Ditolak!

1273 Kata
Ribi mulai kembali ke kampusnya setelah seminggu menenangkan dirinya dan fikirannya. Ia pun menghindari Wirang selama mendekam dalam kamar dengan meminta ART(Asisten Rumah Tangga) rumahnya membawakan kebutuhannya. Gadis berambut panjang dengan potongan segi berjalan menuju ruang dosen pembimbing nya. Ribi menghela nafas panjang sebelum mengetuk ruangan dosen nya. TOK TOK TOK. "Masuk! " seru seseorang dari dalam ruangan. Ribi membuka pintu ruangan, dan tersenyum kikuk ketika melihat dosennya menatap nya. "Selamat pagi pak Bonar. Maaf, kalau saya mengganggu. Apa saya dipersilahkan masuk pak?" "Silahkan duduk." Ribi menutup pintu perlahan dan duduk di hadapan dosen pembimbing nya. "Saya ingin bertanya, apa permasalahan kamu sudah selesai? Sudah benar-benar bisa mengikuti bimbingan saya hingga kamu wisuda? " tanya pak Bonar sambil membetulkan kacamatanya. Ribi terkejut karena ia tidak menceritakan permasalahannya pada dosennya. "Pak Wirang, papa kamu yang menghubungi saya, meminta waktu kamu menenangkan pikiran karena sedang ada masalah dengan pacar kamu." "Ee itu.. -" "Sudah tidak perlu dijelaskan. Saya tidak berminat dengan kehidupan pribadi mahasiswa saya. Yang saya pedulikan, mahasiswa saya bisa lulus sidang skripsi dan wisuda." Ribi tersenyum, "Baik pak. Insya Allah, saya bisa fokus menyusun skripsi saya hingga akhir. " "Baik. Progress kamu sudah sampai mana? Apa ada kendala?" "Bab 4 pak. Ada beberapa yang masih bingung dalam kesimpulan saya." Ribi mengeluarkan lembaran-lembaran bab 4 nya. TOK TOK TOK. "Masuk! " CEKLEK. "Permisi pak. Barusan Bu Widya menghubungi TU, beliau mengabarkan tidak bisa mengajar karena ada hal emergency dan meminta bapak menggantikan beliau mengajar. " Pak Bambang menjelaskan. Pak Bonar menghela nafas, "Arimbi, apa bisa saya tinggal mengajar? Saya ada rapat setelah itu. Mungkin sekitar jam satu siang saya sudah ada di ruangan saya. Bagaimana? " "Gak apa-apa pak. Insya Allah saya bisa. Saya akan kembali lagi jam satu an pak." jawab Ribi meyakinkan dosennya. "Kalau gitu saya permisi dulu pak." pamit Ribi pada dosennya. *** Ribi berjalan menyusuri koridor kampusnya menuju kantin. Dilihatnya Arga sedang menyantap makanan di hadapannya. Ribi menghentikan langkahnya. Ia bimbang, apakah harus menghampiri nya atau tidak. Ia pun memantapkan hatinya dan berjalan menuju Arga. "Hi Ga!" sapa Ribi sambil duduk di hadapan Arga. Arga yang terkejut langsung tersedak. "Uhukk.. Uhuk.. Uhukk... " "Eh, kenapa lo? Sorry.. Sorry. " sahut Ribi panik sambil menyodorkan es jeruk Arga pada pemilik nya. Arga menatap kesal pada Ribi, "Ni anak kayak setan aja. Tiba-tiba nongol." Ribi terkekeh, "Yaa Sorry. Lagian lu serius banget makannya. Kayak buru-buru malah. Ngapain emang lo?" "Gue keterima kerja. Ada panggilan disuruh ke kampus, buat legalisir segala macem. And here i am~" "Kerja? Dimana? " tanya Ribi. "Surabaya. Kenapa? " Ribi menggigit bibir bawahnya, "Ga apa-apa sih. Masih sekota ini. " Arga mengernyit, "Hah? " "Lo ga apa-apa Ga abis digebukin anak buah papa gue? " tanya Ribi menatap Arga dengan sendu. Arga tersenyum, "Gak apa-apa. Emang timingnya gak pas aja." Arga menatap Ribi, "Lo gimana? Sampe gue chat ga balas-balas." "Gak apa-apa. Cuma mumet aja gue sama bokap. " jawab Ribi pelan. Ia dan Arga pun terdiam beberapa saat. "Lo mau nikah sama gue Ga? " tanya Ribi dengan cepat hingga memecah keheningan diantara mereka. "Hah? " "Sorry Ga. Ini mendadak. Akibat kejadian itu, gue dikasih pilihan sama bokap. Gue nikah sama lu sebagai pertanggungjawaban kemarin atau gue dinikahkan sama pilihan bokap." Arga mengepalkan tangannya dibawah meja, "Kapan? Harus gitu? Bisa kali setahun dua tahun lagi. Ga buru-buru kan? " Ribi menggigit bibirnya, "Secepatnya Ga. Kalau bisa sebelum wisuda gue. Gue di teken sama bokap. " "Sorry Bi, gue ga bisa ngasih jawaban. Ini buat gue jetlag. Lu tau gue baru merintis, mau dikasih makan apa lu? Lu mau hidup sama gue dari bawah? Mau menderita sama gue?" nada bicara Arga meninggi. Ribi menggigit bibirnya. "Bi, lu tau lah bokap lu gimana? Orang kaya. Bisa ngelakuin apapun. Lu hidup enak dari orok sampai detik ini, gue ga yakin lu bisa hidup menderita." "Lu tau ga mantan-mantan lu kenapa habis putus ngilang? Ga pengen berhubungan baik sama lu? Lu tau gak?? " Ribi menggeleng, "Karena bokap lo yang kayak diktator itu! Mereka semua ga sanggup Bi! Kalo harus ngumpulin kekayaan kayak bokap lo, kita udah umur 35an keatas kali Bi. Atau ngepet! " "Bisa ga lu ga ngatain bokap gue? " "Lah. Kenyataan!" PLAK! Ribi menampar Arga. Mahasiswa yang berada di sekitar memperhatikan mereka berdua. "Jangan pernah menghina bokap gue Ga. Sekalipun itu kenyataan! Dia bokap gue gimanapun perlakuan dia. Dia sayang dan peduli sama gue! Manaa Arga yang baik, sopan, care dan humoris?? Manaa?? Ini aslinya lo? " Arga tertawa, "Sekalipun lo di jual ke temen bisnis bokap lo, juga lo bakal terima kan? Karena itu bokap lo! " "Arga!! " bentak Ribi. "Mulut lo ga pernah di sekolahin ya? Ga di ajarin lo sama ortu lo, hah? " Arga mengangkat tangannya hendak menampar Ribi. Ribi menutup matanya. Arga pun mengurung kan niatnya. Ia menghabiskan es jeruk nya. Ia menggigit es batu dalam mulutnya sambil menatap Ribi. "Lo ngajak gue nikah? Jawaban gue No! " Ribi tersenyum sinis, "Oke. Thank's jawabannya. Itu yang akan gue sampaikan ke bokap. Lu yang nolak. Terlebih lagi, kalau gue nikah sama lo, fasilitas gue akan di cabut. Untung deh lo nolak, gue gak jadi melarat. " jawab Ribi. Arga mengepalkan tangannya. Ribi tersenyum lagi, "Kali ini gue yang akan menjauh, bukan laki-laki lagi yang akan ngejauhin gue. Gue akan ngilang dari hidup lo, Ga. Jangan pernah cari gue. Bye!" Ribi pun membalikkan badan dan menjauhi Arga. Bulir-bulir air mata perlahan mengalir ke pipi nya. Ia melangkah cepat menuju mobilnya dan menangis sejadi-jadinya di dalam mobil. Ribi merogih ponsel dalam tas nya. Dibuka w******p dan mulai mengetik chat untuk Wirang. [Pah, aku bersedia menikah dengan pilihan papa. Tapi beri aku waktu sampai wisuda. Izinkan aku fokus pada skripsi ku.] Send. [Ok] Ribi menggigit bibirnya, menyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju Restauran Chinese Food dekat dengan kampusnya. "Selamat pagi. Berapa orang? " sapa pelayan. "Pagi. Sendiri." "Baik. Silahkan ikuti saya." pelayan tersebut berjalan di depannya dan berhenti di sebuah kursi sofa dengan dikelilingi bunga hias, membuat hati Ribi sedikit tenang. Pelayan menyerahkan buku menu dan siap-siap mencatat pesanan Ribi. "Saya mau teh manis panas dulu. Setengah jam lagi saya akan pesan makanan. " "Kami ada cake atau roti, barangkali mau menemani sambil minum teh? " tanya pelayan sambil tersenyum ramah. "Red Velvet cake satu. " "Baik, mohon ditunggu." pelayan pun berlalu sambil membawa kembali buku menu. Ia menyandarkan badannya dan merogoh tas nya, mengambil ponselnya. Nama Shinta ditemukan, dan kemudian ia menekan tombol 'calling'. "Haiii Sistaa.. Ada apa memanggil?" tanya Shinta dengan suara menggelegar. Ribi pun menjauhkan ponsel dari telinganya. "Eee buseet.. Toak lu!" Shinta tergelak, "Haha. Sorry, gue lagi bahagia bab 4 gue udah approved. Tinggal bab 5 sama dapus(*daftar pustaka) doang." Senyum Ribi merekah, "Alhamdulillah. Keren lu Shin. Gue baru nyerahin bab 4 gue, masih mau di periksa beliau." Teh panas Ribi dan kue pesanan Ribi telah disediakan pelayan restoran nya. Ribi pun mengucapkan terima kasih pada pelayan sebelum berlalu dari hadapannya. "Bab 5 gampang lah itu. Poin doang, sama dapus tinggal copas(*copy paste) doang kan dr note kita. Hehe. Bisalah dalam minggu ini lu serahin kalau lu rajin. " "Iya nih. Gue lagi on fire. Pengen cepat-cepat cao dari kampus. Cari kerja yang bener. Bosen jaga warnet hehe. " "Cuss.. Buruan. Gue juga mau ngebut. Gue sumpek soalnya. Gue mau langsung kerja, cari duit sendiri biar gak jadi kacung bokap." kata Ribi santai sambil menyeruput teh nya. "Oya, gimana terus urusan lu sama bokap? Lu dimana sekarang?" Ribi menghela nafas berat, "Gue tadi pagi ngampus, terus ketemu Arga. Dan disana gue ajak dia nikah, tapi berakhir penolakan dan kita berantem Shin." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN