21.

1712 Kata
Arkan menghempaskan Keysa dengan kasar ketika sampai di rumah. Arkan mendorong Keysa sampai terjatuh dan menyebabkan tubuh Keysa terbanting keras pada lantai yang keras. Hal itu juga mengakibatkan barang belanjaan yang dibawanya ikut serta terterjatuh berhamburan di lantai. "Kemana saja kamu pagi ini, aku bangun dan kamu tidak ada di rumah! Apa kamu tahu karena hal itu aku kesetanan hampir gila mencarimu? Keseluruh penjuru rumah, ke taman dan bahkan akupun sempat meneleponmu dan kamu pun tidak menjawabnya." Arkan berdecak geram sambil menatap nyalang Keysa dengan marah. "Dan saat instingku membawaku ke supermarket, ternyata kamu ada disana, asik berduaan dengan selingkuhanmu!" Arkan dengan dinginnya menatap penuh kemurkaan terhadap Keysa. Keysa hanya mampu meringis kesakitan kala bagian tubuhnya yang terbentur lantai terasa ngilu dan juga bagian hatinya ikut merasa nyeri mendengar tuduhan yang Arkan layangkan barusan kepadanya. "Aku tidak selingkuh ..." cicit Keysa dengan tatapan berkaca-kaca membela diri. Arkan menyeringai mendekati Keysa seraya membungkuk dan meraih dagunya lalu mencengkeramnya dengan keras. "Apa kamu bilang?!!" Arkan geramnya menggertakkan giginya memperingati Keysa. "Tidak selingkuh, tapi kamu berbicara akrab bahkan membiarkan tangan b******n itu menyentuh pergelangan tanganmu!!" bentak Arkan dengan murkanya dalam kuasa amarah marah. Menyebabkan Keysa membuang tatapannya tak berani menatap Arkan. Suaminya itu menatapnya tajam sampai terasa menusuk dalam dan begitu ngilunya di uluhati. Arkan berdiri tegak lalu tanpa peringatan menyentaknya dengan paksa serta kerasnya agar Keysa berdiri. Lantas menyeret Keysa agar mengikutinya menuju kamar mandi. Sampai disana, Arkan hendak mencuci tangan Keysa yang tadinya sempat Hadi genggam saat di supermarket, namun Arkan tak jadi dan mengurungkan niatnya. Ternyata sebuah memar yang Arkan temukan di pergelangan tangan Keysa berhasil menghentikan aksinya. Arkan terdiam sejenak dan pikirannya bersiteru, kemudian melepaskan tangan Keysa begitu saja. Detik berikutnya Arkab tanpa sepatah katapun berlalu dari sana, meninggalkan Keysa sendirian yang kebingungan terhadapnya dan kini larut dalam pikirannya sendiri. Tidak lama selepas perginya Arkan, tidak dapat ditahan lagi setetes air mata Keysa tumpah disusul tetesan lainnya. Katakanlah Keysa cengeng, tapi Keysa tak peduli lagi, sebab yang Keysa pedulikan saat ini hanyalah ingin menumpahkan rasa sesak dalam hatinya lewat air matanya. Sampai selang beberapa saat kemudian baruah Keysa berhenti menangis setelah merasa puas. Keysa menghapus air matanya lantas mencuci wajah agar terasa lebih baik dan tidak terasa sembab. Selesai dengan hal itu Keysa menghela nafas lalu keluar kamar mandi lantas menuju ruang tengah. Dengan segera memunguti barang belanjaannya yang terlihat berantakan. Satu-persatu barang Keysa pungut lalu dibereskannya dan menaruhnya pada wadah baru yang lebih baik ketimbang plastik tempat belanjaannya tadi yang kini telah rusak. Sampai pada satu barang terakhir, hampir saja Keysa berhasil meraihnya kalau saja Arkan tidak lebih dulu mengambilnya. Melihat hal itu Keysa hanya mengerut heran tanpa berani bertanya. Bahkan ketika Arkan mengambil ahli barang belanjaan yang telah Keysa pungut serta bereskan. "Kenapa belum mengobati luka memar dipergelanganmu, apakah kamu menunggu aku yang yang melakukannya, hahh!!" Arkan dengan dinginnya, tapi anehnya malah membantu Keysa membawakan barang belanjaan tersebut dan menaruhnya di dapur. Keysa yang mengikuti Arkan dari belakang hanya berani menggeleng tanpa sepatah kata pun. "Ayo, aku akan mengobati lukamu." Arkan mengiring Keysa kembali ke ruang tengah setelah meletakkan barang belanjaan pada tempat yang seharusnya. Setelahnya Arkan menarik Keysa agar duduk di sofa dan Arkan beranjak sejenak untuk mengambil kotak obat. Tak lama kemudian Arkan pun kembali ke tempat Keysa berada dan duduk disampingnya. "Ulurkan tanganmu!" perintah Arkan dengan datarnya dan langsung Keysa turuti tanpa ada bantahan. Arkan meraih tangan Keysa, lantas mengobati pergelangan tangan Keysa yang memar dengan telaten. "Aaarrggh ..." ringis Keysa merasa perih membuat Arkan dengan sigap meniup lukanya. Kemudian tanpa Arkan ketahui, hal itu diam-diam telah membuat Keysa terkesima serta terkagum memandangnya. Keysa bahkan begitu intens tak ingin berpaling. Perhatian Arkan yang begini mengobati pergelangan tangannya, menyentuh hati Keysa. Lalu siapa sangka ternyata hal itu juga ikut membuat hati Keysa yang terasa sesak terluka oleh kelakuan buruk Arkan beberapa saat lalu kini ikut pulih sambil perlahan membaik karenanya. "Apakah masih perih?" tanya Arkan perhatian dengan raut wajah cemas yang tidak bisa disembunyikannya. "Tidak dan rasanya sudah membaik, tapi aku mohon jangan memastikannya dengan cara menekan lukanya karena itu terasa sangat menyakitkan." Keysa masih dalam kegiatannya asik mengamati Arkan sedekat ini dan hampir saja tidak berkedip. Arkan tersenyum lebih tepatnya hampir tersenyum dengan dua sudut bibirnya yang dianggat keatas hampir membentuk senyuman, namun siapa percaya bahwa hal itu telah menyebabkan jantung Keysa berdebar kencang saat ini. "Suara degup jantungmu tidak beraturan dan terdengar cukup keras, apa kamu baik-baik saja?" tanya Arkan dengan nada khawatir menyebabkan Keysa tersentak dan seketika memalingkan wajahnya memerah malu. "Eemm-anu bukan-bukan, maksudku aku baik-baik saja. Mungkin jantung berdebar keras akibat eemm-obat yang dioleskan. Ya, itulah maksudku," jawab Keysa dengan tergagap mengelabuhi Arkan. Jangan sampai Arkan tahu jika degub jantung itu untuknya, sebab Keysa sepertinya kembali jatuh cinta kepadanya. Jika Arkan tahu pastinya dia akan besar kepala lalu kembali mengejek Keysa atau bagian terburuknya malah meninggalkan Keysa. "Jadi kejadian beberapa tahun lalu saat aku mengobati lukamu juga ternyata karena efek obat," terka Arkan memastikan kejadian masa lalu mereka dimana kejadian yang serupa dengan yang sekarang. Arkan mengobati lukanya dan Keysa berdebar kencang. Kebenarannya bukan karena efek obat melainkan efek Arkan yang begitu dekat serta menipis jaraklah yang membuat jantung Keysa berdegup Kencang. "Begitulah." Keysa mengangguk menyetujui menyebabkan seulas senyuman di wajah Arkan yang tadinya hanya hampir jadi, kini benar-benar terjadi. Pria itu sungguh tersenyum pada Keysa dengan manisnya. "Tapi selain jantungmu yang berdegup kencang ketika aku obati, dulu bibirmu ini juga banyak mengeluarkan kicauan nyaring!" ejek Arkan membuat Keysa kembali tersenyum malu-malu, tapi Keysa tidaklah merasa kesal pada ejekan itu. Manusia mana yang mau diejek, akan tetapi kalau sebuah ejekan itu membuat seseorang yang istimewa tampak bahagia, apa salahnya? Dan Keysa pun takkan keberatan Arkan ejek terus-terusan sebenarnya, asal setelahnya ia mendapatkan seulas senyuman yang tampaknya makin menyebabkan degup jantung Keysa makin memompa keras, kenapa tidak? Flashback "Huhuhh ... lihatlah tanganku terluka mengeluarkan darah dan aku takut sekali melihatnya." Keysa dengan manjanya merengek begitu bertemu kekasihnya. Arkan yang melihatnya hanya terkekeh lantas memeriksa tangan Keysa dan anehnya setelah melihat keadaan lukanya, Arkan seketika menghentikan kekehannya dan raut wajahnya tiba-tiba betubah jadi cemas. "Apakah ini sakit?" tanya Arkan dengan nada khawatir. "Tidak sesakit membayangkanmu pergi menjauhiku," jawab Keysa serius, tapi dalam nada bercanda membuat Arkan memberinya tatapan tajam. "Aku serius, Sayang!" Arkan menghela nafasnya masih dengan raut cemas menanti jawaban Keysa yang tidak langsung menjawab dan kini tampak berpikir dahulu kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak terlalu sakit, tap-tapiii aku takut!" "Takut kenapa?" "Lihatlah lukanya ..." tunjuk Keysa membuat Arkan sedikit meringis ngeri. "Lukanya panjang sekali dan ada banyak darahnya, apakah ini bisa menyebabkan infeksi?" "Ya, tentu saja jika tidak segera diobati." "Kalau begitu, yasudah. Aku akan mengobatinya sekarang." Keysa akan pergi, namun Arkan menahan pergelangan tangannya. "Biarkan aku saja yang mengobatinya." Arkan pun bembawa Keysa menuju rumahnya dan sesampainya disana Arkan langsung mengobati luka Keysa dengan telaten, sambil diiringi oleh kicauan Keysa yang terdengar nyaring tak ada hentinya berbicara. "Kamu tahu aku mendapatkan luka ini saat akan menemuimu tadi. Aku terpeleset dan tanpa sengaja tanganku mengenai pecahan kaca yang tergeletak disana. Awalnya tidak terasa, tapi pas aku menyingkirkan pecahan kacanya, darahnya mulai keluar banyak dan juga mulai terasa ngilu juga perih ..." adu Keysa membuat Arkan semakin merasakan sakitnya Keysa. "Tapi udah diobati gini, lukanya nggak akan infeksi dan nggak akan sampai membuat tanganku sampai diamputasikan?" lirih Keysa dengan ngeri takut yang dihawatirkannya terjadi. Sebenarnya luka Keysa tidaklah parah, hanya geresan yang membentuk sayatan panjang namun tidaklah dalam. Arkan pernah mendapatkan luka begitu dan ia hanya merasa biasa saja, tapi ketika Keysa yang mendapat luka begitu, anehnya Arkan malah merasakan sakit sekali padahal tidak kenapa-napa. Sedang Keysa memang bukanlah pertama kalinya ia terluka, tapi untuk luka yang menyayat memanjang seperti ini barulah pertama kalinya dialaminya. "Iya, sayang." Arkan menenangkan Keysa dengan mengelus kepalanya. "Kalau sudah diobati lukanya akan sembuh dan tak akan infeksi sehingga perlu diamputasi," sambung Arkan mendekat sampai membuatnya bisa merasakan jantung Keysa yang ternyata tengah berdegup kencang. Keysa tersentak kaget namun membiarkannya begitu saja Membiarkan dirinya begitu dekat dengan Arkan sambil menikmati irama jantungnya sendiri. "Tapi kamu jangan bercandalah, kalau benang-benang fibrin gagal terbentuk, sel darah merah juga plasma tidak terjaring maka tidak akan bisa membentuk gumpalan yang menutupi luka. Kemudian ..." Keysa menjeda kalimatnya lantas menggeleng membuat Arkan heran. "Lukaku tidak jadi sembuh dan malah akan banyak darahnya sampai infeksi dan menyebabkan harus diamputasi, tidak-tidak!! Aku tidak mau tanganku diamputasi, bagaimana ini?" tanya Keysa khawatir dengan polosnya membuat Arkan tak bisa menahan tawanya. "Kamu ini lucu sekali, bagaimana kamu bisa berpikiran begitu?" tanya Arkan masih dalam gelak tawanya membuat Keysa sebal dan dengan refleks memukul d**a bidang Arkan. "Aku serius, kemarin pas di kelas mata pelajaran biologi katanya begitu. Kalau benang fibrin gagal melakukan tugasnya maka luka tidak akan sembuh dan kalau luka tidak sembuh apa lagi yang terjadi kalau bukan lukanya makin parah dan membusuk ..." Keysa meyakinkan Arkan dengan nada serius. "Sudah selesai," beritahu Arkan terdengar ambigu diitelinga Keysa. "Apa?" tanya Keysa bingung. "Lukamu telah selesai aku obati. Nah dari hal itu kamu nggak perlu khawatir lagi, sebab aku jamin pasti akan sembuh." Arkan kembali meyakinkan gadisnya yang tampak polos sekaligus lucu sekali. "Beneran, lukaku akan sembuh dan gak akan infeksi?" tanya Keysa kembali belum yakin terhadap perkataan Arkan yang sebelumnya. "Tentu saja, sayang. Iya!!" Arkan gemas mengacak rambut Keysa, namun empunya tak mempedulikan hal itu, sebab sepertinya masih khawatir pada kondisi tangannya yang telah diperban luka. "Tapi aku masih tidak yakin, bagaimana ini ..." Keysa dengan raut tanpa dosa membuat Arkan berpikir keras. Sialnya Arkan bukan anak IPA seperti Keysa dan pembahasan mengenai luka ia tak cukup mengetahuinya. Akan tetapi Arkan tak menyerah memikirkan solusinya agar Keysa berhenti mencemaskan lukanya itu. "Hm, gimana kalau kita ke dokter," tawar Arkan yang membuat Keysa segera menggeleng. "Jangan nanti mami tahu aku terluka dan aku pastinya akan diomeli." Lantas Arkan pun mencari solusi lain, dia pun mengeluarkan telepon genggamnya lalu membuka situs google dan mencari solusinya disana. "Hm, gimana kalau kamu makan banyak vitamin K, supaya lukamu cepat sembuh," saran Arkan membuat Keysa mengerut. "Aha! Iya. Aku ingat sekarang, kenapa sampai aku lupa, ya ... kemarin pas belajar katanya juga gitu biar lukanya cepat sembuh." Bla-bla dan bla Keysa melanjutkan ucapannya banyak sekali celotehan yang keluar dari mulutnya dan Arkan hanya pasrah juga menjadi pendengar yang baik selanjutnya. Flashback Off *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN