Agnes akhirnya tersadar. Hidung gadis itu mengernyit saat mencium aroma tajam obat-obatan. Setelah diperiksa ulang, dokter menyatakan kalau perut Agnes juga kosong dan pengakuan dari Agnes juga menjadi pemicu Iqbal berkacak pinggang seperti saat sekarang ini.
Daniel dan Reno lebih memilih keluar dari ruangan meninggalkan Iqbal yang dengan wajah gemasnya, dan Agnes dengan ekspresi tertunduknya. Agnes tak berani menatap Iqbal karena Aura lelaki itu sungguh gelap. Dalam hatinya gadis itu bergumam kesal. Baru juga siuman udah ada alamat bakal dimarahin lagi.
"Tatap aku!" perintah Iqbal tak terbantahkan. Agnes secara perlahan mendongakkan wajahnya mencoba menatap ke arah Iqbal.
"K--kak...."
"Kenapa sampe nggak makan dua hari?" tanya Iqbal ketus.
"Itu---Itu karena..."
"Mau mati?"
"Nggak!" Agnes seketika berteriak membantah ucapan Iqbal. "Nggak mau.."
"Kalau nggak mau kenapa sampai nggak makan? Trus kenapa sampai konsumsi obat tidur segala? pengen tidur selamanya?" bukannya menjawab, Agnes justru menatap Iqbal lamat dan dalam.
"Kenapa liatin kayak gitu?"
Agnes kembali tertunduk. kenapa kak Iqbal makin galak gini sih!? batinnya bertanya.
Agnes semakin terdiam dan jantungnya berdetak tak karuan saat jemari Iqbal kini sudah mengganggam jemarinya lembut. Agnes seketika menengadah ke atas dan mendapati wajah Iqbal sangat dekat dengan wajahnya.
"jangan ulangi lagi!" Agnes menggeleng pelan. "kalau ada apa-apa, ceritakan semuanya padaku.."
"Kak Iqbal juga salah..." tuduh Agnes tak terima.
"kenapa aku?"
"Kak Iqbal tiba-tiba ngilang gitu aja, bahkan saat hari dimana Agnes minta kakak jemput Agnes seminggu yang lalu, tapi yang datang justru kak Daniel, padahal Agnes saat itu mau kasih tahu kakak yang sebenarnya. mana ponsel kakak juga mati." jutek Agnes merajuk. bibir gadis itu maju beberapa mili membuat Iqbal gemas dan langsung mencubiti bibir yang kini kembali merona itu.
"Iiiiii! kak Iqbal main tarik bibir Aqnes aja.! sakit tahu..."
"Habisnya gemes akunyaa. bibir kamu tu lucu.."
"apanya yang lucu.! nyebelin kak Iqbal."
"Idih. masih ngambek. jangan ngambek gitu dooong.! iya deh iya, aku minta maaf karena ngilang dari kamu..."
"udah males.."
"eh? kok gitu?"
"males aja. kakak nyebelin banget..."
"yakin ni males? nanti beneran pergi lho akunya." Agnes seketika menatap Iqbal.
"pergi kemana?"
"Ke Jepang...." Agnes terdiam sesaat.
"eiiiii,, jangan becanda kak. mana...."
"aku nggak becanda." Agnes lagi-lagi terdiam. aura wajah Iqbal kembali dingin dan tajam. keseriusan terpancar cukup jelas diwajah tampannya.
"kakak serius.?" Tanya Agnes masih belum percaya.
"serius.! sem..."
"batalin...!" perintah Agnes tak terbantahkan.
"eh? main batalin aja. semua dokumen udah aku urus Nes dan pihak sana juga sudah tahu aku akan jadi siswa mereka selama setahun ini, lagian..."
"ya udah kakak pergi aja sana... " Agnes memutar wajahnya ke kiri membelakangi Iqbal menghindari bertatap dengan mata lelaki itu.
"Nes..."
"sayang kan kalau dilepas? lagian nggak semua orang bisa dapatkan kesempatan ini."
"Nes? tatap aku kalau ngomong.."
"Pergi aja kak. Agnes nggak apa-apa.!" suara Agnes bergetar saat mengucapkan itu. Iqbal menghembuskan nafasnya kasar. didekatinya gadis itu dan duduk di atas ranjangnya.
"Hey! dengerin dulu kalau aku ngomong.!" Iqbal memutar tubuh Agnes agar kembali berhadapan dengannya.
wajah Agnes sudah banjir dengan air mata. dia masih terisak saat matanya menatap Iqbal lamat.
"beneran kamu mau aku pergi?" tanya Iqbal lembut. Agnes menggeleng sembari terisak. dia tak mau lagi kehilangan Iqbal. cukup satu minggunya yang terbuang sia-sia karena rasa sakit.
"jawab sayang..."
"Agnes nggak mau. Agnes nggak mau kakak pergi lagi, Agnes nggak mau kakak jauh lagi dari Agnes..hiksss..hikksss... jangan pergi lagi...hikkss..." Agnes meraung seketika membuat Iqbal terkejut tapi setelah itu justru Iqal tersenyum geli. Agnes terlihat seperti anak-anak yang merajuk.
"kalau gitu. ada satu syarat yang harus kamu lakuin kalau kamu nggak mau kakak pergi..." Agnes menghentikan tangisnya. Gadis itu kini hanya sesegukan.
"Apa?"
Iqbal merogok kantong celananya, mengambil dua buah benda yang dulu gagal Iqbal berikan pada Agnes.
"Kamu mau jadi pacar aku?" bukan terisak lagi, Aqnes justru malah cegukan. gadis itu menatap lamat cincin yang kini dipegang Iqbal. "k--kak..."
"kalau bisa, hari ini juga kita tunangan..." lanjut Iqbal membuat Agnes semakin tercengang.
Aqnes mengusap air matanya kasar. mengangguk dengan semangatnya lalu berhamburan kepelukan Iqbal. "iya..iya aku mau kak." Iqbal seketika membalas pelukan Agnes dengan tak kalah hangatnya.
"makasi sayang." Agnes mengangguk. setelah pelukan mereka terlepas, Iqbal langsung memasangkan cincin itu di jari manis Agnes begitupun dengan Agnes.
"Agnes sayang sama kakak..."
"aku jauh lebih cinta sama kamu Nes." Iqbal mengusap pipi Agnes lembut. menatap bibir yang sudah dia rindukan itu.
Iqbal mendekatkan wajahnya perlahan. bahkan tanpa ragu Agnes sudah menyambutnya dengan memejamkan matanya sendiri. saat hampir saja bibir itu bersentuhan, suara deheman menyadarkan mereka dan langsung menjauhkan bibir masing-masing.
"Hubby, apa kita salah masuk tempat? ini benar rumah sakit kan bukan hotel kan?"
Hubby? apa kalian tahu siapa dia?
Yaapp. wanita itu Angel. dia langsung bergegas menuju rumah sakit saat mendengar kabar dari Daniel kalau Agnes masuk rumah sakit. tapi sepertinya khawatir yang dia rasakan tadi harus dilenyapkannya. pasalnya sekarang wanita itu tengah jengah melihat Iqbal yang nyaris berciuman dengan Agnes.
"Haaahh! Kalian lagi! kenapa selalu muncul di saat yang nggak tepat sih.?" rutuk Iqbal sembari mengusap rambutnya kasar.
"heh tokek! ini tu rumah sakit! bukan hotel. main cium aja. untung yang masuk aku, kalau dokter kan berabe."
"justru kalau yang masuknya kalian yang lebih bahaya. dokter tak akan mengganggu privasi pasien asal kamu tahu. suamimu dokter juga kok, dia tahu tu yang kayak begituan..." jawab Iqbal geram. sedangkan Mike yang ditanya hanya mengangkat bahunya acuh.
"Kak Agneeeessss...."
"nongol satu lagi nih perusuh..." Iqbal seketika terdorong saat Delia menghantam tubuhnya untuk minggir. gadis itu langsung berhamburan kepelukan Agnes tanpa peduli dengan Iqbal yang tengah menggerutu kesal.
"udah bro! nikmatin aja. Lo mah enak yang meluk Agnes masih cewek, lah ini gue cowok ding cowok..." Iqbal mengernyit mendengar Mike berbicara.
"Sorry man. gue beda sama Lo. Lo cemburu Lo berlebihan. masa bocah macam Andrew yang meluk bini Lo, Lo nya kayak kesetanan. Masih bocah aja begitu, apalagi yang meluknya seumuran Angel. "
"Gue jadiin sosis goreng ‘rudalnya..’"
PLAAKK..
"Mike..." Iqbal seketika tertawa ngakak sedangkan Mike tengah meringis kesakitan karena tepokan istrinya yang tepat mengenai lengannya.
"Sakit Honey..."
"kamunya sih ngomongnya keterlaluan.."
"keterlaluan dari mana? aku serius kali sayang.."
"awas kalau sekali lagi keceplosan kayak gitu! aku yang bakal jadiin 'itu' sosis goreng." Mike seketika merinding nyeri.
'yang benar aja miliknya dijadiin sossis goreng. nggak bisa goyang-goyang diranjang lagi dong dia...' seketika Mike manatap Angel tajam sedangkan istrinya itu justru memeletkan lidahnya pada Mike membuat Mike geram setengah mati. coba ini rumahnya, dia pastikan akan menyerang Angel sampai lemas menggunakan 'itu' yang akan dia jadikan sosis goreng tadi.
"sabar Bro. istri Lo emang begitu. Makanya jangan asal ngejeplak tu mulut. kan kasian senjata naena Lo dijadiin sosis goreng." ledek Iqbal sambil menahan gelinya.
"sialan Lo...."
*****
jam masih menunjukkan pukul enam pagi, tapi kehebohan sudah terjadi dikamar rawat Agnes. Daniel yang baru saja datang melihat adiknya itu dikejutkan dengan keberadaan Iqbal yang kini tengah berbaring di ranjang rumah sakit Agnes. bukan hanya itu, lelaki jomblo tersebut juga dikejutkan dengan Iqbal yang tengah melumat bibir Agnes yang ada samping kirinya.
"Apa-apaan kalian!" bentak Daniel membuat pasangan itu terlonjak kaget. bahkan Agnes masih belum sempat membereskan pakaian rumah sakitnya yang tadi sempat dinaikkan oleh Iqbal sampai ke atas dadanya.
sebelum Daniel datang, Iqbal memang tengah membangunkan Agnes dengan cara melumat bibir gadis itu, tapi bukannya bangun dan duduk Agnes justru membalas ciuman lelaki yang dua hari lalu itu resmi menjadi tunangannya. Iqbal yang terbawa nafsu menjadi semakin aktif bahkan tangannya main masuk begitu saja ke dalam pakaian longgar rumah sakit Agnes dan meremas d**a Anges yang masih tertutupi Bra dengan gemas sampai akhirnya suara bentakan Daniel mengejutkan mereka berdua.
Dua bulan sudah usia hubungan Agnes dan Iqbal. Mesra? Jangan ditanya. Bahkan Daniel ingin menutup pintu rumahnya saat Iqbal berkunjung.
Agnes kini tengah memasak di dapur. Makanan yang gadis itu masak cukup banyak malam ini, entah apa yang akan dia lakukan dengan makanan sebanyak ini.
“tumben masak banyak Dek?” tanya Daniel yang baru saja balik.
“hehehe. iya kak. Ada tamu spesial yang mau datang.” Agnes cukup merona mengatakan tamu spesiel tersebut.
“Eelaah! paling Iqbal lagi...!”
“kok kakak tahu?”
“monyet lagi gelantungan juga tahu kali dek kalau kamu lagi berbunga-bunga sama si cunguk satu itu.” ledek Daniel membuat Agnes kesal seketika.
“siapa yang kakak panggil cunguk?” tanya Agnes kesal.
“Pacar kamu itulah. eh salah, tunangan...” jawab Daniel dengan nada sedikit mengejek pada kata tunangan.
“Ih! Apaan sih kak Daniel!? bilang aja kakak iri kan? dasar kakak Jones.”
“preeett.! Kagak! nggak bakalan..”
“ya udah kakak masuk sana. Jangan gangguin Agnes.!” geram Agnes. Bukannya masuk, Daniel justru mencomot satu potong ayam kremes yang ada di meja makan.
“Kak Danieeeelll...” teriak Agnes kesal.
“Ih satu doang juga. tapi jangan yang itu. itu buat kak Iqbal..”
“sama aja kali dek. ayam juga ini.!”Agnes hanya mendengus kesal mendengar jawaban Daniel si pencuri ayamnya.
satu jam kemudian, Daniel dikejutkan oleh suara bel yang berbunyi tak henti-hentinya.
“siapa sih? Kurang kerjaan banget nekan sebanyak it..” Daniel langsung berjalan cepat keluar dan mendapati Iqbal, Angel, Mike, Delia dan Andrew berdiri di depan rumahnya.
Bahkan Angel yang belum diizinkan masuk langsung ngacir begitu saja kedalam membuat tubuh Daniel sedikit terdorong disusul oleh Iqbal dan yang lainnya.
“Waaahh. makanan.!” Seru Delia kegirangan.
“Agnes mana?”
“dia di kamarnya. tengok aja ke sana. udah frustasi gue liat cewek Lo itu. tiap sebentar keluar kamar Cuma buat nanya ‘kak Daniel, baju aku yang ini bagus nggak’. Pengen gue bejek dia...”
“hahahah! tenang bro. gitu-gitu adik Lo juga kali..”
“tapi dulu tak seperti itu. lo apain Adek gue?”
“ih apaan. mana gue tahu.! udah ah gue susulin Agnes dulu..”
Iqbal langsung berjalan menuju kamar Agnes. Awalnya lelaki itu hanya mengintip sedikit tapi tak mendapati Agnes ada di kamarnya.
Iqbal semakin memasukkan tubuhnya ke dalam dan mendengar suara air shower dari arah kamar mandi. Senyum misterius Iqbal seketika menguar. Ditutupnya pintu itu pelan dan menguncinya.
Iqbal langsung berjalan ke arah pintu kamar mandi Aqnes dan berdiri dengan santainya di sana. Tak berapa lama suara air itupun berhenti. Iqbal melirik ke arah gagang pintu yang bergerak tanda sebentar lagi pintu akan terbuka.
Iqbal yang awalnya ingin mengejutkan Agnes justru dia yang dibuat terkejut duluan karena ternyata Agnes tak memakai apapun untuk menutupi tubuhnya alias bugil.
“Kyaammmmmm” Iqbal seketika membungkam mulut Agnes dengan tangannya saat gadis itu hendak berteriak kencang.
“Ssstt!! jangan teriak..” Agnes tak mengindahkan perintah Iqbal. Dalam benaknya sekarang hanya tentang memikirkan tubuhnya yang tak tertutupi apapun. Iqbal pasti sudah melihat semuanya. Iqbal melepaskan bekapannya pada mulut Agnes.
Agnes sudah tak ingin berteriak. Tapi gadis itu justru membeku saat wajah Iqbal mendekat dan membisikkan satu kalimat yang mampu membuat tubuhnya menegang.
“Kau sangat seksi sayang. aku suka tubuhmu.!” setelah itu dengan cepat Iqbal langsung menarik Agnes dalam pelukannya, melumat bibir gadis itu lembut sembari mengangkat tubuh Agnes dan merebahkan tubuh tersebut diranjang besar milik Agnes.
Iqbal tergoda. Itu yang gadis itu rasakan. Pasalnya Iqbal yang hanya menggunakan celana santai melenguh saat lutut Agnes tak sengaja menyentuh bagian bawahnya yang sudah menegang.
