02 - Sebelum Kejadian

1312 Kata
Akhir pekan adalah waktu yang ditunggu-tunggu bagi seluruh mahasiswa, khususnya anak-anak rantau. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Alea. Memang, ia senang karena tidak harus bangun pagi di hari Sabtu dan Minggu. Ia juga tidak harus antre kamar mandi karena sebagian teman kosnya yang memilih untuk mudik dan bermalas-malasan di dalam kos. Namun bagi Alea, semua terasa sama saja. Pada akhirnya ia hanya berbaring di kosan sambil curi-curi waktu untuk melanjutkan n****+ karangannya. Selain sebagai mahasiswi jurusan Sastra Indonesia, Alea juga memiliki kesibukan lain sebagai penulis di salah satu platform berbayar. Awalnya ia hanya iseng-iseng. Namun tanpa ia sangka, ternyata hobinya itu justru bisa menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi biaya sehari-harinya di kos. Selain Uang Kuliah Tunggal yang dibayarkan tiap semester, kini Alea sudah tidak perlu lagi bantuan biaya dari orangtuanya. Namun, terkadang Alea merasa hidupnya yang begini-begini saja terasa begitu membosankan. Mentalnya mulai merasa lelah. Awalnya, menulis hanya ia jadikan sebagai pelarian agar ia tidak terus terbayang masalahnya di dunia nyata. Ia ingin memiliki dunia baru yang bisa ia kuasai, dan membuatnya melupakan sejenak beban di kehidupan nyatanya. Namun, setelah hampir satu tahun ia menjalani rutinitas itu, pada akhirnya ia sadar, jika ia tetap saja tidak bisa kabur dari masalahnya di dunia nyata. Alea mematikan laptopnya setelah matanya terasa lelah memandangi benda tersebut. Hari ini dia sudah berhasil menulis tiga bab baru untuk stok beberapa hari ke depan. Ia keluar dari kamar, hendak ke kamar mandi. Namun, di depan kamar ia berpapasan dengan salah satu teman kosnya yang bernama Gita. Merupakan suatu hal yang aneh bagi Alea saat melihat keberadaan Gita di kos di akhir pekan seperti ini. Karena di antara semua teman kosnya, Gita adalah salah satu yang paling rajin pulang karena rumahnya yang tidak begitu jauh. “Loh, Git, kamu di kos? Ada acara di kampus?” tanya Alea. “Iya nih. Tadi kan ada seminar gitu. Bintang tamunya produser yang lagi naik daun itu, Fabian Erlangga. Jadi mana bisa aku melewatkannya? Siapa tahu saja kan aku jadi punya kenalan orang dalam yang bisa bantu karirku ke depannya nanti,” jawab Gita dengan riang ceria. Gita merupakan mahasiswi Seni Musik yang duduk di semester yang sama dengan Alea. Jurusan Musik dan Sastra Indonesia berada di fakultas yang sama. Maka dari itulah, Alea bisa lebih dekat dengan Gita, karena arah kampus mereka yang sama. “Oh …” Alea ber-oh ria. “Eh iya, Alea. Kamu lagi sibuk? Temani aku keluar, yuk! Bosen banget deh pasti kalau nggak ngapa-ngapain. Paling nanti malam baru aku pulang,” ajak Gita. Alea menyeritkan matanya. Sebenarnya, ia pun sedang merasa bosan dan perlu me-refresh otaknya. Dan tawaran Gita tampak begitu menarik baginya. Namun … “Ke mana?” Gita berdehem, kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Alea agar ucapannya tidak dapat didengar oleh sembarangan orang. “Clubbing.” Mendengar jawaban Gita, gantian tenggorokan Alea yang terasa gatal. Gadis itu bahkan sampai terbatuk-batuk beberapa kali. Ini adalah kali pertama ia mendapat ajakan semacam itu dari Gita. Memang, Alea pun tahu temannya itu cukup tertarik dengan dunia malam. Namun, benar-benar baru kali ini Gita mengajaknya. “Nggak salah kamu ngajak aku?” kaget Alea. Gita menggeleng. “Nggak kok. Lagian, memangnya kamu nggak suntuk di kos dari kemarin sore? Nggak mau seneng-seneng gitu? Ini malam Minggu loh, Alea. Ayolah! Masa nggak mau, sih?” ucap Gita setengah memaksa. Alea berusaha menormalkan kembali wajahnya, menimbang ajakan Gita padanya beberapa detik yang lalu. Setelah ia pikir-pikir, tampaknya menambah pengalaman baru dalam hidupnya bukanlah hal yang buruk. Yang penting, ia harus bisa jaga diri saja saat berada di sana. “O- oke. Kalau gitu aku-“ “Eh, serius kamu mau, kan? Oke, kita sama-sama siap-siap, ya! Aku mau istirahat bentar juga. Nanti setengah jam lagi aku ketuk pintu kos kamu,” ujar Gita dengan begitu senang, kemudian segera berjalan melewati Alea untuk menuju ke kamarnya. Alea masih terdiam di tempatnya. Keputusannya ini, tidak salah, kan? Toh ia hanya berniat mencari hiburan sekaligus pengalaman baru. Dan kebetulan, ada temannya yang mengajak ia keluar. Ya … walau tempat itu terdengar sedikit berbeda dari gaya Alea, tampaknya tidak buruk juga kan jika ia mencoba? Selang satu jam, Alea telah menginjakkan kakinya di tempat yang memiliki suasana sangat asing baginya. Ia menatap lamat-lamat bangunan itu. Mendadak, ia kembali meragu. Ia menatap ke samping di mana Gita berada. “Git, apa aku balik kos aja, ya? Aku ngerasa tempat ini kayak bukan aku banget. Aku-“ “Ish, apaan, sih? Orang udah terlanjur sampai sini juga. Udah ah ayo! Nanti aku kenalin sama teman-teman aku di dalam!” paksas Gita, sambil menarik lengan Alea agar ikut dengannya. Dan benar saja. Di dalam bangunan dengan pencahayaan minim itu, Gita memperkenalkan Alea pada beberapa temannya – teman-teman yang sebelumnya belum pernah Alea kenal. “Anak baru, ya?” tanya salah seorang teman Gita. “Hah? Aku? Nggak kok. Sudah dua tahunan aku ngekos nggak jauh dari sini. Sekos sama Gita,” jawab Alea. Orang yang sempat mengajak Alea bicara itu terkekeh. “Maksudnya, baru main ke kelab.” “Oh … kalau yang itu, iya, sih,” jawab Alea lagi. “Kelihatan. Kayak belum enjoy di sini. Oh iya, mau minum apa?” tawar orang itu. “Nggak usah, deh, hehe.” Alea menolak, sebab ia takut ia akan meminum minuman yang salah. Seumur-umur ia belum pernah minum alkohol. Ia tidak tahu seberapa besar toleransinya terhadap minuman memabukkan itu. Dan sebaiknya, untuk yang satu itu ia tidak usah coba-coba. “Lah kenapa? Ke kelab gini masak minum aja enggak? Tenang aja, aku yang traktir. Kalau cuma minum doang mah kecil,” tawar orang itu sedikit memaksa. “Serius, nggak usah. Aku takut nggak bisa pulangnya nanti kalau sampai mabuk,” balas Alea seadanya. “Ya gampang lah nanti bisa aku antar. Lagian kan kamu bisa coba dulu yang kadar alkoholnya rendah. Biar aku pilihkan nanti. Kamu pasti belum begitu paham kan sama minuman-minuman di sini?” Alea kembali menggeleng. Ia masih pada tekadnya untuk tidak coba-coba pada hal yang satu itu. “Ayolah, sedikit aja,” paksanya, membuat Alea berdecak kesal. “Aku bilang nggak mau ya nggak mau,” tegasnya. “Kenapa sih, Ren?” tanya seorang gadis berpakaian sedikit terbuka pada orang yang sejak tadi mengajak Alea mengobrol. “Lo temannya Gita, kan? Yang tadi datang sama Gita?” Alea mengangguk saat selanjutnya pertanyaan itu diajukan untuknya. “Wah, salam kenal. Gue Victoria. Temannya Gita juga. Lo bisa panggil gue Vic. Oh iya, kenapa nih? Rendy gangguin kamu, ya?” “Ya elah, enggak Vic. Gue cuma nawarin minum aja. Niatnya sih mau gue traktir, buat salam perkenalan kayak biasanya. Eh Alea nya nolak,” sambung pria yang sejak tadi memaksa Alea minum. Victoria menoleh ke arah Alea seolah mengkonfirmasi ucapan Rendy. Dan Alea hanya mengangguk membenarkan. “Astaga, aku kira apa. Ya udah sih, Al, terima aja! Ngapain nolak coba? Orang gratisan. Rendy memang suka gitu kalau ada anak baru. Buat salam perkenalan aja,” ujar Victoria. “Nah denger tuh! Nih, coba dikit dulu! Kalau nggak cocok sama lidah kamu, nggak usah dihabisin.” Rendy memaksa Alea menerima segelas minuman. “Ambil aja, Alea! Seenggaknya cicipi dulu lah! Lagian nggak mungkin kamu akan langsung mabuk kalau cuma nyoba sedikit doang,” sambung Victoria. Alea menghela napas panjang. Ia tidak tahu harus menolak dengan cara seperti apa lagi. Rasanya, ia seperti tidak bisa menghargai kebaikan orang jika masih terus-terusan menolak. Lagi pula, niat Rendy baik mentraktir minuman itu untuk Alea. “S- serius aku nggak akan mabuk, kan?” tanya Alea ragu. “Ini cuma satu gelas minuman berkadar alkohol rendah. Nggak mungkin kamu bakal langsung mabuk, Alea,” jawab Rendy. Dengan ragu, Alea pun menerima sodoran minuman itu. Ia pun segera mendekatkannya ke mulutnya. Aromanya cukup aneh meski tidak begitu menyengat seperti yang ia kira. Alea menelan ludahnya beberapa kali. Ia masih diliputi kebimbangan. Ia masih ragu, apakah ia harus mencobanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN