Revan membawa paksa Feeya dari kerumunan, meluapkan ribuan kekesalan yang dia pendam setelah dirasa cukup jauh dari sumber keributan. "Kamu itu bodoh atau kelewat polos, Feeya?!" bentak Revan, urat di lehernya mencuat ke luar. Menandakan kalau saat ini dia sedang marah. Kedua tangan Revan saling mengepal. Nafasnya memburu, terhimpit begitu banyak beban yang berkecamuk di d**a. "Kenapa mau–mauan dipaksa minum sama mereka?" cecar Revan mencemooh tindakan yang dianggapnya tidak benar. "Kalau terjadi apa–apa sama kamu gimana?!" pungkasnya. Feeya yang masih shock melihat keberadaan Revan mendadak kesulitan bicara. Tiap kata yang berusaha dia ucapkan tertahan di tenggorokan, sulit tersampaikan. "Kenapa diam? Jawab!" "Kenapa marah?!" bentak Feeya. Mendengar Feeya yang balik meneriaki Reva