Shanum keluar dari dalam rumah dengan terburu-buru. Kembali Mia menatap putrinya dengan tatapan kebingungan dan tidak mengerti apa yang terjadi pada Shanum yang sebentar pergi dan sebentar pulang. Kali ini apa yang tinggal di rumah temannya?
Mia tidak memedulikan putrinya yang buru-buru keluar dari dalam rumah. Mia kembali menonton series Korea yang membuatnya sudah menghabiska tissue sebanya dua kotak.
***
Shanum turun dari dalam taxi dan berjalan menuju bangku yang ada di persimpangan jalan rumah Raka. Shanum menunggu pria itu gelisah dan berharap Raka mau menikahi dirinya dan tidak menolak untuk bertanggung jawab.
Shanum menatap pada jalanan Raka belum datang juga, padahal sudah satu jam lebih Shanum menunggu pria itu di sini. Shanum mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan kembali menghubungi Raka. Namun, tidak dijawab oleh pria itu. Shanum tidak menyerah, terus menelepon Raka sampai pria itu menjawab dan mengatakan kalau sudah dekat dan Shanum tunggu saja di situ.
Shanum memasukkan kembali ke dalam tasnya dan melihat mobil Raka yang berhenti di tepi jalan. Shanum langsung berdiri dan tersenyum pada Raka yang hanya menatapnya datar. Raka berjalan dengan gaya angkuhnya dan duduk di depan tempat duduk Shanum dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh wanita itu padanya.
Raka sebenarnya sangat malas datang ke sini. Kalau saja dirinya tidak ditelepon terus oleh Shanum. Raka lebih baik bekerja dan tidak perlu menemui wanita itu ke sini.
Shanum menatap pria di depannya dengan sebuah kesedihan. Raka Adiaksa—menatap Shanum bingung, kenapa Shanum menangis dan pagi sekali mengajak bertemu dengannya.
“Ada apa Shanum?” tanya Raka.
Shanum yang mendengar pertanyaan Raka menggigit bibirnya dan memberikan tespack pada Rak. Raka mengambil tespack dari tangan Shanum. Tubuhnya langsung menegang melihat tespack yang ini bergaris dua.
“Kau hamil?” tanya Raka.
Shanum mengangguk. “Iya. Kamu mau tanggung jawabkan Raka?” tanya Shanum dengan senyumannya. Shanum yakin Raka akan tanggung jawab mengingat Raka sangat mencintainya dan mengatakan pada malam itu akan bertanggung jawab kalau Shanum hamil.
Raka menggeleng dan memberikan tespack itu pada Shanum kembali. “Tidak. Aku tidak bisa menikah denganmu. Aku akan menikah tiga hari lagi.”
Duar!!
Seperti disambar petir jawaban Raka itu membuat Shanum menangis histeris. “Kau akan menikah? Dengan siapa? Lalu aku? Bagaimana denganku? Aku hamil anakmu Raka! AKU HAMIL!!” teriak Shanum menangis.
Raka berdiri dari tempat duduknya, untung saja mereka bertemu di persimpangan rumah Raka yang jarang sekali dilewati oleh orang. Sehingga tidak ada yang mendengar percakapan mereka berdua.
“Kau akan tahu aku menikah dengan siapa nantinya, jangan pernah meminta pertanggungjawaban padaku. Belum tentu juga anak di dalam kandunganmu itu anakku,” ucap Raka dan pergi berlalu dari hadapan Raka.
Shanum yang melihat kepergian Raka meluruhkan tubuhnya ke atas tanah. Shanum memukul tanah dengan derai air matanya. Ini semua salahnya. Terlalu percaya dan cinta pada laki-laki sehingga merusak hidupnya.
Shanum perlahan berdiri dan berjalan dengan cepat menghampiri Raka yang masuk ke dalam mobil, dan berdiri di depan mobil Raka agar pria itu tidak melajukan mobilnya. Shanum ingin Raka menikahi dirinya.
“RAKA AKU MOHON! KAU SUDAH BERJANJI AKAN MENIKAHIKU!” Tangis Shanum memohon pada pria itu.
Raka yang melihat itu kembali keluar dari dalam mobil dan menatap Shanum dengan tatapan tajam dan tidak sukanya.
“Menikahimu? Hanya dalam mimpimu Shanum. Aku tidak pernah memiliki janji seperti itu. Belum tentu itu anakku, ini sudah dua bulan berlalu dari aku menjamah tubuhmu itu. Bisa saja itu bukan anakku, kau kan bisa melakukannya dengan siapa saja,” ucap Raka sinis.
Shanum menggeleng tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Raka pada dirinya. Shanum tidak pernah melakukannya dengan pria lain. Dia hanya melakukannya dengan Raka dan pria itu menjadi pria pertama yang melakukannya pada Shanum.
“Raka, kau tahu sendiri bukan? Kalau kau pria pertama yang melakukan itu padaku,” ucap Shanum sendu.
“Benar. Aku pria pertama yang melakukan itu denganmu. Tapi, kau itu wanita bodoh. Yang hanya terayu dengan kata cinta dan kesetiaan kau bisa melakukannya. Kau tidak lebih dari w************n!” ucap Raka masuk ke dalam mobil.
Raka menghidupkan mobilnya dan melajukannya. Tidak peduli Shanum yang berada di depan mobilnya. Shanum mengelak dan menatap mobil Raka yang pergi menjauh. Shanum menangis sambil menepuk dadanya yang sangat sesak sekali.
Shanum menyesal. Ya Tuhan … dirinya menjadi perempuan terbodoh di dunia ini. Yang gampang sekali dengan bujuk kata cinta dan tanggung jawab yang tidak pasti sama sekali. Langkah gontai Shanum berjalan menjauh dari persimpangan rumah Raka.
Shanum menatap pada langit yang mendung. Langit saja mendukung perasaannya yang sedang sedih dan penuh penyesalan. Hujan perlahan mulai turun dan membasahi tubuh Shanum. Hujan seakan membantu Shanum menutupi air mata wanita itu.
Shanum meremas dadanya, tidak bisa membayangkan masa depan yang cerah lagi. Orangtuanya pasti marah dengan apa yang dilakukan oleh dirinya. Shanum terjatuh membuat telapak tangannya terluka oleh batu kerikil di jalanan.
Shanum memukul aspal dan menangis sekuat tenaga. Raka akan menikah dan tidak mau bertanggung jawab. Shanum terlalu buta akan yang namanya cinta. Shanum menjadi perempuan bodoh, dengan mudahnya memberikan harta berharga miliknya.
“Aku menyesal. Aku ingin mati. Kenapa takdir tidak berpihak padaku? Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Aku mencintai Raka. Dan kenapa dia dengan mudah mengingkari janjinya?” tanya Shanum dengan menatap pada air hujan yang membasahi bumi.
Shanum tertawa sumbang sambil meremas perutnya yang sekarang terdapat sebuah makhluk hidup yang akan terlahir di atas dunia ini tanpa seorang ayah. Kesalahan yang dilakukan oleh Shanum, membawa semuanya buruk dan merugikan untuk dirinya. Shanum kembali berdiri dan berjalan lambat memikirkan apa yang akan dilakukan oleh dirinya pada anak dalam perutnya ini.
Shanum belum siap memiliki anak. Dan yang paling membuat Shanum tidak siap adalah, membayangkan kemarahan dan tatapan kecewaan dari orangtuanya. Selama ini mereka selalu menyayangi Shanum dan menuruti semua kemauan Shanum.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau hamil dan tidak siap menjadi seorang ibu.” Shanum memukul perutnya berharap janin dalam perutnya ini keguguran dan tidak terlahir ke dunia.
Shanum langsung menghapus air matanya mengingat kalau janin ini pasti bisa digugurkan, Shanum dengan cepat berjalan dan mencari taxi yang mengantarnya pulang ke rumah. Shanum ingin menggugurkan kandungannya. Dia akan mencari cara untuk membuat janin ini keguguran di internet.
Shanum masuk ke dalam taxi dan mengatakan alamat rumahnya. Di dalam taxi Shanum kembali menangis, membayangkan Raka yang akan menikah dan tidak mau menikah dengannya. Janji dan kata-kata manis Raka selama ini hanya bualan semata dan tidak ditepati oleh pria itu.
Shanum membenci Raka. Pria yang sudah mengambil keperawanannya dan menuduhnya kalau Shanum juga melakukannya dengan orang lain.
“Ma, Pa, Shanum minta maaf. Shanum tidak bisa menjaga diri dengan baik,” ucap Shanum dalam tangisannya.
Supir taxi itu menatap pada Shanum dan mengambil tissue dan memberikannya pada Shanum.
“Non, ini tissue. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Nona tidak boleh terpuruk dengan masalah sendiri.”
Shanum yang mendengarnya mengangguk. “Terima kasih Pak.” Shanum mengambil beberapa lembar tissue dan menghapus air matanya yang tidak berhenti keluar. Shanum rapuh dan bodoh. Takdir yang dibuat olehnya tidak seperti yang dibayangkan olehnya.
Shanum seharusnya ingat ucapan ibunya, saat ibunya mengatakan, jangan sekali percaya pada mulut laki-laki. Karena apa yang mereka katakan hanya sebuah dusta dan tidak akan menepatinya sama sekali. Dan bodohnya Shanum baru ingat itu sekarang. Shanum tidak mendengarkan pesan dari ibunya. Maafkan Shanum sudah menjadi anak yang tidak berbakti sama sekali. Dan sekarang hamil di luar pernikahan dan laki-laki yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab.
***