Samun the Monster of Bush 3

1214 Kata
 Pagi itu hujan membasahi bumi dan seisinya, para Pangeran beserta tujuh orang lainnya tidak berhenti melangkah dan memilih untuk menerobos derasnya air yang jatuh ke bumi hingga akhirnya hujan tersebut mereda dan menimbulkan suasana lembab yang kentara dengan wewangian tanah yang basah, mereka tidak pernah berhenti melangkah,  “apakah kita akan segera bertemu dengan salah satu monster di sini, Zhumon? Karena kurasa sepanjang perjalanan kita tidak mendapati apapun selain basah!” pertanyaan Abraham menginterupsi jalan mereka semua dan membuat Pangeran Zhumon berhenti melangkah sejenak, ketika akhirnya mereka mendengar suara semak-semak yang bergoyang oleh sesuatu yang melaluinya.   Sraaakkk!!!   Sraaakkk!!!   Dengan serempak mereka menoleh ke kanan lalu beralih ke kiri sesuai dengan suara yang muncul di sumbernya. Rezen mengeluarkan pedangnya dan bersiap untuk menghadapi apapun, ia mendekati sang Pangeran guna menjaganya, dan itu pun segera diikuti oleh para Prajurit lainnya yang melindungi masing-masing Pangeran mereka, terkecuali Pangeran Zhumon dan Pangeran Hanxi lan yang kini menggenggam masing-masing pedang milik mereka, “ingatlah… kita tidak diperbolehkan untuk mendekat jika mereka menarik perhatian kita, jangan terpancing dengan apapun itu” ucapan Pangeran Hanxi lan membuat ketika Pangeran di sana mengangguk mengiakan.   SRAKKK!!!   “hihihi”   Suara tawa seorang gadis terdengar di telinga mereka, dan serempak mereka berbalik menghadap ke belakang setlah mendengar suara tawa serta semak dari arah sana. “kakak, kita tidak dapat melihatnya!” ucap Pangeran William dengan nada yang panik, ia ketakutan setengah mati setelah mendengar suara tawa seorang gadis, “samun… dia adalah monster semak, berhati-hatilah kalian dengan makhluk yang satu ini” ucapan Pangeran Zhumon membuat beberapa dari mereka menganggukkan kepala mengerti.   SRAAKKKK!!!   “Rezen, sampingmu!”   SRANG!!!   “AAAAAAAAAAA!!!!!!!” Jeritan yang amat kencang mampu menyaringkan telinga mereka semua, setelah sebelumnya Rezen bergerak dan menebas sebuah raniting karena ucapan Abraham, dan ranting tersebut ternyata lengan dari Samun. Kedua mata Rezen terbelalak ketika mata Samun menatapnya dengan amat tajam dan meliliti kaki kiriya dan menyeretnya menjauhi yang lain. “REZEN!!” teriak Abraham serta yang lainnya, sedangkan Pangeran Zhumon dan Pangeran Hanxi lan berlari dengan cepat mengejar Samun yang menyeret-nyeret Rezen menjauhi mereka, “kakak!!” panggil mereka pada Pangeran Hanxi lan yang berlari dengan amat cepatnya,   ZRAKKK!!   “UGHT!!” Rezen meringis ketika kepalanya terpatuh sebuah batu dan lengannya sempat tersnagkut di salah satu batang pohon di sana, “tak pernah ada yang bisa memotong tubuhku!!! siapa kau?!! AAAAAAAAA!!!!!” ucapnya masih menyeret-nyeret tubuh Rezen di sana, “Rezen!!” panggilan Pangeran Hanxi lan membuatnya mendongak menatap Pangeran Hanxi lan dan Pangeran Zhumon yang berlari menghampirinya, satu tangan Rezen terulur ketika Pangeran Zhumon merebut pedang Pangeran Hanxi lan dan melempar pedang tersebut padanya.   SRANGG!!!   “AAAAAAAAAAA!!!!!”   Kembali jeritan itu terdengar, namun Samun memilih untuk kabur setelah Rezen berhasil menangkap pedang pemberian Pangeran Zhumon dan memutuskan tangan milik Samun yang lainnya. “kau baik??!” pertanyaan Hanxi lan diberi anggukan olehnya dan ia mengembalikan pedang itu pada sang Pangeran, “kau terluka, sebaiknya kita segera mencari tempat yang aman” diliriknya Pangeran Zhumon yang kini menoleh menatap jauh ke arah sana, dimana abraham serta dua pangeran lainnya dan prajurit pelindung kini berlari menghampiri mereka. “hh… kau baik?? hhh… hh… “ Rezen menoleh menatap Abraham yang berlari membawa pedang miliknya yang tadi sempat terjatuh dan membuatnya sedikit kerepotan karena tak ada senjata untuk melumpuhkan sang Monster, “maafkan saya… seharusnya saya yang bertanya demikian, apakah anda bik-baik saja, Pangeran?” mendengar pertanyaan Rezen membuat Abraham terkekeh kesal dan melempar pedang itu padanya seraya berucap, “bodoh!” umpat Abraham padanya yang kini segera menangkap pedang yang dilempar oleh sang Pangeran, “oh! Rezen, kakimu terluka parah!” ucapan salah satu Prajurit di sana membuat mereka menoleh menatap kaki kiri Rezen yang terluka dan memperlihatkan dagingnya yang robek cukup parah, “ah… ini perbuatan monster itu” ucap Rezen mengerenyitan dahinya menahan sakit yang seketika muncul setelah ia menyadari bahwa ia terluka, “prajurit, cepat carikan tanaman obat!” titah Pangeran Muda Wiliam terdengar panik, ia melirik keempat prajuritnya yang kini segera berlari menghintari lokasi untuk mencari tanaman obat yang dimaksud oleh Pangerannya,   “tak perlu” kelima prajurit yang kala itu mencarinya seketika menatap Pangeran Zhumon yang berjalan mendekati Rezen dan merungguh di hadapannya, kedua lengannya kini menutupi luka robekkan di kaki Rezen yang kini mengertakkan giginya menahan sakit, “Convalesce” gumaman pelan dari Pangeran Zhumon saat itu merupakan sebuah mantra penyembuh, dan ketika mengatakannya sebuah pendaran hangat berwarna biru langit pun muncul dari kedua lengannya dan ketika cahaya itu meredup, luka yang didera oleh Rezen pun sembuh, seakan menghilang begitu saja. Bahkan tidak hanya kaki, lengan Rezen yang patah, serta memar di kepala Rezen pun ikut di sembuhkan oleh mantra yang Pangeran Zhumon ucapkan dan itu membuat para prajurit berdecak kagum dengan keahlian dari sang Pangeran Clairchanter. “terima kasih, tuan Zhumon” ucap Rezen seraya menundukkan kepalanya dengan hormat, “kita harus mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dari Samun” penjelasan dari PangeranZhumon di beri jentikan kepala oleh Abraham, “kenapa kita harus bersembunyi darinya? Kita tinggalkan saja tempat ini” ucapan Abraham di beri anggukan oleh Pangeran muda William serta Pangeran Taber, namun mendengar hal tersebut membuat Pangeran Hanxi lan menghela nafasnya dengan pelan dan berucap, “karena samun adalah target awalnya” dan jawaban itu membuat ketiganya cukup terkejut, “jadi dia targetnya?” pertanyaan Pangeran muda William diberi anggukan oleh Pangeran Hanxi lan dan Pangeran Zhumon.   …   Di malam yang sunyi, mereka menyalakan sebuah api unggun guna menghangatkan diri dari dinginnya malam yang menusuk tulang. Pangeran Zhumon terduduk tepat di samping Abraham yang tengah menghangatkan kedua lengannya yang terasa dingin, “kita harus membagi sift berjaga malam, kalian para prajurit berjaga sekarang dan lima jam lagi kita akan berganti yang berjaga” saran yang diucapkan oleh Pangeran muda William diberi anggukan oleh para prajuritnya yang memang terbilang banyak diantara yang lainnya, “saya tidak akan tertidur, jadi saya akan membiarkan Pangeran Ab mengambil waktu istirahat milik saya” kelima Pangeran yang terduduk di dekat api unggun itu kini menoleh menatap Rezen yang baru saja berucap, “kau membutuhkan banyak enegri untuk hari e..- Ucapan Pangeran Taber terhenti ketika Rezen memperlihatkan sekitar segenggam Biji kopi yang telah menghitam, “tolong jangan mengkhawatirkan saya, saya telah terbiasa untuk tidak tertidur” dan kali itu penjelasan dari Rezen diberi anggukan setuju oleh Abraham, “kau tidak tertidur karena menghindari mimpi burukmu kan?” ditolehkannya pandangan Rezen pada Pangeran Zhumon yang baru saja berucap dan kini mengangkat kedua tangannya seraya mengangguk, “baiklah, saya tidak melarangmu” sambungnya lagi.   Dan malam itu, Pangeran mengambil istirahat pertama… mereka segera merebahkan diri di sekitar api unggun dan terlelap.   … Rezen melangkah bersama dengan salah satu Prajurit yang berjaga malam itu, keduanya tengah berkeliling untuk memantau situasi terdekat dari wilayah mereka beristirahat.   SRAKKK!!!   Dan lagi suara semak bergerak sepeti yang sebelumnya membuat mereka menolehkan pandangan ke arah kanan, arah asal suara tersebut.   SRAKKK!!   “sepertinya kita membutuhkan bantuan, Rezen!” ucap Andreas sang Prajurit yang kini berbalik arah dan segera berlari menjauhi lokasi itu, sedangkan Rezen bertahan dan tetap mencari Samun.   “tidakkah kau takut padaku??” sebuah pertanyaan terdengar diantara semak-semak yang mengelilinginya saat itu, “aku tidak takut denganmu, kau hanyalah Monster” jawab Rezen seraya mengeluarkan pedang yang menempel di pundaknya, “abraham…” ucapan itu membuat Rezen mengerenyitkan dahinya, “bagaimana jika aku menjadikannya santapan lezatku malam ini, apakah kau setuju??” ucap Samun seraya terkekeh dengan geli “AAAAAA!!!” sebuah teriakan dari banyak orang di kejauhan sana membuat Rezen segera berlari menghampiri arah suara, ia merasa panik ketika ia menyadari bahwa ia lalai menjalankan tugasnya sebagai pengawal dari Pangeran Abraham, Ia berlari dan terus berlari, hingga akhirnya ia menyadari bahwa ia telah tertipu oleh samun dan ia juga menyadari bahwa posisinya sudah sangat jauh dari titik awal mereka beristirahat. …   to be continue, 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN