Rowena dengan segera melepaskan Jordan, melihat tanda yang dia buat pada area leher dan jakun pria itu membuatnya menganguk puas. Dia melihat bibi Aning yang tampak tersipu setelah melihat apa yang baru saja mereka lakukan.
Rowena tidak merasa malu. Karena dalam prinsipnya selama dia tidak malu, maka orang lain yang akan malu. Hal itu telah terbukti, lihatlah ekspresi bibi Aning saat ini. Wanita paruh baya itu wajahnya memerah dan tampak gugup.
Rowena hanya tersenyum dan kembali naik ke atas. Mau tidak mau dia harus berganti pakaian, tentu saja ini gara-gara ulah Jordan sialan itu. Tapi itu semua tidak masalah, mau memakai pakaian apapun, selama itu dia yang memakainya maka dia jamin akan tetap terlihat modis dan cantik.
Dia adalah seorang desainer, memadukan outfit untuk dikenakan sehari-hari sudah seperti naluri alaminya. Bahkan tidak sedikit orang yang menyayangkan mengapa dia tidak terjun ke dunia hiburan dengan wajah dan tubuh proporsionalnya. Namun dia selalu menolak, karena lebih suka berada di balik layar. Terlebih ada terlalu banyak intrik dalam dunia hiburan yang membuatnya semakin enggan terjun ke dalamnya.
Saat masuk ke dalam mobil, Jordan tampak mengangguk puas melihat pakaian yang dikenakan oleh istrinya. Meski masih mengenakan rok payung pertengahan paha, setidaknya Rowena saat ini telah mengenakan baju rajut turtleneck dengan lengan balon. Membuat tampilannya semakin terlihat muda dan segar. Dipadukan dengan sepatu boots hak tinggi yang menampilkan kaki panjangnya dengan indah. Rambut gadis itu dijepit sebagian dengan pita besar berwarna putih yang mempermanis tampilannya.
“Kenapa kamu terus menatapku dari tadi?”
Jordan hanya berdehem sejenak, lalu melajukan mobilnya menuju butik yang akan mereka datangi. Sementara pria itu merasa ada kabut hitam yang memenuhi kepalanya.
“Apa aku terlihat terlalu tua untuknya?” Jordan sesekali menatap tampilannya melalui kaca mobil, lalu pada sosok cantik istrinya. Semakin dia memikirkannya, semakin kesal dia jadinya. “Apa aku benar-benar terlihat seperti sapi tua yang memakan rumput muda?”
Sementara Rowena sama sekali tidak mengetahui konflik batin yang tengah dialami oleh Jordan saat ini. Dia mengeluarkan bedak dan sekali lagi memastikan kalau concelear yang dia gunakan untuk menutupi bekas ciuman pria itu benar-benar tertutup di bawah telinganya. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian jika hal itu sampai meninggalkan jejak dan dilihat oleh orang lain nantinya. Akan sangat memalukan.
Sesampainya di sebuah butik yang cukup terkenal dengan kualitasnya yang terbaik di kota ini. Rowena berjalan keluar tanpa perlu repot-repot menunggu Jordan yang baru saja keluar dari mobil dan menyusul langkahnya. Rowena langsung berjalan-jalan pada sederet baju yang mampu menarik perhatiannya. Tidak dipungkiri kalau tempat ini memang tempat yang memiliki nilai estetika tinggi dalam hal fashion.
Melihat satu pakaian yang menarik minatnya, Rowena segera masuk ke dalam ruang ganti untuk mencobanya. Sedangkan Jordan hanya memperhatikan pakaian yang diambil oleh istri kecilnya untuk dipakai di ruang ganti. Matanya mau tidak mau agak menyipit, ia masih bisa melihat sekilas model pakaian yang dibawa Rowena. Itu terlalu terbuka karena akan menampilkan punggungnya secara terbuka. Meski dress tersebut sepanjang mata kaki, namun belahannya mencapai hingga pangkal paha. Model potongan dress yang akan mencetak dengan jelas lekuk tubuh Rowena, hingga menampilkan tubuh moleknya yang menggoda.
Jordan merasa tidak senang dalam hatinya, dia segera berjalan mendekat, ikut masuk ke dalam ruang ganti tanpa ragu. Berniat untuk mencegah gadis itu mengenakannya. Karena dia tidak rela untuk membiarkan orang lain ikut melihat apa yang seharusnya telah eksklusif menjadi miliknya.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Ini ruang ganti khusus wanita.” Rowena merasa kesal saat melihat Jordan ikut masuk ke dalam ruang ganti, sementara dia baru saja melepaskan baju miliknya. Rowena dengan sigap menutupi area dadanya agar tidak terpampang dengan jelas di mata pria anjing ini. Jika tidak, dia tidak akan tahu kapan dia akan digigit hingga memar.
“Aku ingin membantumu mengganti pakaian. Kamu sengaja memilih gaun ini, apakah kamu berencana untuk memamerkan betapa harmonisnya hubungan kita di atas ranjang?” Jordan menatap Rowena dengan pandangan yang menjalar kemana-mana.
Rowena yang ditatap dengan terang-terangan seperti itu merasa ingin menendang pria sialan di depannya ini. Dia salah mengira bahwa pria ini adalah target yang bagus dalam misi pembalasan dendamnya. Nyatanya dia saat ini seperti gadis yang baru saja masuk ke dalam jebakan anjing serigala.
“Kenapa aku harus menikah dengan pria anjing sepertimu? Bagaimana bisa ada pria yang suka menggigit sepertimu?”
“Sebelumnya aku harus mengingatkanmu kalau kamu juga suka menggigit Sayang, jadi kita berdua adalah pasangan anjing yang sangat serasi.” Alih-alih merasa marah karena dikatai sebagai pria anjing, Jordan nyatanya bisa membalikkan perkataan Rowena dengan sangat baik.
Wajah Rowena tampak kusut karena kesal, dia hanya ingin mencoba pakaian. Namun pria ini selalu berusaha menghalanginya. Dia benar-benar menyebalkan. Pria anjing sejati.
“Keluarlah, aku hanya ingin mencoba pakaian. Jika bajunya cocok maka aku akan membelinya, bukan berarti aku akan memakainya saat ini juga.” Rowena tidak memiliki temperamen yang baik saat harus berhadapan dengan Jordan, pria ini terlalu sering menindasnya. Membuat Rowena memiliki keinginan untuk memberontak dan menentang apapun yang diinginkan oleh pria ini.
“Sayang, kita adalah sepasang suami istri, kenapa kamu masih malu-malu? Bukannya aku tidak pernah melihatnya. Istriku yang pemalu sungguh sangat menggemaskan.” Jordan sama sekali tidak berniat pergi, dia berdiri dan bersandar pada pintu ruang ganti. Seolah tengah menonton pertunjukan menarik.
“b******k, benar-benar pria tak tahu malu. Aku menyesal menikahinya.”
“Tidak ada gunanya menyesalinya, nama kita sudah tercantum di kantor urusan agama. Lebih baik kamu memikirkan apakah akan jadi memakai gaunnya atau tidak? Jika kamu membutuhkan bantuan katakan saja, aku dengan senang hati akan membantu istriku .”
“Tidak butuh,” Rowena masih merasa kesal, namun sekarang apa gunanya merasa kesal dan malu.
Rowena mencoba mengabaikan keberadaan Jordan. Meletakkan bajunya di gantungan baju, melepas roknya hingga kini dia hanya mengenakan pakaian dalam. Celana dalam berwarna hitam dan stick on bra warna kulit agar tidak terlihat saat dia mengenakan dress sebelumnya.
Rowena dengan sigap segera memakai gaun yang dipilihnya, sepenuhnya mengabaikan tatapan panas dari pria yang masih berdiri di depan pintu dalam ruang ganti.
“Butuh bantuan?” Jordan tidak perlu berusaha menutup-nutupi keinginannya pada Rowena, karena menurutnya tidak ada yang perlu ditutupi di antara suami istri. Karena gadis inilah dia sering kali hilang kendali.
Rowena merasa ragu, namun dia memang tidak bisa mengaitkan resleting bagian belakang punggungnya agar membentuk lekuk tubuhnya dengan sempurna meski resleting tersebut hanya menutup sebagain punggungnya saja. Rowena akhirnya menyerah, dia berjalan mendekat pada Jordan tanpa banyak bicara. Menunjukkan punggung terbukanya yang tampak mulus pada pria itu.
“Sepertinya ada tempat yang kulewatkan sebelumnya, tapi itu tidak masalah.” Jordan sengaja berlama-lama saat membantu menaikkan resleting tersebut. Bahkan tangannya yang panas sengaja menyentuh punggung Rowena yang tidak tertutup kain.
“Cepatlah dan berhenti bermain-main.” Rowena menahan diri saat jari panas Jordan dengan sengaja bermain di punggungnya.
“Sayangnya aku masih belum puas bermain-main,” bisik Jordan di telinga Rowena dengan suara yang serak dan dalam.
“Sial!”