Different

1507 Kata
Seperti niat sang Pangeran ketika ia berumur lima belas tahun, ia akhirnya berkelana bersama dengan Eryk di usianya yang ke dua puluh empat tahun. Tentu hal itu tidaklah mudah, karena selama kurang lebih dari sembilan tahun lamanya Lan larb harus meyakinkan sang Raja dengan melatih keahliannya lebih dalam lagi agar diperidzinkan, dan usaha yang didapatinya tidaklah sia-sia, pada akhirnya mereka diperbolehkan untuk berkelana oleh sang Raja dalam kurun waktu dua tahun saja, meski terbilang singkat, namun Lan larb menggunakan waktu itu dengan sebaik mungkin, hingga akhirnya penilaian positif terhadap sang Pangeran serta Eryk pun didapatkan dari orang-orang yang pernah bertemu dengan keduanya. …   “jadi hari ini adalah hari terakhir anda berkelana?” sebuah pertanyaan terlontar dari lelaki tua yang kini memasukkan beberapa buah yang baru saja didapatinya ke dalam kantung, membuat Lan larb beserta Eryk menoleh menatapnya, “ya… waktu kami telah berakhir” jawab Eryk seraya mengangkat kantung hitam miliknya dan berdiri dari duduknya, ia menatap ke arah langit yang kala itu membawa halimun pagi yang amat menyegarkan, mendengar jawaban itu membuat sang lelaki tua tertawa, “tak ada yang berakhir di dunia ini, percayalah” ucapnya seraya melempar sebuah pedang dengan ukiran indah yang terdapat di pedangnya, ukiran itu menggambarkan sebuah akar pohon oak. Diliriknya sang lelaki yang kini tersenyum padanya, “kudengar anda memiliki seorang adik kecil, kuhadiahkan itu untuknya. Itu adalah pedang yang diberikan oleh Roh Pohon oak yang kutemui ketika di  dalam perjalananku 15 tahun yang lalu” jelasnya lagi, dan itu membuat Eryk tersenyum, menunduk dan kemudian berterima kasih padanya, “terima kasih Baba… kuharap pertemuan kita tidak berakhir sampai di sini” lelaki tua yang memiliki nama panggilan Baba itu tersenyum dan menepuk bahu Lan larb seraya mengangguk, “kita pasti akan bertemu kembali, Pangeran” timpalnya, dan mereka pun  akhirnya berpisah di samping sungai Issen pagi itu. … Kedua lelaki itu kini berjalan menyusuri sungai Issen, mereka berjalan untuk kembali ke Negeri yang telah mereka tinggalkan dua tahun yang lalu, langkah kaki Lan larb terhenti dan pandangannya menoleh ke arah belakang. Dengan cukup lama ia pandangi pemandangan luas di sana, menyadari hal itu membuat Eryk menoleh menatapnya, “Lan larb” panggilan itu membuatnya mengangguk dan menghela nafasnya dengan dalam, seolah ia tidak mau kembali ke Negeri dan ingin terus melakukan perjalanan seperti saat ini, “tepati janjimu dengan sang Raja terlebih dahulu, dan jika sempat… kita pasti bisa kembali melakukan perjalanan di masa depan.” mendengar kata yang diucapkan oleh Eryk membuat Lan larb menyunggingkan senyumannya, “kau benar, kita bisa melakukannya lagi di masa depan. Untuk sekarang, kita harus segera pulang” ucapnya seraya menolehkan pandangannya ke arah lengan kanannya yang saat ini menggenggam seikat bunga Anaphalis Javanica*, bunga itu merupakan lambang keabadian cinta, dan seperti yang terlihat dari raut wajah yang ditampakkan oleh Lan larb saat ini, rautnya yang semula sedih kini berubah menjadi tersenyum dengan senyuman yang tulus serta menampakkan sebuah rasa kerinduan yang amat dalam kepada seseorang yang pastinya ia cintai, “aku ingin segera bertemu dengannya” sambung Lan larb dan itu membuat Eryk terkekeh setelah mendengar ucapan dari sang Pangeran, “tenanglah, kita dalam perjalanan pulang saat ini… dan kurasa Cecilia pun menunggu kedatangan Pangeran Pujaan hatinya” Lan larb menoleh menatap Eryk yang baru saja berucap dan terkekeh di sampingnya, merasa bahwa dirinya tengah diledek oleh Sahabat kecilnyatersebut,  pada akhirnya ia mendorong sang sahabat dan berbalik untuk akhirnya berjalan meninggalkan Eryk yang semakin tertawa karenanya, “berhentilah, Eryk!” permintaan Lan larb semakin membuat Eryk yang tertawa pun berhenti dan akhirnya ia berlari menghampiri sang sahabat lalu ia merangkulnya seraya meminta maaf dan melangkah bersama-sama. “ah, aku tidak sabar untuk menemui Sagremor dan memberikan pedang titipan Baba ini padanya” gumam Eryk seraya memperlihatkan pedang yang ia genggam, dianggukannya kepala Lan larb mendengar hal itu, “Remor pasti sudah handal dalam memainkan pedangnya seperti dirimu, saat ini” mendengar penjelasan Lan larb membuat Eryk mengangguk mengiakannya, “dan aku juga yakin dia bisa menggunakan Nium lebih baik daripada yang lainnya saat ini” sambung Eryk dan Lan larb tertawa sombong mendengarnya seraya berucap, “tentu! Karena aku adalah gurunya” ucapnya menyombongkan diri, dan mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan mereka kembali ke Negeri Nium, … Seperti yang sudah diniatkan di awal, sepulangnya Lan larb ke Negerinya, ia segera menemui kekasih hatinya, Cecilia. Wanita tercantik di Negerinya saat itu. Ia berencana untuk segera menikahi sang pujaan hati, dan tentunya ia juga harus membicarakan hal ini kepada sang Raja. “ini adalah bunga terindah yang pernah kumiliki, terima kasih” dipeluknya Lan larb dengan erat oleh Cecilia yang terlihat amat bahagia, “aku akan memberimu hadiah yang lainnya” mendengar ucapan Lan larb membuat Cecilia melepaskan pelukan dan mengerutkan dahinya menatap sang kekasih, kemudian pandangannya menoleh ke kanan dan kekiri untuk mencari hadiah yang dimaksudkan, mengetahui hal itu membuat Lan larb tertawa dan mengusap dengan lembut pipi chuby dari Cecilia, “tidak sekarang Cecil” jelasnya yang kini kembali diberi tatapan penasaran oleh Cecilia, “kapan??” tanyanya dengan amat tidak sabar, “aku akan memberikannya ketika kita berada di ruang rapat malam purnama nanti” jawab Lan larb membuat Cecilia kembali mengerutkan dahinya, “bukankah malam purnama nanti adalah waktu untuk kita melakukan rapat Kerajaan?” dianggukannya kepala Lan larb untuk membenarkan dugaan Cecilia, “ya, dan aku akan memberikan hadiah itu di tengah rapat kita nanti” dan penjelasan Lan larb membuat Cecilia sangat bersemangat, ia mengangguk dan mengatakan bahwa ia tidak sabar menunggu rapat malam nanti. … Sepereti yang telah diucapkan oleh Lan larb, satu minggu dari sana adalah malam purnama dan mereka (seluruh Kaum Nium) berkumpul di Kunvenejo( [esperanto] ruang rapat). Persisi seperti yang pernah dikatakan, hanya ada lima ratus tujuh puluh lima orang yang hadir di sana. Tak ada satu pun orang yang tidak hadir di dalam rapat malam itu, termasuk Sagremor (adik Eryk yang kini berumur 9 tahun) anak muda satu-satunya di Negeri Nium saat ini. Kedatangan Lan larb serta Eryk malam itu membuat seluruh mata kini tertuju pada mereka, pandangan-pandangan kagum itu terpancarkan dari seluruh mata orang-orang yang berada di sana. “senang bisa kembali melihat anda di Kunvenejo , Pangeran Lan larb” ucap salah seorang lelaki dengan tubuh kekear serta janggut yang menghiasi dagunya, mendengar hal itu membuatnya tersenyum dan mengangguk, “terima kasih, saya pun merasa senang telah kembali ke Negeri ini dan bertemu dengan kalian semua malam ini” sambung Lan larb dan membuat mereka-mereka tersenyum mendengarnya, Kedatangan Raja serta Kepercayaannya saat itu lah yang kembali memfokuskan mereka pada sang Raja yang kini terduduk di singgahsananya, ruangan itu sangatlah besar, bahkan tidak hanya sang Raja yang terduduk di kursi yang tersedia, namun seluruhnya kini duduk di kursi yang sama dan yang membedakan hanyalah letak kursi-kursi tersebut, kursi Raja ditempatkan di depan sana lebih tinggi di bandingkan dengan yang lainnya. “Selamat datang kembali, Putraku. Bagaimana perjalananmu selama ini?” tanya sang Raja seyara menoleh menatap Lan larb yang kini menundukkan kepalanya sedikit untuk menghormati sang Ayah, “sesuai yang saya harapkan, Baginda. Saya puas karenanya” itulah jawaban yang diberikan Lan larb padanya, sang Raja tersenyum bangga melihat sang anak yang kini terlihat lebih tampan dan lebih gagah, “andaikan Ibumu masih disini, mungkin dia tidak akan pernah berhenti menyanjung dirimu di hadapanku saat ini” mendengra perkataan sang Raja membuat Lan larb menoleh menatapnya, ya... saat ini sang Raja menatapnya dengan perasaan sedih bercampur dengan bahagia, ia merindukan sang Putra yang tentu mengingatkannya pada sang Ratu yang telah meninggalkan dirinya empat tahun lalu, “Bunda akan selalu hadir diantara kita, Ayah” kata yang diucapkan Lan larb membuat sang Raja tersenyum dan kini menoleh menatap Rakyatnya yang senantiasa mendengarkan apapun yang mereka ucapkan saat ini, “wargaku tercinta! kehadiran Eryk serta putraku merukapan pelengkap kita malam ini”sang Raja berucap seraya menoleh ke arah Lan larb dan Eryk sejenak, “dan malam ini… sesuai janjiku, kita akan menguasai seluruhnya!!” dan seruan sang Raja saat itu disambut antusias yang luar biasa dari mereka semua, terkecuali Lan larb dan Eryk yang belum memahami rencana mereka serta Sagremor yang belum paham mengenai apa yang mereka ucapkan sepenuhnya dan hanya ikut-ikut saja berteriak menyerukan nama sang Raja, melihat raut kebingungan yang ditampakkan oleh sang Pangeran membuat snag Raja menolehnya, “adakah hal yang ingin kau tanyakan, putraku?” tanya sang Raja pada Lan larb yang kini mengangguk mengiakan, “menguasai? Apa yang hendak anda kuasai, Baginda?” tanya Lan larb dan itu membuat sang Raja terkekeh mendengarnya, “tentu kita akan menguasai dunia, Putraku! Kita adalah makhluk suci yang tidak akan pernah terkalahkan, kita akan pergi memerangi mereka tanpa Ultimatum dan kita akan menguasai mereka dalam kurun waktu enam bulan saja, dan tentunya dengan bantuan dirimu nak! Kau telah melihat kelemahan-kelemahan mereka umat-umat rendah yang berada di luar sana” terang sang Raja, “setelah kita mengalahkan mereka, kita akan menjadi Kaum yang mereka hormati, sama seperti mereka menghormati dewa-dewa mereka. Kita akan menggantikan dewa mereka setelahnya!!!” seruan Raja Eliot membuat mereka ikut berseru dengan antusias, namun tidak dengan Lan larb yang kini terkejut mendengarnya serta Eryk yang menahan tubuh Sagremor (sang adik) untuk tidak ikut bersorak atau berdiri dari kursinya seperti orang-orang yang lainnya,  ... to be continue *Anaphalis Javanica Atau lebih tepatnya bunga senduro (bunga edelweiss), termasuk ke dalam tumbuhan epifit sehingga batangnya tak membesar, batang tanaman pada edelweis sekaligus menjadi tangkai bunga, dan kelopak bunga edelweiss berwarna putih dengan tekstur yang lembut dan ada pula yang bagian kepala dari bunga edelweiss berwarna kuning.[wikipedia] 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN