan meleleh di sini..- Batin Agnes. Cukup lama Agnes terdiam sebelum akhirnya kata itu keluar lagi dengan volume pelan dari mulutnya. "Sayang temenin.!" ucap Agnes yang lebih bisa dikatakan seperti berbisik. "Apa?" "Sayang, temenin..." "Apa apa? Kurang denger Agnes...kencengin sedi........" "SAYANG TEMENIIINN, PUAS!!" Iqbal tertawa ngakak. tak peduli kalau dia dan Agnes kembali menjadi pusat perhatian. Sedangkan Agnes kini justru tengah menyembunyikan wajahnya di punggung Iqbal karena saking malunya. ***** Setelah berhasil menemukan n****+ yang dicarinya, Agnes pun bergegas pergi menuju kasir. Dia sangat malu semenjak insiden teriakannya pada Iqbal tadi. Saat si penjaga kasir melihat buku yang Agnes beli, wanita itu langsung menatap Agnes dan buku itu secara bergantian membuat Agnes risih. "Kenapa Mbak?" tanya Agnes sedikit kesal. "Eh! Ng..ngak Dek..." "Kenapa Mbak? konten dewasa ya? Tenang mbak, istri saya ini badannya doang yang kecil umurnya udah gede." jawab Iqbal sekenanya membuat Agnes melotot tajam. Tapi berbeda dengan si Agnes, mbaknya justru bernafas lega mendengar ucapan Iqbal. "Percaya dia?" - batin Agnes nelangsa. Sesampainya di mobil Agnes masih mencak-mencak sendiri karena ucapan gila Iqbal tadi. "Kakak kok seenaknya bilang kalau aku ini istri kakak?" tanya Agnes masih kesal. "Trus aku mesti jawab apa? Bocah? Kamu pikir apa yang ada dalam pikiran mbaknya tadi waktu kamu milih n****+ kayak beginian!?" Agnes langsung terdiam. Emang salah ya kalau dia beli n****+ kayak begini. Ceritanya kan bagus. "Kenapa diem? Nggak bisa jawab ya?" "Iiii,,kak Iqbal kok mojokin aku sih." "Bukan mau mojokin kamu Agneees. Kamu itu masih SMA, tapi bacaan kamu itu Lho. Pengen cepat-cepat bisa rasain ya.?" tanya Iqbal spontan. Agnes langsung kaget mendengar pentanyaan dari Iqbal. "Maksud kakak?" "Sini n****+ yang kamu beli tadi mana?" Agnes mengeluarkan n****+ tersebut dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Iqbal. "nih! Ini tu konten 20 tahun ke atas Agnes, sedangkan umur kamu masih 16 tahun.!" Tunjuk Iqbal pada logo 20+ yang tertera pada cover. "Bentar lagi 17 tahun." sergah Agnes cepat membuat Iqbal langsung berhenti bicara. "Dan lagian ini ceritanya kayaknya bagus kak.tentang taruhan gitu, seorang...." "Seorang dokter yang dijadiin taruhan s*x?" kali ini giliran Iqbal yang memotong ucapan Agnes. Agnes hanya mengangguk mengiyakan sembari mendengus kesal. "Iya sih bagus, Bagus banget malahan. Temen kakak ada yang udah baca ini n****+. Tapi kan tetap itu bukan bacaan kamu."jelas Iqbal melanjutkan. Lelaki itu masih mencoba untuk meyakinkan Agnes. "dan apa-apaan.. Mentang-mentang kamu mau masuk 17 tahun, trus bebas baca beginian. Trus nanti......" "Iiiii,, kak Iqbal cerewet banget sih! udah ah! Siniin novelnya." Agnes langsung merampas n****+ itu dari tangan Iqbal dan memasukkannya ke dalam tasnya. Kak Iqbal cerewet banget ternyata.. Ck! Dulu aja sok sokan jaim..-batin Agnes mengejek. "Kenapa liatin aku sampe begitu banget..?" "Kakak cerewet aslinya ternyata...heheheh.." celetuk Agnes sembari tersenyum malu. "He? Gak tahu kamu kalau kakak aslinya cerewet?" "Gimana bisa tahu. Tiap ketemu akunya aja kakak langsung berubah jadi patung idup. Dieeeeeem aja. Sekalinya jawab, beeeuuuh! Hati tu rasanya pengen bilang  'aawww—perih dedek babang.!” Iqbal merasakan geli diperutnya mendengar celotehan Agnes yang menurutnya lebay itu. Apalagi Aqnes mencontohkannya dalam gerakan dan mimik wajahnya. "Terserah kamulah. Babang mah ndak tanggung jawab dedek. Kalau nanti kepengen juga, hubungi aku jangan cowok lain." Agnes shock mendengar ucapan Iqbal barusan. Gadis itu reflek langsung memukul d**a Iqbal saking kagetnya. "Ih kakak apaan sih. Ngaco banget deh.." "Nah kan. Baru aja bilang kalau mau,, udah main pegang-pegang d**a aku aja..." "Iiiii. Serah kakak deh. Males ngomong sama cowok berotak mesum.." "m***m tapi suka... " "Nggak!  Nyesel aku suka sama kakak!" Iqbal langsung terdiam. Ada sedikit kecewa di hatinya saat Agnes mengucapkan kalimat itu. Apa Aqnes belum bisa menerima dirinya??  "Ya udah. Simpan novelnya..!" perintah Iqbal dengan nada dingin, membuat Agnes kaget. Agnes melirik ke arah Iqbal seketika, melihat aura lelaki itu dari samping. Gelap. Marah lagi kah? - tanya Agnes sembari menggigit bibir bawahnya. Iqbal yang merasa tak ada pergerakan dari samping kirinya seketika mengalihkan penglihatannya pada Agnes dan mendapati gadis itu juga tengah menatapnya. "Kenapa?" tanya Iqbal sedikit ketus. "Kakak marah?" tanya Agnes takut. Bahkan agnes tanpa sadar menggigit bibir bawahnya lagi. Iqbal yang melihat itu langsung mengalihkan netranya dari bibir Agnes. "Nggak..." jawabnya singkat. "Kalau nggak, kenapa kakak nada bicaranya gitu.." Agnes mulai merajukkan suaranya. "Haaahh... Apa aku boleh nanya?" Iqbal kini sudah memutar tubuhnya sepenuhnya ke arah Agnes dan sedikit mencondongkan wajahnya membuat wajah Iqbal dan Agnes hanya berjarak dua jengkal. "Bo—boleh..nanya apa kak?" gugup Agnes. "Jangan digigit.!" ucap Iqbal dengan tatapan menggoda.  Agnes langsung melepaskan gigitan itu dari bibir bawahnya. "Iiii. Kak Iqbal..." "Aku serius Agnes.. Apa kamu belum mau nerima aku? Kalau belum, Apa maksudnya kamu nyambut tangan aku waktu itu?" "K..kak... Ini..." "Apa kamu masih marah?" "Ng..nggak kak..agnes nggak marah lagi kok..." "Trus kenapa kamu bilang nyesel pernah suka sama aku?" "itu Hmm, maaf kak.! Agnes kelepasan." Agnes seketika menunduk. "Kalau ngomong liat aku!" perintah Iqbal. Agnes seketika menaikkan kembali kepalanya, menatap tepat di mata Iqbal. "Kakak marah?" "Iya..!" "Jangan marah. Kan Agnes udah bilang itu kelepasan...." "Hah.. Kelepasan? Aaa, jadi kalau aku tiba-tiba bilang sayang ke cewek lain di depan kamu dan aku bilang aku kelepasan, mau?" Agnes seketika menggeleng. Iya kali aku mau.. Bikin kakak bisa kayak gini sama aku aja butuh rasa sakit dulu..- Batin Agnes merutuk. "Makanya, jangan ucapin itu lagi! Pake alasan kelepasan lagi..." "Trus tadi kakak yang liat cewek di toko buku, apa kabarnya?" "Itu kamu yang pancing... !!" Iya juga sih..tadi aku yang nantangin kak Iqbal.. "Apa? Mau ngomong apa lagi...?" Agnes terdiam sedangkan Iqbal masih dengan mode juteknya. Iqbal menatap Agnes dalam, begitupun gadis itu. CUP! Iqbal tercenung saat bibirnya tiba-tiba merasakan partikel lembut menempel pelan. Iqbal seketika menatap Agnes dalam. Sedangkan Agnes malah kembali menggigiti bibir bawahnya. Apa dia salah lagi? Nyium Iqbal duluan apa salah lagi? Apa.... "Yaaaahh... Kenapa di ciuumm.." Eh? "Mak..maksud ka..kakak?" "Kenapa di ciuuum! Kan emosinya jadi ke reset! Hilang kan tuh emosinya!” BLUUSSSHH... Pipi Agnes kembali merona merah. Tak berani menatap Iqbal, Agnespun hanya menunduk. Sedangkan Iqbal, Dia malah sedang kegirangan dalam hatinya. "Jangan nunduk. Aku suka lihat wajah merona kamu." goda Iqbal lembut sembari mengangkat kepala Agnes dengan jemarinya. Pandangan Iqbal dan Agnes kembali bertemu. Bedanya kali ini mereka merasakan detakan jantung yang tak biasa. Apalagi Agnes, gadis itu semakin bersorak dalam hatinya saat Iqbal mendekatkan wajahnya pada wajah Agnes. Entah secara naluri atau memang sudah aturannya seperti itu, Agnes langsung memejamkan matanya saat kenyalnya bibir Iqbal mendarat tepat di bibirnya. Awalnya Iqbal hanya menempelkan saja,  tapi lambat laun Agnes merasakan bibir Iqbal bergerak di atas bibirnya. Melumat secara perlahan, menekannya sedikit lebih kuat dan kembali melumat. Agnes tak tahu harus seperti apa, karena ini kali pertamanya dia dicium seintens ini sama Iqbal. Bahkan dia tak tahu bagaimana cara membalas ciuman. Dia sering membaca cerita tentang ciuman, tapi untuk mempraktekan, Agnes tak pernah mencoba sama sekali. Alhasil jadilah gadis itu sekarang kaku. Iqbal belum mau menghentikan lumatannya walaupun tak ada tanda-tanda Agnes akan membalas ciumannya. Tapi layaknya cerita romance yang ada, si cowok akan menggigiti bibir wanitanya agar terbuka dan mereka akan berperang lidah. Iqbalpun mencontohkan hal tersebut. Iqbal seketika menggigit bibir bawah Agnes membuat gadis itu terpekik dan kesempatan itu digunakan oleh Iqbal untuk menjelajahi rongga mulut Agnes. Gghmmm... Sebuah lenguhan keluar dari mulut Agnes. Merasa keduanya kehabisan oksigen, Iqbalpun melepaskan secara perlahan tautan bibir mereka yang langsung dijadikan kesempatan untuk Agnes meraup udara sebanyak-banyaknya. Iqbal menempelkan keningnya dengan kening Agnes, menatap tepat di mata Agnes yang masih terpejam. Iqbal terperangah merasakan manisnya bibir Agnes di bibirnya, candunya dia pada bibir tipis itu dan suka melihat bibir Agnes yang membengkak karena ulahnya. Iqbal akhirnya melepaskan tautan kening mereka dan memberi jarak sekitar sejengkal. Agnes membuka matanya dan menatap tepat di mata Iqbal. "Ini milikku sekarang sampai seterusnya! Jangan biarkan cowok lain menyentuhnya." Bisik Iqbal sembari mengusap bibir Agnes yang membengkak karena ulahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN