Tugas Istri 1

1288 Kata
    “Lho, kita mau ke mana, Pa?” tanya Darka saat menyadari mobil yang dikemudikan oleh sang papa tidak meewati jalan yang seharusnya, menuju kediaman Risaldi yang tak lain adalah kediaman utama bagi mereka saat berada di Indonesia.     Hari ini, mereka memang sudah meninggalkan hotel, dan Puti serta Darka meminta pasangan pengantin baru itu untuk berada satu mobil dengan mereka. Sejak awal mendengar permintaan sang ibu, jelas Darka merasakan ada hal yang aneh di sana. Ia yakin, jika Puti memiliki sebuah rencana, tetapi Darka tidak bisa menebak dengan jelas mengenai rencana seperti apa yang dimiliki oleh kedua orang tuanya itu. Darka juga tidak memiliki kesempatan untuk menolak apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Terlebih sang ibu, sudah dipastikan jika Darka akan mendapatkan pelajaran yang sama sekali tidak bisa dibayangkan olehnya, sebagai hukuman setelah melawan apa yang diperintahkan olehnya.     “Ke mana lagi, tentu saja ke rumah kalian,” jawab Nazhan.     “Tapi ini bukan jalan ke rumah,” ucap Darka kesal.     Tiara yang duduk di samping Darka juga tahu jika ini bukan jalan menuju kediaman Risaldi. Tiara memang baru dua kali mengunjungi kediaman mewah tersebut, tetapi Tiara sudah mengenal dan menghafal jalannya dengan baik, hingga saat ini dirinya pun bertanya-tanya sebenarnya apa yang tengah terjadi. Akan ke mana Nazhan dan Puti membawa mereka? Puti sendiri menangkap raut penuh tanda tanya Tiara dari pantulan kaca, ia tersenyum tipis dan menoleh sedikit untuk melihat wajah menantunya. “Tenang Tiara, Mama dan Papa sudah menyiapkan sebuah rumah yang tentu saja akan sangat nyaman ditinggali oleh pasangan suami istri muda seperti kalian,” ucap Puti.     Darka yang mdengar hal itu merasa jengkel. “Mama dan Papa kenapa mengambil keputusan secara sepihak seperti ini? Darka sudah punya rumah dan apartemen atas nama Darka sendiri. Kami bisa tinggal di sana,” ucap Darka.     Apa yang dikatakan memang benar. Soal tempat tinggal, Darka memiliki banyak pilihan. Meskipun Puti dan Nazhan memiliki akses untuk mengunci dan memblokirnya masuk ke semua kediaman yang ia miliki, tetapi semua kediaman itu dimiliki atas nama Darka sendiri, karena memang Darka membelinya dengan uangnya sendiri. Meskipun begitu, Puti dan Nazhan tidak akan membiarkan Tiara tingga di tempat yang sudah pernah disinggahi oleh para perempuan yang menghangatkan ranjang putra mereka. Keduanya berpikir jika membuat Darka dan Tiara tinggal di tempat baru yang belum pernah disinggahi oleh perempuan mana pun, jelas adalah keputusan yang terbaik. Baik Darka maupun Tiara pasti bisa memulai kehidupan rumah tangga mereka tanpa harus terbayang-bayang kehadiran wanita yang seharusnya tidak ada di tengah-tengah mereka.     Tidak membutuhkan waktu lama, mobil yang dikemudikan secara pribadi oleh Nazhan memasuki area perumahan mewah.  Darka sendiri cukup tahu mengenai kompleks perumahan ini. Karena pengelola utamanya adalah Theo, saudara dari sang ayah. Jadi, Darka familier dengan tempat ini, meskipun belum pernah mengunjunginya dan tidak memiliki aset di area ini. Darka mengernyitkan keningnya dan bertanya, “Apa Mama dan Papa memiliki investasi atau saham dalam pembangunan perumahan mewah ini?”     Puti yang mendengar hal itu kemudian menoleh dan balik bertanya, “Memangnya kenapa?”     “Aneh saja. Kenapa Mama dan Papa malah membelikan sebuah rumah di perumahan mewah seperti ini, alih-alih membuatkan sebuah rumah yang megah di salah satu lahan yang kalian miliki,” ucap Darka.     “Karena kami rasa, kalian lebih cocok tinggal di perumahan seperti ini. Kalian pasangan muda, rasanya lebih baik tinggal di tempat yang bisa membuat hubungan rumah tangga kalian lebih berkembang dengan baik,” jawab Nazhan sembari menghentikan mobilnya di hadapan sebuah rumah yang tampak begitu cantik dengan halaman yang cukup asri dan garasi yang luas.     “Ayo turun, kita lihat rumah baru kalian,” ucap Puti.     Keempatnya turun dari mobil. Nazhan membuka gerbang dan mempersilakan ketiganya masuk. Tiara sendiri sibuk mengamati setiap sudut kediaman yang menurutnya cantik tersebut. Kedatangan mereka rupanya sudah ditunggu oleh empat pelayan yang memang dipekerjakan oleh Puti untuk membantu tugas Tiara mengurus rumah nantinya. Mengetahui hal itu, Tiara pun merasa kaget. Setelah para pelayan menyajika kudapan lezat dan minuman yang sudah mereka persiapkan sebelunya, Tiara tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan apa yang mengganggunya. “Mama tidak perlu menyiapkan orang untuk membantu Tiara seperti ini,” ucap Tiara.     