Second Story of Nium (Eryk)

1511 Kata
Eryk.  Eryk Ivano Nium, seorang anak hebat dan kuat yang lahir dari sepasang suami dan istri yang dikenal sebagai keluarga yang memiliki rasa abdi yang tinggi kepada Keluarga Kerajaan Nium. Dikepala keluargai oleh Elbert Zelum, sang Kepercayaan sekaligus sang Panglima di Negeri Nium, orang yang paling ditakuti oleh siapapun karena kehebatan pedangnya yang tidak boleh diragukan oleh mereka yang sekali pun tidak pernah bertemu dengannya. Ia lahir tiga hari sebelum sang Pangeran lahir, dan mendengar kelahiran Eryk membuat Raja Eliot Larb yang kala itu masih menjadi seorang Pangeran pun meminta kepada Elbert untuk menjadikan sang putra sebagai teman kecil anaknya nanti, ia berharap bahwa nanti keduanya bisa menjadi seorang Raja dan Kepercayaan yang sangat dekat dan sangat hebat, dan tentu hal itu disetujui olehnya yang merasa tersanjung dengan permintaan dari yang mulia Eliot.   Dan seperti yang diharapkan, Eryk diperintahkan oleh sang ayah untuk selalu berteman dengan sang Pangeran meski sang Pangeran berada di posisi yang menurutnya salah, “temani sang Pangeran, meskipun kau tahu bahwa ia membuat suatu kesalahan” ucapan itu lah yang menerap dari sang Ayah di kepala Eryk sejak kecil. … Pagi itu, Eryk berjalan menelusuri skanilo yang terlihat sedikit meninggi dari yang biasanya. Hal itu membuat Eryk memotong rerumputan itu dengan pedang tajam miliknya, saat ini usianya adalah delapan tahun dan dia sudah menguasai semua hal tentang pedang dari sang Ayah. Pedang adalah kehebatannya, itulah yang diucapkan oleh Rakyat nium ketika mereka melihat bagaimana sang Eryk melatih keahlian pedangnya di Oefenruimte ([belanda]ruang latihan) pedang. Kedua mata unik milik Eryk kini menangkap sesosok Pangeran Lan larb yang berjalan dengan cepat melewatinya bersama dengan beberapa buku yang ia peluk dengan erat, “hei!” panggil Eryk seraya berlari mendekati sang Pangeran yang kini menolehkan pandangannya menatap Eryk yang berlari ke arahnya.   “selamat pagi, Pangeran!” sapa Eryk berusaha ramah padanya, ia dengan sengaja memasangkan senyuman ketika menatap sang Pangeran yang kini menatapnya dengan heran,   “jangan tersenyum padaku jika kau tidak ingin melakukannya Eryk, dan bersikaplah bahwa aku adalah temanmu, bukan atasanmu!” ucapan yang terkesan dewasa darinya itu selalu membuat Eryk mendengus dengan kesal, namun seperti yang diharapkan oleh sang Ayah dan sang Raja, Eryk dan Lan larb adalah sahabat sejati.   “mau kubantu?” tawaran Eryk di tolak mentah-mentah olehnya yang mengatakan bahwa ia masih sanggup untuk membawa buku-buku itu, dan akhirnya Eryk pun mengikuti langkah Pangeran Lan larb yang berjalan dan pergi menuju Vandkilder, sumber mata air dari sungai Issen.   Vandkilder merupakan tempat favorit dari sang Pangeran, ia merasa terhibur hanya dengan terduduk di atas bebatuan alami yang menempel di pinggiran mata airnya dan membaca buku-buku yang dengan sengaja ia bawa dari perpustakaan kerajaan, sedangkan Eryk yang memang tidak menyukai buku-buku usang pun hanya terduduk dan bersandar di salah satu pohon nium yang tumbuh di dekat sana, memerhatikan alam sekitarnya, memerhatikan air, langit, rumput dan bahkan burung yang terbang juga tupai yang melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Tak ada yang dapat ia lakukan selain hal itu untuk menemani sang Pangeran di sana.   Dan hal yang mereka lakukan seperti itu, berangsur hingga empat tahun lamanya.   “tak adakah hal lain yang ingin kau lakukan selain memerhatikan hewan serta alam di sekitar sini, Eryk?” sebuah pertanyaan yang terlontar dari mulut Pangeran Lan larb saat itu, membuatnya yang sempat memerhatikan tupai yang kesusahan menaiki salah satu cabang pohon di sana karena membawa setumpuk makanan di mulutnya pun kini menoleh menatap sang Pangeran, dengan cepat ia menggeleng dan kembali menatap tupai yang kini sudah berhasil melewati rintangannya, “tolong jangan hiraukan saya, saya akan segera pergi setelah anda menyelesaikan bacaan usang itu” terangnya tanpa sedikitpun menoleh sang Pangeran lagi yang kini menghela nafas dan menutup buku yang menurutnya ‘usang’ itu.   “aku akan menyesal jika keahlian pedangmu hilang karena memandang tupai itu selama kurang lebih empat tahun lamanya, hanya untuk menemaniku membaca buku usang ini di sini” ditolehkannya kepala Eryk pada Pangeran Lan larb yang kini turun dari batu tempatnya duduk, ia menoleh membalas tatapan sang sahabat dan berucap, “ayo kita berlatih!” ajakan Lan larb membuat Eryk kini menganggukkan kepalanya dan segera menghampiri sang Pangeran yang berjalan pergi meninggalkan Vandkilder.   …   Keduanya berjalan dan memasuki Oefenruimte Pedang. Menyadari bahwa mereka tengah berada di Oefenruimte pedang membuat Eryk menoleh menatap Pangeran Lan larb dengan bingung, “kenapa kita di sini?” tanya Eryk dengan wajah bingungnya,   “kau harus melatih keahlian pedangmu lebih giat lagi, Eryk” mendengar ucapan yang terlontar dari Pangeran Lan larb yang terdengar serius membuat Eryk mengerenyitkan dahinya, ia merasa bahwa sang Pangeran kini memiliki sebuah target saat ini, “apakah ini karena permintaan anda terhadap Raja beberapa waktu yang lalu??” tebakan Eryk diberi anggukan olehnya yang kini kembali menatap sang sahabat dengan serius, “aku tau aku nekat melakukannya, tapi sekarang tak ada jalan lagi… kita harus memantapkan keahlian kita dan meyakini Raja, dan hanya kaulah yang bisa menemaniku meyakinkannya” mendengar perkataan dari Pangeran Lan larb membuat Eryk tersenyum, ia seolah benar-benar dibutuhkan saat ini dan itu membuatnya bangga. “baiklah, kita hanya perlu berlatih dan menaikkan tingkatan keahlian kita bukan??” pertanyaan Eryk langsung diberi anggukan olehnya, “bagus… kalau begitu, ayo kita lakukan dan mari berkelana bersama!” ajakan Eryk membuat Pangeran  Lan larb senang, pasalnya berkelana merupakan impian dari sang Pangeran, ia amat mendambakan dunia luar saat ini, ia juga penasaran dengan keragaman yang ada di dunia ini. Eryk merasa bahwa ini memanglah hal yang tepat, melakukan kelana pasti menyenangkan dan terlebih ia juga sudah jenuh dengan Negeri ini, mereka-mereka lebih terfokuskan pada tingkatan keahlian mereka dibandingkan dengan bersosialisasi kepada orang-orang lainnya yang berada di luar Negeri ini, hal itu pun membuatnya penasaram, ia ingin melihat seberapa hebatnya kaum nium jika disandingkan dengan kehalian lainnya yang belum tentu sepenuhnya ia ketahui dan ia dapat dari buku-buku usang di perpustakaan Kerajaan. … Satu… dua… hingga lima tahun lamanya mereka berlatih, namun sang Raja belum membuka kesempatan itu. Namun baik dari Pangeran Lan larb dan Eryk, keduanya tidak pernah berhenti melatih kekuatan mereka hingga tak ada yang mengetahui sampai mana titik keahlian yang mereka pijaki saat ini. Saat ini Eryk tengah berjalan menuju Oefenruimte Nium, ia baru saja menyelesaikan latihan pedangnya di Oefenruimte pedang dan akhirnya ia memutuskan untuk menemui Pangeran Lan larb yang berlatih keahlian Niumnya di sana, kedua matanya kini menatap Pangeran Lan larb yang baru saja menjatuhkan dirinya ke atas skanilo di ruangan itu dengan lemas, dan melihat hal itu membuat Eryk tertawa, “sudah menyelesaikannya?” tanya Eryk dan itu membuat Pangeran Lan larb hanya mengangguk mengiakannya dengan nafas yang memburu, ditatapnya ruangan itu yang kini porak poranda, membuat Eryk menganggukkan kepalanya, merasa bahwa Pangeran Lan larb pasti sudah mencapai level dimana orang-orang di sini belum memijakinya, “Eryk!! Eryk!!” sebuah panggilan membuat Eryk maupun Pangeran Lan larb kini menoleh menatap seorang lelaki yang berlari dengan cepat menghampiri mereka berdua, “ada apa??” tanya Eryk dengan santai, “hah…. hahh…. adikmu… adikmu telah lahir”. Satu jawaban itu membuat Eryk dan Pangeran Lan larb segera pergi menuju ruang tabib, ruangan dimana adik kecil Eryk dilahirkan. … Langkah kaki Eryk terhenti ketika menemui sang Ayah yang tengah berdiri di samping ranjang sang Ibu yang kini tengah memeluk seorang bayi kecil di tangannya, suara  lembut dari bayi itu terdengar di telinga Eryk yang kini menatap kedua orang tuanya dengan tatapan speachless. “selamat atas kelahiran anak kedua anda, Elbert” ucapan selamat dilontarkan dari mulut Pangeran  Lan larb yang membuat sang kepercayaan kini mengangguk mengiakannya seraya tersenyum, “apakah dia seorang laki-laki? Atau perempuan?” tanya Eryk seraya berjalan perlahan menghampiri mereka berdua, mendengar pertanyaan itu membuat sang ibu tertawa pelan, “perkenalkan, dia Re Sagremor Zelum… dia adalah adik laki-lakimu, Eryk” jawaban yang diucapkan oleh sang ibu membuatnya tersenyum dan menatap sang adik yang kini tertidur pulas di dalam pelukan ibundanya. Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan yang pernah dirasakan oleh Eryk, karena ia sejak dulu mendambakan seorang adik yang nantinya dapat ia ajari mengenai keahlian pedang dan keahlian lainnya yang ia miliki, ia bertekad untuk selalu menyayangi adik semata wayangnya itu. … “aku iri denganmu!” mendengar sebuah ucapan yang keluar dari Pangeran Lan larb membuatnya yang kini tengah menggendong san adik yang kini berusia tiga bulan pun menoleh menatapnya yang kini menatap Sagremor yang mengemut jemarinya sendiri, “mengenai??” tanya Eryk, dan Pangeran Lan larb menunjuk sang adik dibandingkan dengan menjawabnya, “kkau merasa iri karena aku memiliki seorang adik?!” pertanyaan itu diiringi dengan tawanya dan itu membuat Sagremor ikut menjerit senang sedangkan Pangeran Lan larb mendengus kesal, “hentikan! Tak ada yang lucu disini” ucapnya kesal dan itu membuat Eryk menghentikan tawanya dan mengangguk, “kau orang yang beruntung karena memiliki seorang saudara” jelasnya lagi, dan Eryk menatapnya yang kini seolah ia benar-benar iri dengan dirinya. Tanpa banyak berbicara, Eryk menyerahkan Sagramor ke tangan Pangeran Lan larb yang kini terkejut karenanya, “jika kau menginginkan seorang adik dan itu tidak bisa dilakukan oleh sang Raja, maka jadikan Sagremor sebagai adikmu juga!” separuh tidak percaya dan separuh merasa bahwa ia bahagia, ia menoleh menatap Sagremor yang kini tersenyum ke arahnya pun membuatnya tertawa dan mengangguk, “baiklah… mulai sekarang, kau juga adikku… Remor” ucapnya seraya memeluk dengan sayang Sagremor yang kini tertawa karenanya, Eryk yang melihatnya pun ikut tersenyum senang, setidaknya ia menyadari bahwa Sagremor akan mendapatkan banyak kasih sayang, tidak hanya darinya namun dari sang sahabat, Pangeran Lan larb.  to be Continue.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN