Bad Saturday Night

1542 Kata
"Apa sih ini argghh!!" Ressa terus saja berteriak kesal dengan segala hal. Rupanya pasca putus cinta membuat gadis itu menjadi badmood di malam minggu ini. Betapa tidak, buktinya kabel charger telepon genggam yang tidak sengaja terlilit di kakinya pun jadi sasaran kemarahan gadis itu. Memang sifat emosional Ressa kerap membuat gadis itu marah-marah tak jelas. Tapi jika memang dibutuhkan, gadis itu bisa saja menahan amarahnya dan tetap bersikap baik meski ia sedang dirundung kekesalan. Putus cinta yang membuat Ressa kesal bukan berarti ia patah hati atau galau. Tapi gadis itu merasa dia kalah dari kekasihnya, harusnya dialah yang mengucap putus, bukan si b******k Nando. Benar juga kata Daddy nya bahwa pria yang ia pilih jadi kekasihnya itu bukan orang yang tepat untuk dijadikan pasangan. Buktinya pria itu selingkuh dengan teman sekantornya, Dinda. Malas sekali Ressa kalau harus meladeni ocehan si wanita ular yang satu itu. Secara Dinda adalah salah satu miss gosip di kantor dan juga terkenal genit. Ohh betapa Nando menurunkan seleranya. "b******k kau Nando! Jangan harap ada maaf! Kau menggantikanku dengan si tukang gosip itu?! Bodoh! Kalau aku jadi kau, sudah kulempar wajahku sampai tak terlihat siapapun!" Ressa tak hentinya mengumbar kekesalan sambil terus mandi. Malam minggu ini begitu membosankan. Yang biasanya akan ia habiskan dengan Nando sekedar dinner ala kadarnya mengingat Nando hanyalah fotografer freelance yang belum tentu menyimpan banyak uang untik mentraktirnya dinner mewah. Dan gengsi pria itu yang terlampau tinggi seolah tidak perlu Ressa menjangkaunya, namun selama 2 tahun masa pacaran mereka Ressa selalu bisa menerima keadaan sang kekasih. Ressa keluar dari kamar mandi lalu berlalu ke meja rias nya untuk mengeringkan rambut. Ponsel yang tergeletak begitu saja diatas kasur berbunyi nyaring menandakan ada panggilan masuk. "Ya halo, ada apa?" Sahut Ressa malas. "Jutek banget Res, santai dong. Aku sama yang lain udah di jalan mau ke apartemenmu. Kita hang-out malam ini okay..." sahut Vira dari seberang sana. "Kalian? Mau kemana?" Tanya Ressa bingung. "Ih Ressa lupa ya, kan hari ini adalah Vira's birthday, so.... undangan ke JC club yang aku udah bilang tadi kamu juga lupa, hah??" kesal Vira. Ressa menepuk keningnya lalu segera menjawab panggilan," Ahh iyaa, tapi kalian gak usah jemput kesini. Aku bisa bawa mobil sendiri okay. Kita ketemu di JC saja ya..." bujuk Ressa agar Vira tidak banyak berceloteh. Bujukan pun berhasil dan Ressa bergegas bersiap untuk menyusul teman-teman satu divisi nya yang memang di undang Vira untuk merayakan ulang tahunnya. Pengecualian untuk Fani si ibu dua anak, dan Pak Nicko yang sebenarnya mereka semua paham suka sekali mendekati Ressa entah karena alasan apa. Tapi yang teman-temannya tahu, Ressa tidak nyaman dengan cara Nicko yang terus mendekatinya. Suasana JC club di satnight seperti ini pastilah sangat ramai. Ini salah satu club terlaris di seputaran Jakarta dan sekitarnya. Ressa baru saja memarkirkan mobilnya di basement gedung club itu, ia mengeluarkan ponselnya setiba di pintu masuk club. Dia harus menghubungi Vira atau yang lain untuk memastikan posisi mereka. Belum terjawab nada dering panggilan, pundak Ressa ditepuk oleh sebuah tangan dan ternyata itu Monika, dibelakang gadis itu Vira, Kevin, dan Yuda sudah berdiri dan langsung mengajak Ressa masuk. "Apa kita punya meja?" Tanya Kevin santai sambil