Puti menatap menantunya dan menariknya untuk duduk di sofa sembari menggenggam tangan menantunya yang cantik itu. “Kenapa tidak perlu? Ini malah sangat perlu Mama lakukan. Mama tidak mungkin membiarkanmu sendiri membersihkan dan merawat rumah.” Nazhan yang mendengar hal itu mengangguk setuju. Mereka tidak mungkin membiarkan menantu mereka kelelahan dengan mengurus keperluan rumah tangga. Meskipun rumah yang akan ditinggali oleh Darka dan Puti ini tidak bisa dibandingkan besarnya dengan kediaman Risaldi sendiri, tetapi tetap saja, akan sangat melelahkan bagi Tiara untuk mengurusnya sendiri. Karena itulah, Puti dan Nazhan memilih untuk menyiapkan beberapa pelayan untuk membantu Tiara mengurus rumah.     Darka tidak terlibat dalam pembicaraan tersebut dan hanya diam untuk mengamati. Tiara sendiri segera berkata, “Tiara sudah terbiasa mengurus panti dan anak-anak. Meskipun memang akan terasa sulit di awal karena tidak ada yang membantu, tetapi rasanya lebih baik Tiara saja yang mengurus rumah. Maaf, bukannya Tiara menolak kebaikan Mama dan Papa.”     “Jelas kamu menolak kebaikan Mama dan Papa. Jika kamu melakukan hal itu, jelas Mama akan merasa sangat marah,” ucap Puti.     Tiara terkejut. Ia tidak menyangka jika penolakannya bisa membuat ibu mertuanya marah. Nazhan yang melihat hal itu terlihat geli sendiri. Istrinya jelas sangat keras kepala, dan menantunya yang manis adalah perempuan lembut hatinya hingga sangat mudah sekali untuk dibuat tergerak atau merasa cemas karena suatu hal. Nazhan pun pada akhirnya turut dalam pembicaraan tersebut. “Tiara, jangan menolak perminta Mama dan Papa ya. Biarkan para pelayan ini membantumu untuk beberapa hari. Jika kamu masih tidak merasa nyaman dengan kehadiran mereka yang membantu tugasmu, kamu bisa mengembalikan mereke ke kediaman utama. Kami tidak akan memaksamu untuk menerima mereka,” ucap Nazhan.     Setelah mendengar hal itu, Tiara pun tidak berkeras untuk memulangkan para pelayan. “Baik, Papa,” ucap Tiara menurut.     Nazhan dan Puti mengangguk puas atas apa yang sudah dikatakan oleh Tiara. Sementara itu, Darka pun mengernyitkan keningnya saat sadar jika keempat pelayan tadi memanglah pelayan yang sebelumnya tinggal dan bekerja di kediaman utama Risaldi. Dengan mudah, Darka pun bisa membaca apa yang sudah direncanakan oleh kedua orang tuanya. Namun, Darka tidak menunjukkan hal itu dan berpura-pura tidak mengetahuinya. Ia masih tetap bungkam, hingga kedua orang tuanya bangkit untuk pulang ke kediaman utaman Risaldi yang letaknya memang cukup jauh dari perumahan tersebut. Sebelum melepaskan kedua orang tuanya pergi, Darka bertanya, “Lalu bagaimana dengan barang-brangku, Ma?”     “Tenang saja, semuanya sudah Mama pindahkan. Semuanya sudah ada di kamar kalian. Baik baju hingga perabotan lainnya. Kalian tidak perlu mencemaskan apa pun. Hal yang perlu kalian lakukan adalah hidup dengan baik dan tinggal dengan tenang di sini,” ucap Puti sembari masuk ke dalam mobil.     Sementara itu, Nazhan menutup pintu mobil sebelum menghadap Darka dan Tiara yang berdiri di dekat pintu rumah. “Jaga Tiara dengan baik, Darka. Dan untuk Tiara, Papa titip Darka ya. Jika dia bertingkah tidak-tidak, jangan sungkan untuk menghubungi Papa serta Mama. Kami akan membantumu,” ucap Nazhan.     “Memangnya apa yang akan aku lakukan hingga Papa dan Mama perlu membantunya,” gerutu Darka kesal.     Nazhan mengendikkan bahunya sembari berkata, “Ya siapa yang tau.”     Setelah mengatakan hal itu, Nazhan masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kediaman baru outranya begitu saja. Sementara itu, Darka yang melihat hal itu mendengkus dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Tiara. Darka dengan lantang memanggil keempat pelayan yang segera datang memenuhi panggilan sang tuan muda. Tiara mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh Darka. Beberapa saat kemudian, Darka menghadap Tiara dan bertanya, “Apa kau ingin mengembalikan mereka ke kediaman utaman?”     “Iya, tapi itu nanti,” jawab Tiara.     “Kenapa nanti? Kau bisa membuat mereka kembali sekarang juga. Kau tidak berencana hidup nyaman dan membiarkan mereka mengurus suamimu, bukan?” tanya Darka dengan memicingkan matanya.     Tiara yang mendengar hal itu tersenyum tipis. Pemikiran Darka sepertinya sangat unik, dan itu cukup menghibur bagi Tiara. Perempuan itu menatap Darka tepat pada matanya sebelum berkata, “Kenapa berpikir seperti itu? Di sini, aku yang menjadi istrimu. Jadi, sudah pasti aku yang akan mengurus semua keperluanmu. Jadi, tidak perlu khawatir. Aku akan menjalankan tugasku sebagai istrimu dengan baik.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN