"BRIAN ALEXI."teriak Naila frustasi. Bagaimana tidak pria itu tak kunjung membalas telepon bahkan chat-chat darinya. Ini sudah jam 10 pagi dan Naila menjadi uring-uringan hanya karena Brian menghilang tanpa memberitahu kabar apapun bahkan menjelaskan tentang suara wanita itu. Ini membuat Naila kesal bukan main.
Seharusnya kan Brian meneleponnya kembali dan menjelaskan semua nya. Jika ini kesalahpahaman Naila akan memaafkannya tanpa harus membuat Brian memohon-mohon untuk dimaafkan.
Tidak ada telepon balik, atau pesan singkat yang mengatakan wanita itu adalah teman kerjaku. Naila benar-benar dibuat frustasi oleh Brian Alexi. Naila sudah mengirimakan pesan, chat, bahkan menelponnya hingga 5x. Tidak mau lebih dari itu karena Brian malah akan berbalik marah padanya.
Apa Brian diculik, haruskah Naila melakukan panggilan darurat. Kenapa Brian menghilang seolah-olah ditelan bumi. Dimana sih laki-laki itu.
"argghhhhhh.. aku bersumpah akan membunuhmu jika kau tidak mengangkat ponselmu hingga siang ini."
"Ayah tidak mau memiliki putri psikotes."sahut sang ayah dari arah ruang makan, ketika mendengar putri nya tengah berteriak tak jelas pada ponselnya. Naila yang sedang duduk di sofa ruang tamu lantas menoleh dan menemukan sang ayah tengah menatapnya dengan ekspresi terheran-heran.
Naila memutar kedua bola matanya malas, ayahnya memang suka menguping. Bahkan menyahut jika sesuatu keluar dari bibirnya. "psikopat Ayah."
"putuskan saja dia."
Kadang-kadang Naila merasa sang ayah tidak pernah menyetujui hubungannya bersama dengan Brian. Dengar.. betapa mudahnya dia bilang putus. Naila melihat ibu tirinya menaruh masakan di atas meja yang baru saja ia buat untuk cemilan sang ayah. Lalu beralih menatap sang ayah dengan wajah memberenggut.
"seharusnya Ayah mendukungku."
"dia terlalu muda untukmu."ucapan sang ayah, sangat menyakitkan untuknya. Memangnya Brian itu semuda apa. Naila sangat sensitif jika dibahas-bahas soal perbedaan umurnya dengan Brian.
"kami hanya berbeda satu tahun, memangnya putri Ayah setua apa."pria paruh baya itu malah tertawa, wajah Naila malah semakin memberenggut. Ayahnya selalu senang membuatnya kesal seperti ini.
"Kau mau Naila?."ucap ibu tirinya menawarkan kue yang dibuatnya, Naila beralih meliriknya dan tersenyum canggung. Sudah 2 tahun 6 bulan ayahnya menikah dengan wanita itu, tapi Naila masih belum bisa akrab dengannya.
"tidak, terima kasih."jawabnya sekenanya. Naila kembali menatap layar ponselnya dan suara bel rumahnya yang berbunyi membuatnya menghela nafas kesal. Siapa sih yang datang sepagi ini. Moodnya sangat buruk karena Brian.
"lihat sana siapa yang datang."sahut sang ayah tidak ingin beranjak dari kursinya, begitu pula Naila. entah kenapa ia hanya ingin menatap layar ponselnya dan menunggu centang hitam itu berubah warna menjadi dua biru.
Naila bangkit berdiri, tubuhnya menghentak mengatakan betapa kesalnya dia. Naila berjalan ke pintu depan dan menekan tombol intercom untuk melihat siapa orang yang berani-beraninya menganggu konsentrasinya dalam menunggu pesan dari Brian.
"Siapa yang menelepon vampire itu untuk datang ke rumah kita!."ucap Naila dengan suara yang cukup keras agar sang ayah dapat mendengarnya. Naila tahu siapa yang mengundangnya. Ayahnya pasti orang yang berada di balik semua ini.
"bisa kau buka pintunya."ucap Zayn dengan ekspresi malas, pria itu seolah tahu jika Naila yang melihatnya dari layar intercom. Mimpi apa sih dia semalam, kenapa dia harus melihat wajah pria itu lagi. Apa dia ke sini untuk menuntut sakit di kakinya karena Naila menendangnya kemarin.
Naila menekat tombol intercom dan berkata..."tidak ada orang di rumah ini, kau bisa tinggalkan pesan setelah bunyi Beep dan jangan pernah kembali lagi. Beeeeeeeeppppppppppp.."
"Biarkan dia masuk."sang ayah muncul dari belakang tubuhnya dan mengambil alih tombol intercom hingga membuat Naila mengambil dua langkah menjauh.
"kenapa Ayah memanggilnya ke sini!."protes Naila tidak terima, kedua tangannya terlipat di depan d**a, memprotes seperti bocah berumur 7 tahun yang sedang ngambek akan sesuatu. Zayn muncul dari balik pintu dan berdiri di belakang pintu yang tertutup melihat kedua orang itu tengah berdebat.
"memangnya kenapa, sudah lama Ayah tidak bertemu dengan Zayn. Ayah sangat ingin dia datang tapi menghargai kau yang masih dalam kesedihan sete.."
"aku tidak sedih, siapa yang sedih kami putus. Aku malah bersyukur."kalimat terakhir yang Naila katakan seraya melihat Zayn dengan mata menyipit. Menegaskan kepada pria itu akan perasaannya. Tidak ada kesedihan, tidak ada.
"lalu kenapa kau tidak suka dia datang!."
"Di dunia ini hanya 20% pasangan yang bisa melihat wajah mantan mereka tanpa merasa kesal Ayah."
"kata siapa!."
"kata putri Ayah barusan, apa Ayah tidak mendengar apa yang ku katakan."
Naila berbalik meninggalkan sang ayah dan Zayn begitu saja. Ayahnya selalu saja pintar membuatnya kesal dan tidak mampu membalas perkataannya lagi. Ayah Naila mengedipkan sebelah matanya pada Zayn seolah mengatakan senang mengerjai anak itu.
"masuklah."ucapnya pada Zayn yang masih berdiri di sana menunggu perdebatan konyol itu dengan bibir berkedut menahan tawa.
***
Naila pergi menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Ponselnya berbunyi yang menandakan ada sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Chat dari rekan kerja nya yang memotret sebuah mobil yang terparkir di salah satu Cafe. Naila menatap foto itu seolah-olah bola matanya akan loncat keluar.
Itu mobil Brian, bahkan plat nomornya benar-benar dia. Tidak salah lagi. kenapa laki-laki itu tidak mengangkat teleponnya dan malah menikmati sarapan pagi di sebuah Cafe. Naila tidak bisa berdiam saja, jika pria itu bertemu dengan seorang wanita di sana, saling tersenyum dan makan dengan wajah malu-malu, maka Naila akan menjambak rambut wanita itu hingga membuatnya benar-benar malu.
Berdoa saja rambutnya tidak lengket ketika dia menjambaknya nanti. Naila mulai bersiap-siap untuk segera pergi. Pesan yang temannya katakan dalam chat membuat emosinya berada di langit ke 7.
'Lihat apa yang aku temukan ketika terjebak dalam kemacetan. Bukankah ini mobil Brian'
'Dia bersama dengan wanita, aku bisa melihat jelas Brian dari sini karena dia duduk tepat di sebelah kaca Cafe. Wanita itu berambut panjang dan duduk membelakangi ku. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Tapi rambutnya bagus.'
Siapa yang peduli dengan bagus atau tidaknya rambut seseorang yang berniat kau jambak. Baguslah jika nanti tangannya tidak lengket karena minyak rambut. Naila bergegas mandi untuk bersiap-siap, kau akan melabrak kekasihmu yang sedang selingkuh. Setidaknya penampilanmu tidak terlihat buruk di hadapan semua orang, jika nanti kalian akan menjadi bahan tontonan.
Hal itu yang ada di dalam pikiran Naila. Ia memakai kemeja warna pink dan celana jins pendek berwarna biru. Naila mengambil tas slempangnya sebelum berlari keluar dari kamarnya dengan langkah terburu-buru.
"kau mau kemana?."Naila duduk di lantai dan mulai memakai sepatunya yang ia ambil dari rak sepatu.
"aku harus pergi ke Cafe Alexio. Teman SMAku mengajak bertemu."
"seburu-buru begitu, kau memakai sepatu mu terbalik."ucapan sang ayah membuat Naila menghentikan gerakannya dalam mengikat tali sepatu. Benar saja, ini semua karena Brian sialan. Bagaimana bisa dia melupakan antara kanan dan kiri.
"kau bisa bersama dengan Zayn ke sana. Tidak apa-apa kan?."ayah Naila menatap Zayn ketika bertanya tentang hal itu padanya. Zayn menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Naila berdiri setelah selesai memakai sepatu.
"tidak perlu. Aku bisa naik taksi."
"kau harus berjalan sampai ke depan, bukannya kau terburu-buru. Zayn bisa mengantarmu."ucap sang ayah seraya menunjuk Zayn dengan dagunya.
"Tidak usah, aku tidak mau merepotkannya."
"Bukannya kau terbiasa melakukannya. Zayn tolong angkut Naila."ucapan sang ayah benar-benar melukai harga dirinya. Seharusnya ayahnya membuatnya nampak elegan di depan sang mantan bukan.
"Ayah."Protes Naila kesal.
"Zayn juga akan ke sana. Itu Cafe miliknya, jadi kalian satu tujuan yang sama."
"Apa!."Naila sampai ternganga ketika mendengarnya, ketika melihat Zayn pria itu nampak sombong. Jadi, nasib sialnya masih berlanjut hingga pagi ini. Hebat sekali! Kau akan memergoki kekasihmu di Cafe mantan kekasihmu. Bukankah ini luar biasa.
Ada yang tahu berapa nomor telepon nya dewi fortuna, karena Naila ingin mengajukan protes padanya. Kenapa sejak kemarin harinya sial sekali, dan kapan keberuntungan akan berpihak padanya.
***
Naila masuk ke dalam mobil Zayn, pria itu melemparkan senyum sinis ke arahnya. Naila melirik jam tangannya dengan gelisah. Jika Zayn terlalu lama memamerkan isi mobilnya maka Naila akan kehilangan kesempatan dalam melabrak selingkuhan Brian.
"kapan kau akan mengemudikan mobil ini, kau dengar kan aku sedang terburu-buru."
"kau pikir aku supirmu, jika kau menumpang di mobil seseorang, kau harus sabar."
"Ayah memaksaku, kalau tidak siapa yang mau naik mobil ini." Naila memukul pelan dashboard mobil Zayn, hingga membuat pria itu menyingkirkan tanganya dan terkesan memukulnya.
Naila berdecak, tak percaya sikap berlebihan Zayn.
"Apa baru kali ini kau memiliki mobil mewah, berlebihan sekali."
"Aku tidak mau kesialan berada di mobilku. Jangan sentuh-sentuh. Duduk saja yang diam."
"Aku akan meludahi nya nanti. Cepat jalan agar aku segera keluar dari mobil ini. Atau turun kan aku di depan jalan."gerutu Naila geram, sejak tadi ayahnya hanya berdiri di depan pintu dan melihat ke arah mereka. Seolah ingin memastikan jika mereka benar-benar pergi bersama.
Zayn mulai mengendarai mobil nya. Butuh 30 menit bagi mereka untuk sampai di sana, bukan karena jaraknya memang dekat tapi karena Zayn membawa mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata.
Ketika Zayn memarkirkan mobilnya, ia menemukan Naila sedang memejamkan matanya seraya memegang kuat tali seatbel yang mengikat tubuhnya. Hal itu membuat Zayn merasa tidak enak. Tidak seharusnya ia membawa mobil secepat itu, tapi wanita itu yang memintanya untuk mengendarainya dengan cepat.
"buka matamu, kita sudah sampai."ucap Zayn yang beralih memandang lurus. Naila membuka sebelah kelopak matanya sebelum membuka kelopak mata lainnya. Ia menghela nafas lega, jika bukan karena Brian, Naila tidak akan pernah meminta Zayn melajukan mobilnya secepat itu.
"Kau membawa mobil ini seperti orang gila."
"Cepatlah turun."perintah Zayn seolah ingin Naila segera pergi dari hadapannya.
"Kau mengusirku! Dengan senang hati aku akan segera turun dari sini. Sampai di dalam pura-pura saja kau tidak mengenaliku."
"Apa!."Ucapan Naila membuat Zayn bingung.
Ketika Zayn kembali menatap Naila, wanita itu sedang membuka pintu mobilnya dan bergegas untuk segera masuk ke dalam Cafe dan menemukan Brian. Naila melihat mobil Brian masih ada di sana, kakinya berlari cepat untuk masuk ke dalam.
Naila melihat Brian sedang tersenyum dan terkekeh geli ketika berbicara dengan wanita itu. wanita itu duduk membelakanginya hingga membuat Naila tidak bisa melihat wajahnya. Apakah wanita itu lebih cantik darinya.
Rambutnya berwarna coklat, lurus hampir menyentuh pinggang. Naila terpaku di tempatnya berdiri memperhatikan kekasihnya tengah berbicara dengan wanita lain. Dadanya mulai terasa sesak, Naila merasakan matanya memanas. Kedua tangannya geram ingin menjambak rambut wanita itu.
Zayn masuk ke dalam Cafe dan melihat Naila yang berdiri terpaku tak jauh dari pintu masuk, berdiri di balik meja dengan ekspresi menahan sakit.
Zayn berdiri di belakangnya dan melihat apa yang Naila lihat. Seorang pria terlihat asik mengobrol dengan seseorang. Zayn beralih menatap Naila. wanita itu masih terpaku hingga tiba-tiba dia terkejut sendiri.
"jadi... dia kekasihmu!."Naila menganggukkan kepalanya lemah, ternyata rasanya bisa sesedih ini melihat kekasihmu sedang bersama dengan wanita lain. Naila tak pernah merasakannya, hanya ada 2 pria di dalam hidupnya sampai saat ini. Yaitu Zayn dan Brian.
"yang bersamanya itu.."ucapan Zayn tergantung ketika wajah Naila memberenggut sedih. Zayn menghela nafas, ia terdiam dan hanya berdiri tanpa melakukan apapun memperhatikan Naila.
"eh. Herold."Zayn ikut terkejut, ia beralih melihat apa yang Naila lihat. Wanita berambut panjang yang dikira selingkuhan Brian ternyata adalah seroang laki-laki berambut panjang.
"apa-apaan itu!."ucap Zayn yang membuat Naila menoleh ke arahnya. Baru kali ini Zayn melihat seorang pria memanjangkan rambutnya sampai seperti itu. Naila kembali melihat Brian.
Brian mengalihkan pandangannya ke arahnya. Kedua mata Naila terkejut, spontan Naila berjongkok untuk bersembunyi di balik meja dan menarik Zayn bersamanya. Zayn memandang Naila bingung, kenapa dia juga harus ikut bersembunyi.
"Tunggu! kenapa aku harus bersembunyi juga!."
Naila mengintip dari pinggir meja ke arah Brian, pria itu terlihat sedang menelepon seseorang. Ketika Naila kembali menatap Zayn ia sendiri bingung, lalu... "jangan sampai Brian bertemu denganmu."
"kita bahkan tidak saling mengenal, kenapa aku harus menghindarinya."
Naila mengerjapkan matanya beberapa kali, ucapan Zayn benar. Kenapa pria itu harus bersembunyi bersamanya.
"Eungh.."