Mimpi Buruk

1278 Kata
"Mas Faiz!" Seseorang yang bernama Faiz menoleh, "Ribi? Ngapain kamu disini? " "Mas kemana aja? Di semua media sosial udah ga ada, nomer HP ga aktif atau aku di blok. Kenapa ngilang? Terakhir waktu mas Faiz belum wisuda, aku masih jadi staff himpunan, aku bilang ke temen mas dengan nyebut pacar aku mana? Terus dia jawab? Pacar? Pacar yang mana??" Faiz diam sambil menatap Ribi. Sudah 3 tahun sejak ia lulus dari kampusnya, dan menghindari Ribi. Sekarang, di depannya berdiri perempuan yang pernah mengisi hari-hari nya. Ribi pun melanjutkan unek-uneknya, "Mas kan tau satu jurusan kita itu tau kita berpacaran, kok temen mas bilang pacar yang mana? Trus abis itu mas Faiz tiba-tiba ngilang gitu aja tanpa sepatah katapun. " Ribi menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan nya. "Faiz, ngobrol sama siapa lo? " tanya seorang laki-laki menyapa Faiz. "Temen lama bro. Lu duluan aja, tungguin gue. Abis ini gue kesana. " Ribi yang mendengar kata 'temen' mulai berkaca-kaca. "Bi, maaf, aku ditunggu temen aku. " Ribi lalu menarik tangan Faiz sebelum pria itu meninggalkan nya lagi. "Aku cuma minta kejelasan mas. Kenapa kemarin ngilang? Trus sekarang kita apa? Temen? Tapi aku ngerasa kita kayak orang asing mas, bukan temen seperti yang kamu bilang. " Faiz menghela nafas, "Bi, aku minta maaf kemarin menghilang. Aku rasa kita memang ga berjodoh. Aku ga pantas sama kamu, Bi. Kamu dari orang berada, aku tumbuh dari pedesaan. Kamu ga mungkin kuat hidup sama keadaan aku." Faiz menyentuh pipi Ribi, "Maaf ya, kita harus berpisah. Kita harus putus. Aku ga akan ganggu kamu Bi. Kamu berhak bahagia bersama pilihan orang tuamu. " "Mas, waktu itu kamu minta aku janji supaya ga ninggalin kamu. Kamu ga bisa tanpa aku. Kenapa jadi gini?" Ribi mulai meneteskan air mata nya. "Maaf Bi. Maafin aku. Aku ga bisa bawa kamu ke kehidupan ku yang ga seindah kehidupan mu. Lupakan janji kamu, aku ikhlas. Kamu jaga diri baik-baik. " "Mas tau aku susah payah buka hati lagi buat kamu karena masa laluku? Tapi kenapa kamu mengulangi hal yang sama? Jahat kamu mas! " "Sekali lagi aku minta maaf Bi. Semoga skripsi kamu lancar, segera wisuda, dan bisa menikah dengan laki-laki yang pantas untuk kamu. " Faiz pun berlalu dari hadapan Ribi. Ia tak menoleh ke belakang bahkan ketika Ribi semakin kencang menangis. "Maaf Ribi. Aku menghilang karena aku ga tega melihat kamu menangis seperti ini. Aku berharap kamu membenci aku, tidak menunggu ku selama ini." *** Makan malam di kediaman Ribi. Suasana hening, dan tidak ada yang bicara sepatah katapun. Sudah 3 hari sejak Ribi bertemu dengan Faiz. Ia hanya melaksanakan aktivitas seperti biasa tanpa banyak berbicara. "Ribi, bagaimana skripsi kamu? Pasti wisuda tahun ini kan?" tanya Wirang, ayah Ribi. Ribi hanya diam tak menjawab. Rita menyenggol sikut Ribi, "Bi, itu papa kamu baru datang dari Kalimantan kok kamu diemin. Di jawab dong pertanyaan nya. " "Yang papa peduliin cuma skripsi sama wisuda aku doang kan? Tunggu aja sebentar lagi aku bakal kasih Ijazah aku buat papa." "Oke. Good. Begitu kamu lulus, kamu harus cari pekerjaan dengan gaji minimal 10 juta per bulan. Biar papa balik modal nguliahin kamu. " Ribi meletakkan garpu dan sendoknya dengan kasar sehingga menimbulkan dentingan cukup keras. "Papa, kalau aku ketemu lagi sama mas Faiz gimana? Kalau aku misalkan mau menikah sama mas Faiz gimana? Boleh gak? Kalau aku lulus, wisuda, aku boleh menentukan apa yang aku mau? " "Kamu ketemu dimana? Laki-laki miskin itu deketin kamu lagi? Apa masih kurang uang yang papa kasih?!! Kurang ajar anak itu!! " "Papa! " Seru Rita memperingatkan suaminya. Wirang mengikuti arah pandang istrinya ke arah Rubi yang sedang menatap tajam ke arah nya. "Papa nyuruh mas Faiz ngejauhin aku???" "Dia yang mau sendiri." "Karena papa yang kasih uang!! " "Gak! Laki-laki itu aja yang mata duitan!" jawab Wirang yang masih santai memakan makanannya. "Papa!! " Rubi beranjak dari tempat duduk nya. Ia menatap papanya dengan tatapan tajam. Wirang meletakkan sendok garpu nya, "Apa yang kamu sukai dari laki-laki miskin itu? Kamu pikir papa ga tau kamu suka bayarin dia makan, bensin nya setiap kalian ketemu?" Ribi terdiam. Ia cukup lama bertatapan sama papanya, "Papa suruh orang ikutin aku?" "Looks like" kata Wirang sambil menyatukan jemarinya di dagunya. Dia pun tersenyum puas. Ribi tak kuasa menahan air matanya. "Dulu, aku pacaran sama Radit, papa suruh dia cari istri yang lebih muda dari dia, yang padahal aku seumuran sama Radit. Kedua, aku dilamar sama orang bule, papa tolak juga, dengan alasan jauh. Dan, sekarang, papa ngusir mas Faiz dari aku. Papa mau aku sama yang gimana paa?? " "Ribi, kamu masuk ke kamar aja. " sahut Rita. Namun, telapak tangan Wirang mengudara, menghentikan suruhan istrinya. "Papa mau kamu sama karyawan atau pengusaha kaya raya dari pilihan kamu sendiri atau papa yang pilih. " Ribi mendengus sebal, "Papa dulu juga dari kalangan bawah, kenapa papa ga suruh aku mendampingi suami aku dari nol?? " Wirang tertawa sinis, "Kamu ga mengerti Ribi. Kamu belum mengalami apa itu kemiskinan. Harga diri kamu di injak-injak orang lain. Yang kamu rasakan sedari kecil, kamu berkecukupan. Apa yang kamu minta selalu ada. Tidak perlu susah mencari. Apa kamu bersedia meninggalkan itu semua? " Ribi terdiam, ia memikirkan ucapan papanya. "Kamu ga tau apa-apa. Yang kamu lihat selama ini di drama Korea hanyalah ilusi, fiktif. kamu belum merasakan kejamnya dunia di luar sana." *** Malam semakin larut, Ribi yang tengah tertidur sedang mengalami mimpi buruk. Peluh mulai membasahi wajah dan sekujur tubuhnya. Kepalanya menoleh ke kiri kanan, "Radit, mas Faiz!!" teriak Ribi. Dia pun terbangun. Ia pun mengambil spidol dan membubuhkan garis miring menandakan berapa kali ia bermimpi hal yang sama. Ribi mengusap wajahnya. Ia mengambil botol tumblr nya dan meminum air untuk melegakan tenggorokan nya. Dilihatnya jam di layar ponsel nya. Pukul 02 dini hari. Sebuah notif WA baru masuk, dilihatnya chat dari Arga. "Bi, masih bangun ga? Masih nonton drakor ga lu?" Ribi mulai mengetik, "Gue kebangun. Mimpi buruk yang sama ke-99 kali." Arga: [Loh kenapa? Apa pemicunya? Perasaan lo udah baik-baik aja belakangan ini. Ga pernah lagi kan kebangun gara-gara mimpi?] Ribi: [Gue ketemu mas Faiz. Gue diputusin, yaa walaupun gue udah tau kita putus 3 th yg lalu. ] [Dan parahnya, bokap dalang nya. Dalang kenapa gue ditinggal lagi sama orang yg gue sayang. ] Arga: [Mau nginep di kosan gue? Biar lo bisa tidur. Ga bakal gue apa-apain, tenang aja.] Ribi memainkan jemarinya. Lama berfikir. Arga: [Kalau ga mau ya gpp Bi. Gue nawarin aja. ] Ribi: [Boleh deh. Gue numpang tidur sebentar di tempat lo. Pagi ini gue ada bimbingan skripsi soalnya, takut telat bangun. ] Ribi memesan ojek online menuju kos Arga. Ia takut kalau naik mobil, papa nya akan terbangun dan menanyakan kemana ia akan pergi. 10 menit kemudian Ribi sampai di kos Arga. Ribi membuka pagar yang tak tergembok, dan langsung menuju kamar Arga. "Hei. Gimana keadaan lo?" tanya Arga begitu melihat mata sembab Ribi. "Buruk! Sejak ketemu mas Faiz, gue ga berhenti nangis." Arga tertawa, " Pantesan muka lo kayak Kungfu Panda. Hahaha. " Bugh. Ribi melempar tasnya ke muka Arga, "Enak aja lu ngatain gue! Lagi galau melow, malah dikatain. Dihibur kek, apa kek." Arga terkekeh, "Iye dah. Lu mau ngapain ni sekarang? Langsung tidur apa gimana? " "Boleh curhat? " tanya Ribi dengan mata berkaca-kaca. Arga tersenyum, dan menggeser duduknya, menepuk-nepuk kasur di samping dirinya. Ribi menggeleng, "Gue di lantai aja Ga. Daritadi gue di kasur soalnya. " "Yaudah. Silahkan lo curhat, gue dengerin disini. " "Gue ketemu mas Faiz di TP, Ga. Cuma bentar, dia cuma minta maaf dan ninggalin gue lagi." Arga mengerutkan dahi nya, "maksud lo? Bukannya selama ini lo udah putus? Atau gimana? Gue ga paham. " ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN