Keysa benar-benar tak habis pikir dengan isi otak dan juga kelakuan Arkan, pria yang merupakan mantan kekasih dan sekarang menjadi suaminya itu.
Bagaimana bisa, Arkan yang biasanya mengancam Keysa dengan menggunakan Syaniah kini berubah jadi senang sekali mengejek Keysa?
Cuma gara-gara insiden dimobil saat pulang dari acara pernikahan, bagian Keysa yang menciumnya cepat tanpa aba-aba lalu Arkan mempermasalahkannya. Padahal Keysa yang masih malu mengingat kejadian itu pun tahu bahwa Arkan menyukai hal itu.
Demi egonya yang tingginya menjutai langit Arkan menampik kebenarannya dan berbalik menuduh Keysa yang menikmati juga menyukainya.
Sudah lewat seminggu berlalu bahkan telapak kaki Keysa pun benar-benar telah sembuh, akan tetapi pria itu masih senang sekali melakukannya, menuduh serta merta mengejek Keysa tanpa bosan.
"Kenapa melihatku begitu?" tanya Arkan menggoda menyeringai ke arah Keysa.
Jangan salahkan Keysa yang memandangnya aneh, sebab wajar saja ia menatap Arkan aneh. Arkan biasanya suka menghabiskan waktu liburnya diruang kerja. Sekedar beranjak mengambil kopinya yang agak jauh dari jangkauannya, Akan lebih memilih meneriaki Keysa agar mengambilkannya untuknya ketimbang berdiri dari tempat duduk kebesarannya itu. Lalu sekarang berada Arkan di dapur berada disana sebelum Keysa masuk dapur, jadi siapa yang tak heran coba?
"Apa kamu sedang mengagumi ketampananku ataukah sedang memikirkan hal erotis di kepala mungilmu itu?" lanjut Arkan masih dalam raut wajah yang sama sambil mengerling nakal.
Keysa hanya menghela nafas lalu tanpa melirik kebelakang lagi, ia berjalan menyiapkan bahan-bahan serta perlengkapan memasak.
Keysa yakin, pertanyaan Arkan hanyalah pancingan yang mengarah agar mereka kembali membahas masalah Keysa yang menciumnya itu, agar kemudian Arkan bisa mengejeknya kembali. Maka dari hal itu mengabaikan dan tidak akan mau menanggapi Arkan.
Keysa memilih melakukan kesibukan sendiri, seperti membersihkan lalu memotong sayuran dan mencoba menikmati kegiatannya, acuh, seolah tak mendengarkan perkataan Arkan barusan.
Namun, pipi Keysa yang merona merah tak luput dari perhatiannya, membuat Arkan tahu dibalik keacuhannya ada kepedulian yang membuat Keysa tak memungkiri bahwa perkataan Arkan berhasil mempengaruhinya.
"Jangan menaruh brokoli pada masakanmu aku tak suka." Arkan mengubah topik pembicaraannya ketika melihat Keysa yang awalnya memotong wortel lalu hendak beralih memotong brokoli. "Ganti saja dengan kembang kol, itu lebih baik dan aku menyukainya," sambung Arkan mendikte Keysa.
Membuat Keysa mengerut heran dan berbalik menatap Arkan. "Apa bedanya kembang kol dan brokoli, bentuknya mirip dan rasanya tidak jauh beda!" protes Keysa.
Arkan bukannya langsung menjawab malah berdiri menghampiri Keysa lantas meraih kembang kol dan brokolinya.
"Apa kamu bodoh, tidak melihat warnanya jelas-jelas berbeda? Lihatlah kembang kol berwarna putih, sedangkan brokoli berwarna hijau." Arkan memberitahu Keysa seolah sedang memberitahu anak TK.
"Paham?"
Keysa menganggukkan kepala dengan terpaksa, sebab tak ingin berdebat lebih lama lagi.
