Setelah mengantar Feeya, Revan memutuskan pergi ke Cafe langganannya. Menghubungi kedua sahabatnya untuk menemuinya di Cafe tersebut. "Selalu mendadak, dan apa maunya harus di turuti," gerutu Rio ketika memarkir mobilnya. "Kalau dia manggil itu berarti ada sesuatu, sebagai sahabat kita harus ada untuknya, bukan begitu?" sahut Iriana, matanya menggerling sebelum dia keluar dari mobil. *** Sesi mengintrogasi Revan yang kabarnya memulai hubungan dengan salah seorang mahasiswi di kampus dilanjutkan oleh Iriana. Designer muda itu tidak puas bila hanya membahas topik hangat tersebut dari luarannya saja. "Stop menatap gua begitu!" Revan mengajukan protes, risih karena sejak tadi terus dipandangi oleh sang sahabat. Suasana Cafe terbilang ramai, namun tetap saja membuat Revan berkali–kali li