“hhhmmm..” Lenguh Agnes saat Iqbal mengusap lembut ujung dadanya tanpa melepaskan ciuman mereka. Agnes yang kehabisan nafas langsung memukul pundak Iqbal membuat lelaki itu segera melepaskan ciumannya tapi tidak dengan tangan kanannya yang masih meremas d**a Agnes lembut.
Agnes dan Iqbal memburu nafas bersama. Tapi berbeda dengan Iqbal yang bisa menarik nafas dengan baik, Agnes justru harus menarik nafas tersendat-sendat karena Iqbal yang juga sedang mengerjainya dengan meremas dadanya sambil sesekali menyentil putingnya yang sudah menjulang.
“Aggghhh!! Kak Iqbal jangan! Nanti ada yang masuk!” bujuk Agnes dengan wajah yang bertolak belakang dengan nafsunya. Nafsu gadis itu saat ini ingin meminta permainan Iqbal dilanjutkan, tapi wajahnya meminta untuk dihentikan.
“Agghhhhhh...” Agnes terpekik dalam desahaannya saat tangan kasarnya Iqbal menggosok daging kenyal di bagian bawahnya membuat Agnes merinding.
Agnes terpejam saat tubuhnya merasakan rasa yang aneh tapi nikmat. Ini baru pertama kalinya dalam hidup Agnes merasakan sensasi seperti ini.
“Kau sudah basah Sayang..” Bisik Iqbal menggoda. Iqbal mengecupi daun telinga Agnes, menjilatnya dan mengulumnya lembut membuat Agnes semakin menggelinjang.
“Kak—Stooopp!” rengek Agnes semakin menjadi.
“bilang sayang dulu.!”
“ghhmm Sayang stoopp! agghh.!” tubuh Agnes bergetar hebat karena sebuah rasa yang Agnes sendiri tak itu rasa apa. Ada rasa nikmat dan nyaman setelah itu dia rasakan.
“hahh hah hah” Agnes menarik nafas kuat. Tubuhnya masih bergetar merasakan sisa-sisa rasa itu.
“gimana? Hm?” tanya Iqbal dengan tatapan menggodanya.
“ini....”
BRAAK!! BRAAAKK!! BRAAKK!!
“WOOOOIII! KALIAN NGAPAIN SIH DI DALAAAAMM. AKU LAPER NIIIIHHH.!” itu suara Agnes. Tampaknya wanita hamil itu tengah kesal karena Iqbal dan Agnes tak kunjung keluar.
Agnes dan Iqbal seketika menatap ke arah pintu dan tak lama kembudian, mereka saling tatap-tatapan kembali lalu diakhiri dengan tawa lucu.
“Ya udah! Kamu pasang gi bajunya!” perintah Iqbal. Agnes mengangguk dan langsung berlari menuju lemari pakaiannya, mengambil satu stel baju santai dan berlari menuju kamar mandi. Iqbal berjalan menuju pintu dan segera membukanya. Seketika lelaki itu melihat Angel dengan wajah kesal tengah berdiri di depannya.
“Lama banget sih! kalian ngapain? Bercinta ya?”
BYUUUURRR!
Daniel dan Delia yang saat itu tengah minum langsung menyemburkan air yang ada dalam mulutnya keluar.
“Bercinta apaan?” jawab Iqbal singkat lalu berjalan meninggalkan Angel dengan segala kecurigaannya. Tapi tak berapa lama Iqbal keluar, Angel melihat Agnes keluar dari kamar mandi.
“K--kak Angel?” Agnes tiba-tiba kaku saat Angel menatapnya penuh selidik.
“habis dari mana kamu?” tanya Angel. Agnes meneguk ludahnya dengan kesusahan.
“Dari kamar mandi kak...”
“yakin?”
“i—iya yakin! lagian kenapa kak?”
Angel cukup terdiam sebelum gadis itu melenggang begitu saja menuju meja makan.
Agnes menghembuskan nafasnya lega. Ditegakkannya kepalanya sampai pandangan gadis itu beradu dengan pandangan Iqbal . Iqbal seketika tersenyum manis sambil mengedipkan mata yang langsung dibalas Agnes dengan hal yang serupa.