"Hm, apakah kamu tidak punya pekerjaan sehingga luang sekali memperhatikanku terus?" Cibir Keysa menyebabkan Arkan gelagapan dan mengusap tengkuknya.
Hal itu tak berlangsung lama kerena Arkan dengan segera dan secepatnya memperbaiki raut wajahnya kesemula.
"Tadi kamu juga terus memperhatikanku lalu sekarang kenapa aku tidak boleh meperhatikanmu?!!" sarkas Arkan dengan raut wajah datarnya.
Walau sudah berulang kali Arkan menggodanya, Keysa masih saja merona malu dan dengan menahan perasaannya Keysa menjawab pertanyaan Arkan.
"Apakah salahnya jika seorang isteri memperhatikan suaminya?" tanya Keysa malu-malu mengakui seraya tak mau kalah.
Bukannya langsung menjawab, Arkan malah terkekeh. Entah bagian mana dari kalimat Keysa yang membuatnya merasa geli.
"Kamu ini lucu sekali, tapi sudahlah. Lebih baik sekarang kamu selesaikan saja masakanmu dan aku akan mengecek pekerjaanku," ucap Arkan sebelum berlalu dari dapur membuat Keysa mengangkat bahunya acuh.
"Dia itu kenapa, sih?"
******
Hari-hari yang Keysa jalani bersama Arkan tidak ada istimewanya, biasa saja dan juga sedikit menyebalkan dengan kelakuan Arkan yang suka mengejeknya. Juga bagian Syaniah yang masih berada di rumah sakit yang belum sekalipun bisa Keysa jenguk akibat Arkan yang terus melarangnya.
Pagi ini setelah menyiapkan kebutuhan Arkan, Keysa berolahraga dengan berlari pagi disekitaran taman kompleks tak jauh dari rumahnya. Selesai dengan hal itu Keysa mampir sekalian ke supermarket untuk membeli beberapa keperluannya. Pada saat itu keysa hendak mengambil barang yang hendak ia beli, tapi karena lokasinya berada di rak atas membuat Keysa kesusahan.
Hari yang masih pagi menyebabkan keadaan supermarket yang sepi sehingga hanya tampak beberapa orang saja yang berbelanja disana. Ada kakek tua juga ibu yang tingginya bahkan lebih pendek dari Keysa, membuat Keysa menghela nafasnya kecewa. Tidak mungkinkan Keysa meminta bantuan pada dua orang tersebut untun membantunya meraih barang yang diinginkannya.
Lantas dengan berat hati Keysa pun meraih barang yang ia inginkan ke rak atas dengan cara berjinjit, namun sekian kali mencobanya bukannya berhasil malah membuat tangan Keysa merasa pegal. Tidak menyerah kembali Keysa pun kembali mencobanya dan kali ini Keysa berhasil mendapatkannya, tapi bukan ia yang meraihnya melainkan seseorang dibelakangnya yang belum Keysa lihat wajahnya.
"Terima kasih," ucap Keysa tulus sambil berbalik untuk melihat penolongnya.
Alangkah kagetnya Keysa saat melihat penolongnya ternyata adalah Hadi, pria yang punya hubungan dimasa lalunya setelah Arkan dan ini merupakan pertemuan keduanya setelah mereka bertemu di pesta pernikahan seminggu lalu.
"Ngapain kamu disini?" Keysa masih dalam keterkejutannya.
"Sama dengan apa yang kamu lakukan saat ini Keysa. Aku juga berbelanja disini, memangnya tidak boleh?" Hadi terkekeh merasa pertanyaan Keysa cukup lucu menurutnya.
"Oh, yasudah. Kalau begitu aku duluan sebab belanjaanku sudah semua." Keysa tanpa menunggu jawaban segera beranjak menghidari Hadi.
Namun, baru dua langkah, Keysa berhenti akibat tangannya dicegat dan ditahan oleh Hadi yang tidak membiarkannya pergi begitu saja.
"Tunggu Keysa, aku ingin berbicara denganmu."
"Aku tidak punya waktu, ada yang menungguku dirumah." Keysa mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Hadi, namun itu tidaklah semudah dugaannya karena Hadi dtidak membiarkannya begitu saja.
"Aku mohon Key, tolonglah. Aku hanya ingin menyelesaikan masa lalu kita yang belum tuntas dan juga ingin menjelaskan alasanku dulu pergi dengan tiba-tiba meninggalkanmu begitu saja." Hadi bersikukuh memohon agar keinginannya tercapai, tapi Keysa masih sama dan terus menolaknya.
"Aku sudah bilangkan, aku tidak membutuhkan penjelasanmu lagi dan sekarang tolong lepaskan tanganmu!" Tegas Keysa dengan terus mencoba melepaskan pergelangan tangannya dari Hadi.
"Ok, aku minta maaf, Keysa. Maafkan aku yang sudah keterlaluan meninggalkanmu."
Keysa mengehela nafas mencoba sabar dan tidak marah menghadapi Hadi yang membuatnya jadi kesal.
"Jika yang Kak Hadi butuhkan adalah sebuah maaf, maka ketahuilah bahwa sejak Kakak pergi meninggalkanku tanpa alasan aku sudah berusaha memaafkanmu dan belajar untuk memahamimu yang mungkin punya alasan yang jelas mengapa kamu meninggalkanku."
"Kalau begitu dengarkan penjelasanku." Hadi tersenyum senang setelah mendengar pengakuan Keysa.
Keysa menggelengkan kepalanya. "Aku sudah mengatakannya bahwa aku tidak memerlukan penjelasan Kakak lagi."
"Baiklah aku tidak akan memaksamu mendengarkan penjelasanku lagi, tapi tolong jangan menghindariku," pinta hadi.
"Aku tidak bisa melakukan hal itu dan kumohon dengan amat memohon sekaran--"
"Lepaskan tangan kotormu dari isteriku!" Arkan tiba-tiba berada disana membuat Keysa kaget dan Hadi menatapnya bingung.
"Aku bilang, lepaskan!!" bentak Arkan dengan mengeram menahan amarahnya sambil dengan paksa melepaskan tangan Keysa yang digenggam erat oleh Hadi.
"Dia siapa, Keysa?" tanya Hadi masih diselimuti kebingungan sementara Arkan makin kepanasan dengan amarah tak sukanya melihat isterinya berduaan dengan lelaki asing yang tak dikenalinya.
"Aku Arkan suaminya, sudah?!! Ayo kita pergi Keysa!" Arkan dengan sinisnya meraih pinggang Keysa lalu menggandengnya mesra seraya memperlihatkan kepemilikikannya dihadapan Hadi.
Mungkin Arkan tak mengenali dan mengetahui siapa Hadi bagi Keysa, tapi instingnya sebagai seorang pria memperingatkannya bahwa Hadi merupakan ancaman baginya.
Namun, jangan berpikir Arkan secepatnya pergi ke kasir membayar belanjaan Keysa dan segera pulang, sebab nyatanya yang Arkan lakukan justru kebalikannya. Arkan yang masih geram dan diselimuti amarah malahan masih bertahan di dalam supermarket berbelanja lebih banyak lagi sambil pamer kemesraannya dengan Keysa dengan bermondar-mandir dihadapan Hadi.
Sesekali Arkan menangkap reaksi kesal disertai amarah disetiap Hadi menatap kearahnya juga Keysa, tapi Arkan tak pedulinya. Justru hal itulah yang makin membuatnya semakin mengeratkan rangkulannya dipinggang Keysa. Lantas berulang kali mendaratkan kecupan di dahi atau pipi Keysa untuk memanasi serta menyadarkan Hadi bahwa Keysa adalah miliknya, milik seorang Arkan Raffasyah Aldebaran.
*****