“Memangnya nggak masalah kalau kita sering keluar bareng seperti ini? Kayaknya kamu pernah bilang kalau sebaiknya kita jangan terlihat akrab di luar kantor.” Tania mengingatkan Aryo ketika lagi-lagi Dinda dan papanya mengajaknya makan malam. “Aku berubah pikiran. Demi Dinda. Biar dia bahagia dan sering nginep di rumah aku,” kata Aryo beralasan. “Memangnya nggak rugi? Hampir tiap weekend kulihat Dinda nginep di sini.” Dan hampir setiap Dinda nginep di rumah Aryo, pasti nyasarnya ke rumah Tania. “Kamu jadi nggak bisa bawa perempuan nginep, kan?” Tania menyadari betapa kesepiannya Aryo sejak mamanya Dinda meninggal. Dinda sering mengulang cerita tentang kepergian mamanya. Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk berduka. Apa lagi kepergian mamanya Dinda begitu cepat. Mungkin tidak sampai