Tidak ada jawaban dari Indra, dia langsung bicara dengan Ana, dan tidak mempedulikan Angel dan Indah yang berada di sana juga. Seakan-akan kedua orang itu tidak terlihat bagi Indra.
"Mau pulang atau kemana?" tanya Indra.
"Kita jalan-jalan dulu ya mas," ajak Ana.
"Kemana?" tanya Indra.
"Ke Mall," jawab Ana.
"Iya." Jawab Indra pelan.
"Ayo berangkat!" ajak Ana.
Mereka berempat akhirnya beranjak. Karna tempat parkir Indra dan Angel berbeda, jadi mereka berpisah untuk mengambil motor masing-masing.
"mas Indra selalu begitu ya," ujar Indah.
"maksud kamu?" tanya Angel.
"ya ... Sikapnya itu," ujar Indah.
"Oh ... Mas Indra memang seperti itu, cuman kalau sama Ana berbeda," ujar Angel.
"Berbeda bagaimana maksudnya?" tanya Indah.
"Ya, kamu lihat saja sendiri. Bagaimana sikap mas Indra ke Ana, dan sikap mas Indra ke anak lain," ujar Angel.
Akhirnya Angel, dan Indah bertemu dengan Indra dan Ana di depan gerbang kampus.
"Ayo!" ujar Angel.
Indra dan Ana berangkat lebih dulu, sedangkan Angel dan Indah mengikuti mereka dari belakang.
"Memangnya kita akan kemana?" tanya Indah.
"Entahlah. Kita ikuti saja mereka," ujar Angel.
Tidak lama perjalanan akhirnya mereka sampai di mall. Setelah motor terparkir, mereka berempat masuk ke dalam mall.
"Oh ya, katanya mas Rizal mau menyusul," ujar Ana.
"Oh .... " Gumam Angel.
Mereka berempat berjalan ke foodcourt. Seperti biasanya, Ana dan Angel membeli makan untuk mereka berempat.
"mas Rizal dimana?" tanya Angel.
"Masih bimbingan," jawab Ana.
"Oh .... "
Beberapa saat kemudian Ana dan Angel kembali ke tempat Indra dan Indah menunggu. Sembari menunggu makanan datang, mereka berempat makan camilan, dan sibuk dengan ponselnya masing-masing.
Selang beberapa saat, Rizal pun datang, dan menghampiri mereka.
"ada apa mas?" tanya Ana langsung.
Angel langsung mengernyit heran, dia tidak mengerti mengapa Ana bertanya seperti itu pada Rizal yang padahal baru sampai.
"Memangnya ada apa, An?" tanya Angel.
"Ini nih, mas Rizal tadi mengirim pesan padaku, katanya ada yang ingin dibicarakan," ujar Ana.
"Hah? Memangnya apa yang mau dibicarakan mas?" tanya Angel pada Rizal.
"Dimana Hugo?" tanya mas Rizal.
"Mungkin dirumah," jawab Angel.
Akhirnya Rizal membahas masalah UKM dengan keempat orang yang berada di situ. Angel yang merasa muak dengan pembahasannya pun hanya mendengarkan dengan telinga kanan lalu keluar dari telinga sebelah kiri.
"Menurutmu, apa Angel bisa menjadi ketua?" tanya Rizal pada Ana.
"Bisa." Jawab Ana.
"Enggak," jawab Angel.
"kenapa?" tanya Rizal pada Angel.
"Aku tidak ingin menjadi ketua karna pasti merepotkan," jelas Angel.
"jika kamu menjadi ketua, maka kami akan membantumu," ujar Rizal.
"Tidak mau," Tolak Angel.
Ketika sedang berbicara, makanan mereka pun datang, karna piring dan sendoknya kurang jadi Ana berjalan ke stan makanannya untuk meminta tambahan sendok dan piring.
"Bagaimana, Ngel?" tanya Rizal.
"Tidak mau mas!" tolak Angel.
"kamu kan enak kalau jadi Ketua," ujar Rizal.
"Kenapa aku? Itu ada mas Indra," ujar Angel.
"Ya, Indra pilihan pertamanya, dan kamu pilihan keduanya," ujar Rizal.
"tetap saja aku tidak mau," ujar Angel.
Tidak lama Ana kembali dengan membawa piring dan juga sendok.
"Nih," ujar Ana.
Akhirnya mereka berlima menikmati makan siangnya sembari bicara masalah UKM.
Selesai makan, mereka beranjak. Namun, tetap saja yang di bicarakan oleh Rizal dan Ana adalah masalah UKM. Hingga Angel dan Indah memisahkan diri dan jalan lebih dulu.
Mereka berlima akhirnya jalan ke arah area permainan. Kemudian Angel, Indah dan Rizal menemani Indra dan Ana yang bermain di area permainan.
"Bagaimana, ngel?" tanya Rizal lagi.
"Bagaimana apanya mas?" tanya Angel yang pura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan Rizal.
"Apa kamu siap maju jadi ketua?" tanya Rizal.
"Tidak! Dan aku juga tidak mau," ujar Angel.
"Kenapa? Kan ada aku, Indra, dan Ana yang akan membantu," ujar Rizal.
"Aku tidak ingin menjadi ketua karna ribet, mas. Kamu tahu sendiri kan bagaimana ribetnya jadi ketua, dan aku tidak mau," jelas Angel.
Rizal masih tetap bertanya pada Angel, apa dia mau menjadi ketua di UKM, namun jawaban Angel tetap sama.
Satu jam berlalu.
Ana dan Indra akhirnya selesai bermain. karna hari mulai sore, dan Ana tidak boleh pulang telat, jadi dia mengajak pulang.
Kelima orang itu akhirnya turun ke bawah untuk ke parkiran motor. Setelah mengambil motor masing-masing, akhirnya mereka berlima berpisah. Angel, dan Indah pulang dengan mengikuti Indra dan Ana. Sedangkan Rizal lewat jalan lain karna arah rumahnya berbeda dengan Ana dan Angel.
Dalam perjalanan pulang, Angel dan Indah terpisah dari Indra dan Ana, jadi mereka berdua lewat jalan lain. Selama perjalanan, Indah dan Angel banyak bertukar cerita.
"Ngel," panggil Indah.
"Hah?!" jawab Angel.
"Memangnya Mas Rizal kenapa meminta kamu jadi ketua?" tanyanya.
"aku juga tidak tahu. Tapi yang pasti dia tidak ingin jika orang di luar pengawasannya yang menjadi ketua," jawab Angel.
"Memangnya kenapa?" tanya Indah.
"aku juga tidak tahu," jawab Angel.
"mungkin dia khawatir jika orang yang menjadi ketua selanjutnya bukan orang yang bisa mengatur," ujar Indah.
"mungkin," ujar Angel.
Karna banyak bicara, tanpa terasa mereka hampir sampai di rumah Angel. Namun, ketika melewati rumah Ana, mereka melihat Indra yang masih berada di depan rumah temannya itu.
"Tuh lihat, mas Indra masih di rumah Ana," ujar Angel.
"mana?" tanya Indah.
"Tuh." Ujar Angel.
Namun, karna Indah memiliki masalah dengan penglihatannya, jadi dia tidak bisa melihat dari jarak jauh. Dia tidak melihat jelas keberadaan Indra hingga mereka belok.
"tidak kelihatan," ujar Indah.
"Ya sudah." Ujar Angel.
Akhirnya mereka sampai di rumah Angel. Setelah itu Indah langsung pamit pulang karna hari semakin sore.
Setelah Indah pergi, Angel pun masuk ke dalam rumahnya, lalu dia mandi.
Drrttt~
Ada satu pesan masuk.
Lima menit kemudian Angel keluar dari kamar mandi. Setelah berganti pakaian, Angel mengecek ponselnya.
‘Aku akan datang ke rumah kamu setelah petang'
Ketika mendapat pesan seperti itu, Angel langsung membalas pesannya, kemudian sembari menunggu waktu, Angel bermain ponsel. Namun, ketika petang tiba, Angel tanpa sengaja tertidur karna merasa bosan.
Drrttt~ Drrttt~ Drrttt~
Angel lupa merubah nada deringnya, tanpa terasa ponselnya bergetar, namun dia tidak bangun, karna dia tengah berada di alam mimpinya.
Tiga jam kemudian.
Akhirnya Angel terbangun dari tidurnya, dengan setengah sadar dia melihat ponselnya, dan ada lima panggilan tak terjawab.
“Astaga! Aku lupa jika Hugo akan kesini,” Gumam Angel langsung membelalak matanya.
Langsung saja Angel beranjak dari kasurnya, kemudian dia keluar dari kamar. Ketika di lihat ternyata Hugo tidak ada di luar. Angel langsung menghubungi Hugo, namun kekasihnya itu tidak mengangkat panggilan telepon Angel.
“Astaga. Bagaimana ini? Dia pasti tadi menunggu lama,” kata Angel.
Angel merasa bingung, dia langsung mengirim pesan pada Hugo.
‘Go, maaf. Aku tadi ketiduran. Maaf ya'
Pesan terkirim, namun Hugo belum membalas. Angel merasa bingung dan khawatir.
“Bagaimana ini?” gumam Angel.
Angel merasa bersalah, namun dia tidak bisa mengulang waktu. Dia akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian.
Selesai mandi, Angel langsung mengecek ponselnya. Namun, tidak ada balasan dari Hugo.
“Bagaimana ini?” gumam Angel sekali lagi.
Angel mencoba mengirim pesan, dan menghubungi kekasihnya itu.
‘Go, Maaf. Aku tidak sengaja tertidur'
‘Maaf, Go'
Dua pesan terkirim, namun Hugo belum juga membalas pesan Angel. Akhirnya Angel meletakkan ponselnya, kemudian dia mengerjakan tugasnya.
Dengan perasaan yang tidak tenang, Angel memikirkan tadi ketika Hugo menunggunya di luar kostnya, akhirnya dia tidak fokus pada tugasnya.
“Hah ... Bagaimana ini? Dia belum membalas pesanku juga,” gumam Angel gelisah melihat ponselnya.
Tigapuluh menit kemudian.
Drrttt~
Angel langsung menyahut ponselnya, dan ada satu pesan masuk. Ketika dilihat ternyata bukan dari Hugo melainkan dari Indah
‘Tugas untuk besok sudah apa belum?’
‘sedang aku kerjakan' balas Angel.
Pikiran Angel sedang kacau, apalagi Hugo belum membalas pesannya.
Satu setengah jam kemudian.
Ada satu pesan masuk lagi, dan ketika dilihat ternyata dari Hugo.
‘Iya, tidak apa' balasnya.
Walaupun Hugo membalas seperti itu, tapi Angel masih merasa tidak tenang. Dia akhirnya menghubungi Hugo.
“Ya, halo,” ujar Hugo.
“Maaf ya,” kata Angel.
“Iya, tidak apa.” Ujar Hugo.
“Apa kamu tadi lama menunggu di luar?” tanya Angel.
“Tidak juga,” jawabnya.
“Sekali lagi maaf ya,” kata Angel.
“Iya.” Ujar Hugo.
Sejenak Angel dan Hugo sama-sama diam, dan terasa canggung.
“Ehm ... Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Angel basa basi.
“Sedang di kamar, hanya tiduran,” jawab Hugo.
Angel kembali diam, dia bingung harus bicara apa lagi.
“apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Hugo.
“Sedang mengerjakan tugas,” jawab Angel.
“Kalau begitu selesaikan saja dulu tugasmu baru nanti kita bicara lagi,” ujar Hugo.
“Baiklah,” ujar Angel.
Akhirnya pembicaraan Angel dan Hugo pun berakhir, lalu Angel melanjutkan lagi mengerjakan tugasnya.
Satu jam berlalu.
Pukul 22.00
Angel menghubungi Hugo, dia ingin bicara dengan Hugo sebelum tidur.
*Hugo* memanggil....
“Halo,” jawab Hugo.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya langsung Angel.
“Aku sedang main game,” jawabnya.
“Apa aku mengganggu?” tanya Angel.
“Tidak,” jawabnya.
“Apa kamu yakin?” tanya Angel memastikan.
“Iya.” Jawab Hugo.
“Oke.” Ujar Angel.
Beberapa saat Angel dan Hugo berbicara, walaupun tidak berlangsung lama karna Angel merasa mengantuk.
“Tidurlah,” ujar Hugo.
“Tapi jangan dimatikan,” pinta Angel.
“Iya,” ujar Hugo.
“Nyanyikan lagu,” pinta Angel.
“lagu apa?” tanya Hugo.
“Lagu yang biasanya,” ujar Angel pelan.
Hugo mulai menyanyikan sebuah lagu untuk Angel supaya dia cepat tertidur. Beberapa menit kemudian Angel tidak bersuara lagi, Hugo hanya mendengar suara nafas Angel saja. Akhirnya dia mematikan panggilan teleponnya.