Curse2

582 Kata
Langit kini menunjukan dua warna yang terlihat amat kentara, merah yang bercampur dengan kelabu yang kini menciptakan warna ungu dengan sedikit kehitaman di dalamnya. Hening, tak ada satupun suara yang mendominasi selain tangisan dan jeritan dari Pangeran Reglus di Arena hukuman. Tangisan itu begitu pilu hingga membuat Sang Ratu serta Abraham tak sanggup untuk melihatnya dan berbalik enggan menatap Reglus, Regard hanya menundukkan kepalanya sejenak dan kembali menatap sang putra yang kini tengah menangisi Naga miliknya, sahabat serta keluarga sahabatnya yang mati ditangan sang pengeksekusi, mereka tewas dalam sekali tebasan pedang naga yang berukuran besar. Diawal, peristiwa yang sebenarnya hanya Raph serta keluarganya lah yang terhukum, namun Sodu menghalangi sang pengeksekusi untuk melakukan hal tersebut hingga pada akhirnya ia pun ikut terpenggal. “peristiwa ini mengingatkan kalian untuk tidak bertindak gegabah, apalagi dengan berani menghasut keluarga kerajaan!” ucapan Esa saat itu menggema, tak ada satupun Rakyat serta keluarga kerajaan yang mengeluarkan kata-kata selain kekehan Reglus yang kini terdengar di sana, hal itu membuat banyak mata menoleh menatapnya yang kini berdiri dari keterpurukannya di dalam barrier Ray yang senantiasa menyelimuti dirinya di pinggir lapangan. “khkhkh, menghasut? Kau salah Esa, dia sama sekali tidak pernah menghasutku. Seharusnya yang terpenggal di sini adalah dirimu, karena kau menuduh dengan tanpa adanya bukti yang kuat kepada orang yang tak bersalah” tatapan Reglus kepada Esa tidak sedikitpun berubah, sejak awal hingga detik ini, ia menatap Esa dengan amat tajam,  “Diam!!” bentak Esa padanya,  “aku takkan pernah diam karena aku tau mereka tidak bersalah, Esa!!!” dengan jelas dapat terlihat bahwa Reglus benar-benar murka, wajahnya memerah dengan urat yang terlihat di leher dan dahinya, tangannya bergetar dan terkepal  dengan kuat hingga kini mengeluarkan darah meski tidak banyak, nafasnya menderu amat kencang dan ia pun kembali berucap, “aku bersumpah untuk tidak menerima tahtaku sebagai Raja di Kerajaan ini hingga akhirnya dapat kusaksikan kau, Esa… beserta orang-orang yang ada di sini binasa! Aku bersumpah akan membinasakan kalian dan membangun Kerajaanku sendiri di atas kerajaan yang memiliki tradisi dan perundang-undangan bodoh ini!! dan ingat ucapanku, Esa!! kuharap kau mati mengenaskan dari orang-orang yang tak bersalah yang kini ada di hadapanmu itu, dengan tanganku sendiri atau keturunan lainnya”   Bagaikan sebuah kutukan yang diucapkan oleh seorang Clairchanter, angin datang begitu Reglus menyelesaikan sumpah serapahnya. Angin itu datang berserta dengan kabut hitam tebal yang kini menutupi seluruh arena lapangan, membuat penglihatan mereka semua seolah menjadi buta. Hanya sebuah suara gemuruh serta leburan kaca pecah yang terdengar, membuat mereka penasaran dengan yang terjadi di tengah arena. Cukup lama angin dan kabut itu muncul, hingga akhirnya kabut itu lenyap bersamaan dengan menghilangnya Reglus beserta dengan jasad Sodu, Raph dan keluarganya. Tak ada satupun yang membekas di tengah arena selain darah yang menggenang serta sang pengeksekusi dan Esa yang kebingungan mencari keberadaan Reglus, “Ray… kemana Reglus?!” pertanyaan panik dari sang Raja, hanya diberikan sebuah gelengan oleh Ray yang kini berucap, “saya tidak dapat mendeteksi keberadaannya saat ini” mendengarnya membuat Regard menatap Alexandra yang kini berada di belakang sang Ratu yang tengah menangis tersedu-sedu, “saya tidak merasakan hawanya lagi, Baginda” terang Alexandra.   …   Reglus Muller, pangeran yang dulunya selalu di banggakan oleh Raja Muller-X kini menghilang dan menjadi seorang buronan Kerajaan setelah sebelumnya ia bersumpah atas peristiwa di lapangan Arena yang telah terjadi.   Rakyat tidak mengerti tentang apa yang telah dilakukan oleh sang pangeran, hingga akhirnya ia dinyatakan terhasut oleh Raph yang selalu dikenal baik hati, atas kejadian itu pun akhirnya Rakyat Valens mengenang peristiwa tersebut sebagai ‘peristiwa Raph’, peritiwa penting yang tidak akan pernah mereka lupakan.  story of Reglus Muller End.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN