Habibi masih di luar, dia duduk di kursi teras. Aku tidak mengerti Dio akan ke sini dan membahas soal tadi siang. Dia memang seperti itu, masih sama seperti dulu, selalu peka dengan apa yang sedang aku alami. Tapi, biarlah, aku tidak ingin mengingat itu. Aku hanya kasihan melihat Habibi yang sepertinya sedang tertekan dengan keadaan ini. Memang akulah yang sudah disakiti Habibi, tapi aku juga tidak ingin melihat suamiku disakiti oleh orang lain, apalagi dengan kekerasan seperti tadi. Rasa cinta ini begitu kuat untuk Habibi, tidak seperti rasa cintaku dahulu saat dengan Dio, meski dia adalah cinta pertamaku. Hanya Habibi yang bisa menggantikan nama Dio di hatiku, dan aku pun tak bisa menghilangkan cinta ini dalam sekejap untuk Habibi. Aku masih melihat Habibi yang duduk di kursi teras, a