memandang ke sekeliling. "Oh pasti, aku sudah pesan meja disana" jawab Vira sambil menunjuk sebuah meja melingkar dan ada 5 kursi di sekelilingnya. "Tapi maaf nggak pesen VIP room, ya sengaja juga sih..." disusul tawa gadis itu karena senang meledek teman-temannya. Mereka biasa untuk keluar bersama, entah acara apapun itu. Tapi Ressa lah yang sering absen dengan berbagai alasan. Bukan tak senang, tapi memang dibalik sifat ceria yang selalu gadis itu tunjukkan ada sisi muram yang disembunyikan gadis itu. Kadang keadaan tenang tanpa siapapun lebih membuatnya nyaman dibanding ber euforia dengan teman-temannya. Vira menjamu para tamunya dengan baik. Memesan minuman dan tak lupa gift yang ia bagikan. Kalau biasanya yang berulang tahun yang dapat kado, ini beda dengan Ressa's Squad. Justru yang berulang tahun lah yang memberi kado. Waktu sudah lewat dini hari. Di meja, rupanya Monika dan Kevin terkapar karena kebanyakan minum. Memang diantara yang lain mereka lah yang paling tidak kuat minum alkohol, selalu menjadi kerepotan tersendiri jika mengajak mereka berdua minum. Tapi rupanya Ressa sedang tidak berselera, walau dia tak selemah Monika dan Kevin tetap saja Ressa tak berselera minum. Bahkan gelasnya masih berisi setengah karena memang ia menyesap sedikit saja. "Kenapa Res, tumben gak banyak minum?" Tanya Yuda melihat Ressa hanya duduk dan menggoyang-goyangkan gelasnya saja. "Hmm, apa karena putus cinta jadi galau ya?" sahut Vira. Ressa mengernyitkan dahi, rupanya berita putusnya dia dengan Nando secepat itu sampai di telinga teman satu divisinya. "Nggak usah kaget kali Res, kita seneng malah. Harusnya kau tahu kalau Nando itu hanya pria benalu dan nggak jelas jadi tidak perlu dipertahankan," ucap Yuda lagi. "Yaps betul. Kalau dari dulu kamu dengerin kita pasti nggak perlu lama-lama nungguin diputusin dulu baru kamu sadar," Vira menyambar saja ucapan Yuda. "Iya sih. Kalian bener. Cuma kesel karena kenapa bukan aku yang bilang putus tapi keduluan si b******k itu!" Jawaban Ressa sontak mengundang gelak tawa Vira dan Yuda. Ressa berpisah dari teman-temannya. Mereka pulang terlebih dulu karena harus mengantar Monika dan Kevin yang sudah oleng sejak tadi. Belum juga Ressa keluar dari pintu utama club selesai dari toilet gadis itu dihadang oleh 2 orang pria yang berniat menggodanya. Bukan melawan Ressa malah menantang untuk adu fisik keduanya yang justru dibalas gelak tawa menghina dari kedua pria yang menggodanya. Salah satu diantara mereka memegangi lengan kanan Ressa dan yang satu lagi berniat merangkul gadis itu untuk dibawa masuk kembali ke toilet. Namun sigap, Ressa menampik lengan pria yang memeganginya lalu melayangkan tendangan tepat mengenai kedua pria itu. Saat akan berbalik Ressa kembali melayangkan tinju dengan sangat kuat yang berhasil membuat lawannya terkapar. Namun anehnya yang terkena tinju bukan lagi dua pria tadi karena ternyata mereka sudah lari dari toilet tapi kini seorang pria sedang meringis memegangi sebelah bibirnya yang berdarah. "Kau siapa?" tanya Ressa heran. "Aku orang yang kau tinju barusan," jawab pria itu masih dengan mimik yang meringis. "Iya tapi aku tidak bermaksud--" ucapan Ressa terjeda. "Kau ingin memukul kedua pria tadi kan, tapi kau salah sasaran!" Jawab si pria semakin ketus. "Heii!! Kau marah padaku?! Baiklah sini kuobati bekas lukamu!" Ucap Ressa tak kalah ketus. Bermaksud bertanggung jawab pada korban salah sasarannya, ia malah ikut bernada sewot. Saat tangan Ressa hendak menyentuh luka si pria, segera ditampik dan Ressa merasa makin jengkel. Sepertinya niat baiknya tidak ditanggapi baik oleh pria itu. "Ahh! Jangan menyentuhnya, sakit lagi nanti!" Si pria akhirnya meninggalkan Ressa yang masih merasa dongkol. Pria itu hilang dibalik kerumunan orang yang sedang melantai dan Ressa bergegas pulang. Gadis itu masih saja menggerutu karena harus bertemu pria menyebalkan yang membuatnya makin kesal saat suasana hatinya juga sedang tidak baik. Namun setidaknya dia selamat, sesuai titah sang Daddy untuknya selalu menjaga diri. **** Minggu pagi yang cerah. Efek pesta semalam membuat Ressa terbangun lebih siang dari biasanya. Mengumpulkan kesadaran yang disambut dengan keadaan apartemen yang berantakan. Ressa segera bangkit dan merenggangkan sebagian ototnya supaya lekas bangun. Gadis cantik bermata hazel itu langsung merapikan beberapa bagian ruangan yang tak sengaja terlupakan karena kesibukan beberapa hari ini. Saat Ressa hendak mandi tiba-tiba terdengar bunyi perutnya menandakan minta di isi. Ressa bergegas mandi, selesai bersiap dan menyambar kunci mobilnya untuk makan diluar. Anggap saja selfhealing untuk seorang jomblo, hehe. Restoran cepat saji yang tak jauh dari gedung apartemen menjadi sasaran Ressa kali ini. Bukan hanya karena dekat, tapi juga suasana restoran bersebelahan dengan taman kota membuat mata Ressa terhibur dan aroma pepohonan menambah kesejukan di tempat itu. Antrian lumayan panjang harus ia tempuh namun Ressa masih sabar. Sampai saat gadis itu membawa pesanannya, ia tak menemukan meja yang kosong. Gadis itu sempat berdecak sebal sebelum dirinya disenggol seorang pria yang hampir menumpahkan isi nampannya. "Hei! Hati-hati kalau jalan!" sungut Ressa. Si pria berbalik hendak meminta maaf namun urung saat dilihat siapa yang disenggolnya. "Kau? Gadis barbar kemarin?" sahut pria itu. Suara keduanya yang menggema sempat membuat beberapa orang di sekitar mereka menoleh. Ressa bergegas mendorong si pria dengan sebelah lengannya untuk duduk dan Ressa mengikuti pria itu dan mereka duduk satu meja. "Kenapa ikut duduk disini?" tanya si pria. "Gak boleh?! Berbagi meja kenapa, semua sudah penuh," jawab Ressa seadanya. Pria itu hanya berdecak lalu melanjutkan makannya. Niat semula yang hanya ingin mengambil snack tambahan malah mempertemukan mereka berdua kembali. "Hmm, maaf soal kemarin. Aku benar tidak sengaja," tiba-tiba Ressa berucap baik. Pria di depannya masih diam. Setelah itu menoleh kearah Ressa yang sedang mengunyah burgernya. Ressa bingung karena pria itu hanya memandang sebentar lalu berpaling kembali pada makanannya. "Aku bicara denganmu, pak, mas, kak, om, siapalah namamu--" sahutan Ressa mendadak di sela oleh pria yang sejak tadi hanya diam. "Evrand, itu namaku. Dan ya, aku tahu kau tidak sengaja. Tapi jujur pukulanmu lumayan juga," ucap Evrand masih dengan snack di tangannya. Ressa mengernyit mendengar jawaban Evrand. Kemudian ia menyodorkan tangannya yang di lap asal untuk berjabat tangan," Aku Ressa," namun tangan Ressa tak bersambut membuat gadis itu kembali kesal pada si pria jutek seperti Evrand. "Tanganku kotor. Aku duluan," lalu pria itu beranjak keluar membiarkan Ressa yang masih berkutat dengan nampannya. Ressa memandangi Evrand sampai pria itu hilang dibalik pintu utama restoran. Baiklah, cukup dua hari ini ia bertemu si pria menyebalkan seperti Evrand.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN