Tragedy on Journey 2

1512 Kata
Sudah lebih dari satu hari penuh mereka di atas kapal yang berlayar, dan malam itu Abraham terpaku menatap Map di dalam ruangannya, sesekali pandangannya teralihkan pada Rezen yang tengah menatapnya. Ya… saat ini adalah waktu bagi Rezen menemaninya di dek kapal, setelah sebelumnya ia bergantian dengan Shulan. “bisakah kau tidak menatapku seperti itu, Rezen??” tanya Abraham kala itu memecah keheningan malam, ia merasa sedikit risih dengan hal yang dilakukan Rezen saat ini. Berdiri di samping pintu dengan kedua mata yang terus terarah pada dirinnya, dan tentu itu membuatnya amat terganggu, “maafkan saya, Pangeran… namun saat ini saya tidak menatap anda, saya hanya sedang memantau anda” jawaban Rezen saat itu membuat Abraham cukup jengkel, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa selain menggeleng dan menghela nafasnya. Kedua matanya kini menatap Rezen yang senantiasa menatapnya,“hei! Apakah kau mengetahui informasi mengenai Kerajaan Sowvra?” pertanyaan sang Pangeran diberikan anggukan oleh dirinya yang kemudian menjelaskan, “kerajaan Sowvra adalah salah satu kerajaan yang berjabatan dengan dua Kerajaan naga yang beruntung, dan kita asalah salah satu Kerajaan yang beruntung tersebut”, mendengar jawaban dari Rezen membuat dahi Abraham berkerut, “kenapa seperti itu?” tanya Abraham tidak mengerti dengan kata ‘beruntung’ yang diucapkan oleh Rezen, “Kerajaan ini adalah kerajaan yang mampu mengalahkan Kerajaan Naga, karena Kerajaan Sowvra memiliki keahlian mengunci naga dan mengurung mereka di sebuah gerbang yang memiliki lapisan tertentu sesuai level kekuatan masing-masing” penjelasan Rezen tentu membuat Abraham terkejut atas informasi yang ia katakan, “jadi, Kerajaan ini bisa mengalahkan kita?” tanyanya dengan penuh kecemasan, “tenanglah tuan, Kerajaan kita termasuk ke dalam Kerajaan yang beruntung karena memiliki hubungan antar Kerajaan yang sangat baik saat ini” Abraham menghela nafasnya dengan tenang, ketika ia mendengar kembali penjelasan yang melegakan dari mulut Rezen.   BRAKKK!!!!   Sebuah suara yang cukup keras membuat Abraham maupun Rezen terkejut, Abraham segera saja bangkit dari duduknya dan menoleh ke atap, itulah asal suara terdengar, “suara apa itu??!” pertanyaan Abraham tidak di jawab oleh Rezen yang menatap ke arah langit-langit dek kapal, dan ketika suara tersebut semakin ribut, baik Rezen maupun Abraham segera berlari keluar dari kapal dan mendapati bahwa kapal porak-poranda di serang oleh monster.   ZRAAATT BRUGHT!!   “Pangeran Ab!!!” pandangan Abraham yang saat itu menatap sebuah potongan tentakel besar yang memiliki duri tajam, yang baru saja di putuskan dari tubuhnya oleh Rezen beberapa saat yang lalu itu, kini menatap ke arah empat calon kepercayaannya yang datang dengan membawa masing-masing pedang milik mereka, “apa yang terjadi?!” Abraham menoleh ke arah Saint yang berlari mendekatinya dan berdiri membelakanginya guna melindungi sang Pangeran seperti calon kepercayaan lainnya, “kapal kita diserang oleh kraken” jawab Saint seraya menepis dan menyayat tentakel yang hendak menyerang sang Pangeran, kelima orang di sana kini membentuk sebuah lingkaran dengan sang Pangeran yang berada tepat di tengah-tengahnya, “apa?! monster laut itu?!! kenapa bisa?? bukankah banyak perahu lainnya yang melewati jalur ini??” tanya Abraham seraya berusaha menghindari diri dari tiang-tiang yang berjatuhan, begitu pula dengan kelima orang yang senantiasa mengawalinya. “itu bisa saja, pangeran! Karena kurasa ia menganggap bahwa kapal ini adalah sasaran yang empuk baginya” jawaban dari Thesamo yang kini menolong salah seorang awak kapal dari jeratan tentakel sang monster, meski awak kapal itu terluka parah akibat duri-duri yang tajam darinya. “seharusnya kau membuat barrier untuk melindungi kapal dari mereka, Rezen!!” mendengar ucapan Abraham membuat Rezen yang kini tengah bertarung dengan salah satu tentakel yang hendak mengambil dirinya pun akhirnya memotong bagian tubuh monster itu seraya berucap, “maafkan saya, Pangeran… namun saya belum belajar hingga tahap tersebut” jelasnya, membuat Abraham mendengus dan menyadari teriakan awak kapal lainnya yang meminta pertolongan di belakang sana, mendengar itu membuatnya segera berlari untuk meraih tangan sang awak yang terseret oleh tentakel yang kini meliliti tubuhnya. “pangeran, tolong saya!!” tangan sang awak kapal bergetar di dalam genggaman Abraham, dapat dilihat dengan jelas darah mengalir dari tubunya yang terlilit tentakel tersebut, “bertahan! Aku akan menolongmu, Saint!!” panggilan Abraham membuat kelima orang yang tengah sibuk melawan tentakel-tentakel itu menoleh dan serempak berlari untuk membantu sang Pangeran yang mempertahankan salah satu awak kapal yang terjerat. Kedua tangan Abraham menggenggam lengan awak kapal itu dengan begitu erat, namun ia tidak dapat mempertahankan pijakannya hingga Abraham pun terbawa oleh monster tersebut. “Pangeran!!!” Renore berlari dan segera menebas lengan dari awak kapal yang ternyata sudah sekarat karena tusukan duri yang menancap di tubuhnya, ia melakukannya untuk menolong sang pangeran.   ZRAKKK!!!   BRAKK!!   “kita harus segera meninggalkan kapal, Pangeran… disini sangat berbahaya” ucap Shulan seraya menebas tentakel yang hendak menyerang snag Pangeran, “kita tidak bisa meninggalkan yang lainnya!!” dengan nada yang marah, Abraham berucap pada kelima calon kepercayaannya yang kini sibuk dengan tentakel-tentakel yang muncul dari dalam lautan. Rasa kepedulian Abraham memang tidak dapat diragukan oleh siapapun, bahkan ia tetap menolong mereka-mereka, awak kapal yang sudah tak bernyawa untuk terlepas dari Kraken yang hendak menenggelamkan dan menerkam mereka. Kedua mata Abraham kini terbelalak ketika menyadari bahwa tidak hanya awak kapal saja yang terluka, melainkan kaki kanannya pun terluka akibat tertusuk salah satu duri yang muncul dari tentakel yang beberapa saat lalu menyeret dirinya dan nyaris masuk ke dalam air, beruntung Saint cekatan dan memotong tentakel tersebut. Dicabutnya duri yang masih menancap di kaki kanannya, dilihat dengan seksama duri tersebut yang kini meneteskan semacam cairan kekuningan dan keruh, menyadari apa cairan tersebut membuat lengan dari Abraham bergetar dan kini ia terjatuh lemas di atas kapal itu, “ini berbisa” gumamnya dengan pelan, ia merasakan bahwa nafasnya memburu, Kedua pandangannya hanya dapat menatap kelima orang yang kini berjuang melindungi dirinya yang terduduk, hanya mereka yang tersisa saat ini, “pangeran!!” panggil Saint yang masih sibuk dengan tentakel milik Kraken itu, “cepat masuk!!” kedua matanya kini menoleh menatap Rezen yang membuka portalnya tepat di samping tubuh sang Pangeran, namun Abraham tidak bergerak sama sekali dari tempatnya,   “tidak bisa… aku terkena bisanya” ucap Abraham sangat pelan, ia tau jika ia bergerak maka bisa dari hewan itu akan cepat menyebar, itu sebabnya mengapa Abraham terduduk dan tidak bergerak sama sekali.   ZRAKKK!!   ZRUUTTT   “AAAAAKKKH!!!” “TIDAAAAKKK!!!” Kedua tangan Abraham bergetar ketika ia melihat kedua calon kepercayaannya yakni Tesamo dan Shulan terseret oleh tentakel tersebut, tak ada yang dapat menolongnya karena Rezen saat ini pun terkena sabitan dari duri tentakel yang berbisa di bagian d**a kirinya, begitu pula dengan Saint yang terlilit oleh tentakel berduri di kedua lengannya yang kini tentakel tersebut dipotong oleh Renore guna menyelamatkan sang sahabat. Hal itu membuat kraken tersebut menggeram dengan cukup kencang dan dengan anehnya lagi, tentakel lainnya muncul begitu saja dan menjadi semakin banyak. “ini berbisa!” ucap Rezen menyadari bahwa keraken itu memiliki bisa hingga ia berucap dengan nafas yang tersengal dan ia terduduk lemas di sana, begitu pula dengan Saint, “kita harus se…!!!   ZRAKKKK!!!   “Renore!!!!” Saint meneriaki nama Renore, keempatnya terkejut dengan p*********n sang kraken terhadap Renore. Tentakel itu menjadi amat tajam di bagian ujungnya dan kini menusuk tepat di jantung Renore yang tengah berdiri menghadap ketiga orang lainnya dan termasuk Abraham. Tak ada yang dapat dilakukan oleh Abraham saat itu selain terdiam shock, menyaksikan sahabatnya terbunuh oleh kraken yang menyerang mereka semua. Menyadari bahwa situasi semakin berbahaya, pada akhirnya Rezen membuat sebuah pintu portal yang muncul di dasar tempat mereka berdiri, hingga abraham, Saint, Renore serta dirinya terjatuh dan masuk ke dalam portal itu, portal yang ia sambungkan langsung menuju kerajaan Sowvra. Detik ketika mereka terjatuh ke dalam portal, kesadaran Abraham pun hilang sepenuhnya karena racun dari bisa yang ada di dalam tubunya.   …   Deburan ombak sore itu amat kencang, Pangeran Zhumon (pangeran dari Kerajaan Clairchanter) saat itu berjalan menyisiri pantai bersama dengan tiga orang prajurit Clairchanter dan salah satu dari ketiga prajurit itu adalah seorang wanita yang dijadikan kepercayaan oleh Zhumon hari itu. “saya benar-benar tidak memahami maksud anda saat ini, Pangeran Zhumon… mengapa anda harus datang ke Kerajaan ini lebih awal dari yang lainnya?” pertanyaan dari sang prajurit wanita itu bahkan tidak di tanggapi olehnya yang hanya menoleh melalui ujung matanya, namun pandang ketiganya kini teralih pada sebuah pintu portal yang muncul dari atas dan menjatuhkan empat orang yang terluka amat parah. Melihat hal tersebut, ketiga prajurit Clairchanter tersebut pun segera berlari menghampirinya, begitu pula dengan sang Pangeran. “mereka dari kerajaan valens!” ucap salah satu prajurit lelaki yang melihat baju yang mereka kenakan, kedua mata Zhumon menoleh pada Rezen yang bergerak dan berusaha untuk menggapai dirinya, “t..tolong… se..lamatkan.. pa.h...ngeran… Ab” itulah ucapan terahirnya sebelum ia tak sadarkan diri, mendengar hal itu membuat Zhumon kini menoleh menatap prajurit wanita yang kini tengah mengecek keadaan Rezen, “xiona, sembuhkan mereka” perintah dari Zhumon membuat Xiona, wanita prajurit satu-satunya itu merentangkan tangannya dan mengusap-usap luka Rezen seraya berucap, “Convalesce*” yang akhirnya memunculkan sebuah pendaran yang terang dan akhirnya menghilangkan luka yang dialami oleh Rezen. Tidak hanya Rezen, Abraham dan Saint pun di sembuhkan olehnya, namun mereka tidak dapat menolong Renore … ia tak tertolong karena luka yang ia alami tepat di bagian Jantung (bagian yang tidak dapat disembuhkan oleh bangsa Cairchanter).   …  To be continue.  *Convalesce : mantra penyembuh yang digunakan oleh Clairchanter terhadap luka dan penyakit jenis apapun yang di dera oleh penderitanya, namun mantra ini memiliki satu kekurangan, Ia tidak bisa menyembuhkan jantung serta apapun yang berkaitan dengan jantung (seperti luka tusuk atau pun sesuatu yang menyerang langsung ke jantung sang penderita).  [mengutip: NaraEander- Clairvoyant, Enchanter, and the Goddess (Dreame)].  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN