"Kamu ...," Freya membulatkan kedua matanya tidak percaya apa yang baru saja dikatakan oleh wanita di depannya. "Tidak mungkin, Kak Jordan masih lajang. Kamu jangan mengada-ada, ada berapa banyak wanita yang selama ini ingin memanjat tempat tidur Kak Jordan. Berhentilah bermimpi!"
Rowena terkekeh, dia menatap sosok Freya yang tampak melotot padanya dengan pandangan permusuhan. Dia ingin bermain-main sebentar. Kebetulan sekarang dia sedang dalam masa tamu bulanan. Jadi dia bisa menjadikan wanita di depannya ini sebagai samsaknya. Sudah lama mulutnya tidak berolahraga dalam mencaci orang.
Rowena dengan sengaja menyibak rambutnya ke belakang punggungnya. Semakin memperlihatkan leher jenjangnya yang putih dan terdapat beberapa bercak kemerahan ulah Jordan semalam. Senyumannya tampak sangat puas, melihat wanita di depannya yang semakin mengepalkan kedua tangannya hingga kuku-kuku panjangnya menancap di telapak tangan.
"Memangnya kenapa kalau aku sudah menjadi istri sah Jordan? Apakah pernikahannya masih harus memerlukan izin darimu?"
Jordan hanya diam, dia menatap lekat sosok Rowena tanpa ada penyangkalan apapun. Dia ingin melihat aksi heroik istri kecilnya dalam mempertahankan dirinya. Dia tidak peduli meskipun tindakannya saat ini seperti dengan sengaja menjadikan Rowena sebagai tameng untuk mengusir Freya. Tidak begitu buruk untuk bergantung pada wanita sesekali. Apa lagi istri kecilnya sangat liar dan butuh pelampiasan untuk menyalurkan amarahnya.
"Aku ...," Freya untuk sesaat tidak tahu harus berkata apa. Dia segera menoleh ke arah Jordan dengan kedua mata berair seolah-olah kapan saja kedua matanya bisa meneteskan air mata. "Kak Jordan, tolong katakan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita ini adalah bohong. Tidak mungkin Kak Jordan menikah dengan wanita liar ini. Dia sama sekali tidak sebanding dengan Kak Jordan."
"Apa yang dikatakan Rowena memang benar, dia istriku."
"A-apa, tidak mungkin ...," wajah Freya tampak memucat. Dia menatap tidak percaya pada sosok Rowena dan juga Jordan bergantian. Air matanya jatuh membasahi pipi. Freya terus menggelengkan kepalanya berulang kali tidak bisa mempercayai ucapan Jordan.
"Kak Jordan pasti berbohong padaku kan? Kak Jordan melakukan semua ini hanya karena tidak ingin aku terus mendesak Kak Jordan untuk menikahiku. Kenapa, padahal kakek sudah setuju jika aku yang menikah dengan kak Jordan. Bahkan keluarga kita ...,"
"Oh, jadi apakah kalian berdua adalah kekasih masa kecil? Lalu kenapa dia tidak mau menikahimu dan malah menikah denganku?" Rowena menarik satu sudut bibirnya. Memandang Freya dengan tatapan meremehkan yang tidak berusaha dia sembunyikan.
"Apa maksudmu, ini bukan urusanmu untuk ikut campur!" Freya memandang Rowena dengan kilat kebencian di matanya. Dia menganggap Rowena sebagai saingan dan musuhnya secara resmi mulai saat ini.
"Oh itu memang bukan urusanku. Aku hanya merasa hidup ini sangat tidak adil bagimu. Kamu yang selama ini telah berusaha keras, justru aku yang mendapatkannya. Lihatlah ulah pria itu tadi malam, dia sangat ganas di tempat tidur. Aku sampai kewalahan dan kurang tidur karena ulah Jordan. Bukankah menurutmu dia sangat keterlaluan. Aku sangat menderita dibuatnya."
"Sayang, jangan mengumbar kemesraan hubungan ranjang kita di depan orang lain."
Berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan oleh Jordan, justru dia tengah tersenyum lebar dengan mata yang tidak lepas dari wajah cantik Rowena. Setiap tingkah laku dan provokasi gadis itu pada Freya tampak sangat seru dan menyenangkan. Dia bahkan sangat ingin membeli popcorn untuk dimakan sembari menonton pertunjukan di depannya.
"Apa yang baru saja kukatakan apakah salah? Aku tidak sengaja mengatakannya, aku lupa kalau kamu hanya seorang wanita tua yang lajang. Maafkan aku, kamu pasti belum pernah merasakannya. Kuharap kamu bisa segera menemukan orang yang tepat, meskipun orang itu tidak akan bisa sebaik suamiku."
"Aku sangat tersanjung karena kamu menganggapku sebagai pria terbaikmu, Sayang." Senyum di wajah Jordan semakin merekah.
Rowena menatap ke arah Jordan. Jujur saja dia kesal melihat senyum dan ekspresi kemenangan di wajah pria itu. Jika bukan karena dia ingin melawan dan mempermalukan Freya, dia tidak akan sudi mengatakan hal-hal baik di depan pria itu. Kali ini, Jordan benar-benar menang banyak. Sementara kompensasi atas kerusakan semalam masih belum dia perhitungkan. Jadi kompensasinya harus berlipat ganda.
"Kak Jordan, apa kamu yakin melakukan semua ini padaku? Apa Kakek Nenek tahu semua ini?" Mata Freya terus fokus pada Jordan, meski hatinya terasa sakit.
Dia ingin memberikan pelajaran pada Rowena, namun dia tidak ingin merusak citranya di depan Jordan. Meskipun mereka sudah menikah, itu bukan berarti kalau dia akan menyerah begitu saja. Apa lagi dia adalah wanita yang dipilih oleh keluarga Jordan dan menantu yang diakui. Cepat atau Lambar Freya yakin kalau Jordan akan kembali padanya. Jadi dia hanya bisa menahannya untuk saat ini. Oleh sebab itu dia merasa sangat enggan untuk menatap wanita jalang yang sudah merebut Jordan darinya.
"Ini bukan ranahmu untuk ikut campur!" Tatapan Jordan seketika berubah menjadi dingin. Dia mengalihkan pandangannya dari Rowena, menatap Freya dengan kilat dingin dan tatapan tajam.
Freya merasa takut melihat tatapan tajam Jordan. Namun dia masih memberanikan diri dan tidak terhuyung ke belakang meski kakinya terasa lemas. Air matanya terus mengalir, terlihat sangat rapuh dan mampu membangkitkan rasa ingin melindungi dari pria normal yang memandangnya.
Rowena bergerak mendekat ke arah Jordan, sedikit membungkukkan tubuhnya ke telinga pria itu dengan gerakan sensual. Sama sekali tidak memedulikan tatapan ingin membunuh yang dilayangkan Freya padanya.
"Mengapa kamu tidak tergerak dengan wanita cantik ini? Sepertinya dia sangat mencintaimu, aku kasihan padanya karena dia yang telah bersusah payah, namun malah aku yang memetik hasilnya." Rowena berbisik pelan di telinga Jordan, mendecakkan lidah beberapa kali seolah tengah bersimpati pada nasib tragis kisah cinta Freya yang tak terbalas.
"Apa kamu yakin ingin aku tergerak olehnya?" Jordan balas berbisik pada Rowena, membuat kedekatan mereka saat ini tampak seperti ada gelembung merah muda yang mengelilingi sepasang pengantin baru ini.
"Oh tentu saja tidak. Aku tidak begitu baik hati harus berbagi pria dengan wanita lain. Kalaupun kamu melakukannya, maka aku tidak akan segan memelihara beberapa pria untuk bersenang-senang."
"Jangan macam-macam!"
Merasa bahwa dia sedari tadi hanya diberi makanan anjing dan diabaikan oleh dua orang di depannya. Freya merasa semakin marah. Dia sangat ingin menarik Rowena dan menamparnya dengan keras sebelum melemparkannya keluar dari rumah ini untuk selama-lamanya. Dia tidak terima wanita acak dan liar ini bersama dengan Jordan. Atas dasar apa dia layak untuk pria yang dicintainya?
"Aku akan memberitahukan hal ini pada Kakek dan Nenek. Aku yakin mereka tidak akan pernah menyetujui wanita liar ini menjadi istri Kak Jordan. Pasti dia telah memikat Kak Jordan untuk bisa menikahinya." Sekali lagi Freya menatap Rowena dengan kilat membunuh di matanya. Lalu dia beranjak keluar dari rumah Jordan dengan tangan yang masih terkepal erat.
"Sepertinya dia sangat membenciku."
"Apa kamu merasa keberatan menambah satu musuh lagi? Priamu sedang diincar oleh wanita lain, kamu harus melindungiku."
Rowena menatap jijik pada sosok Jordan yang tampak tidak tahu malu. Bisa-bisanya pria itu bersembunyi di ketiak wanitanya.
"Dasar pria tua tak tahu malu! Aku akan berbelanja dan menguras uangmu untuk biaya kompensasi tekanan jiwa dan sejumlah skincare, make-up, juga parfum yang kamu rusak semalam."
Setelah mengatakannya, Rowena segera beranjak naik ke atas untuk mandi dan bersiap-siap untuk berbelanja. Dia tidak akan menyia-nyiakan black card yang diberikan pria itu padanya. Kalau perlu, dia akan melakukan investasi untuk menambah pundi-pundi uangnya dengan menggunakan kartu Jordan. Rowena bertekad untuk menjadi wanita kaya raya dan memiskinkan suaminya. Tentu saja agar Zidan tidak mendapatkan warisan apapun nantinya.
Jordan terkekeh, sama sekali tidak keberatan atau takut kalau-kalau gadis itu akan benar-benar mampu menguras black card yang dia berikan. Kecuali black card yang dia berikan digunakan untuk membeli perusahaan. Jika hanya digunakan untuk berbelanja sejumlah skincare, make-up dan parfum, bahkan baju dan lain-lainnya juga tidak akan habis.
Di tempat lain, suara mangkuk yang pecah terdengar menggema memenuhi ruang makan. Setelah pergi dari rumah Jordan, Freya langsung lari ke rumah ayah dan ibu Jordan untuk mengadu. Bahkan dia menambahkan beberapa cerita untuk membuatnya tampak sangat dirugikan dan menderita.
"Anak kurang ajar itu. Aku akan memberinya pelajaran nanti!"
Sudut mulut Freya tampak naik. Dia tidak sabar menunggu saat ketika wanita itu akan diceraikan oleh Jordan. Hanya dia yang pantas menyandang gelar sebagai Nyonya Agustino. Bukan Rowena si gadis liar itu.
"Tunggu pembalasanku!"