BAB 01 - Tidak Sesuai Jobdesk

785 Kata
“Aaaah ….” Setelah sekian lama direngkuh nestapa lantaran pengkhianatan mantan suaminya, malam ini bibir ranum Maura meloloskan desahan manja lantaran tak kuasa dengan hangatnya sentuhan seorang pria. Meski tahu hal yang dia lakukan ini tidak sewajarnya, tapi sentuhan pria yang dia temui secara random di club malam tempo hari benar-benar menggoyahkan pendirian Maura sebagai wanita yang sedari dulu menjaga dirinya. Hancur sudah, andai saja sang mantan tahu apa yang dia lakukan malam ini, sudah pasti Maura akan direndahkan serendah-rendahnya. Kendati begitu, dia tidak peduli. Sudah telanjur basah, lebih baik mandi sekalian. Anggap saja sebagai hiburan, toh statusnya bukan lagi istri orang karena Arkana – mantan suaminya sudah menjatuhkan talak sejak tiga bulan lalu. Hanya saja, hingga detik ini Pengadilan Agama belum juga mengeluarkan putusan perceraian karena Arkana tidak benar-benar menginginkan perceraian di antara mereka. Tidak ingin bercerai katanya, tapi menyiksa dengan menghadirkan madu yang tengah berbadan dua. Bagaimana hati Maura tidak hancur? Atas dasar ingin keturunan, Arkana begitu tega bermain api di belakangnya. Lebih menyakitkan lagi, tindakan Arkana didukung penuh oleh pihak keluarga hingga membuat tekad Maura semakin bulat untuk menyerah. Ingatan tentang rasa sakit yang dia alami selama menjadi istri Arkana semakin membuatnya lepas kendali hingga tergerak untuk mengimbangi permainan dari pria yang tengah mengungkung tubuhnya saat ini. Tanpa keraguan, Maura mengalungkan tangan di leher pria tampan dengan tato yang memenuhi tubuh atletisnya itu. “Kenapa berhenti? Bukankah ini bagian dari tugasmu juga?” tanya Maura tanpa melepaskan pandangannya. Tak segera menjawab, pria tampan yang Maura kira sebagai pekerja malam itu hanya tersenyum tipis. “Berdasarkan perjanjian, tugasku hanya berpura-pura sebagai pasangan di pesta pernikahan mantan suamimu,” ucapnya berhenti sejenak kemudian menyusuri wajah cantik Maura dengan jemarinya. “Tapi, jika ingin lebih dari itu boleh-boleh saja, aku bersedia melakukannya dengan suka rela.” “Suka rela?” “Hem, anggap saja bonus … sudah tugasku menghiburmu,” sahutnya kemudian yang membuat Maura yakin tidak salah dalam memilih pria bayarannya. “Lakukan, kalaupun harus membayar lebih akan kuberikan,” tutur Maura mengangguk pasrah. Begitu mendapat lampu hijau, pria itu kembali melanjutkan aksinya dan memposisikan diri untuk melakukan penyatuan. “Aku akan melakukannya, kamu boleh memintaku untuk berhenti jika berubah pikiran.” “I-iya … lakukan sekarang,” pinta Maura gugup setengah mati. Meski bukan kali pertama, tapi Maura tetap gugup luar biasa. Jantungnya berdebar tak karu-karuan dan terus menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak ubahnya bak pasangan sungguhan, Maura merasakan kesungguhan dan kelembutan pria ini dalam membahagiakannya. Tidak bermaksud membanding-bandingkan, tapi Maura jujur selama menikah dengan Arkana, dia belum pernah merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa seperti malam ini. Caranya memperlakukan pasangan di atas ranjang begitu totalitas, Maura berpikir mungkin karena jam terbangnya tinggi. Tanpa Maura ketahui, bahwa pria yang kini bersamanya bahkan belum pernah berhubungan intim sama sekali. Selain itu, dia juga bukan pria bayaran seperti dugaan Maura, melainkan putra konglomerat yang tengah merasakan kehampaan dalam hidupnya. Abimanyu Adhikari, begitu nama lengkapnya. Akan tetapi, sewaktu di hadapan Maura dia enggan menyebutkan nama lengkap, hanya memperkenalkan diri sebagai Abi saja. Atas dasar kasihan dan penasaran tatkala seorang wanita menyedihkan itu datang, Abimanyu mengiyakan penawaran Maura yang meminta untuk menjadi pasangan bohongan dan diperkenalkan di pernikahan mantan suaminya. Tanpa banyak bicara, Abimanyu yang memang jengah dengan alur kehidupannya tertarik untuk melakukan hal konyol ini. Tak dia duga, usai menghadiri pesta pernikahan mantan suaminya, Maura justru semakin menyedihkan dan terlihat hancurnya hingga Abimanyu merasa iba. Bermula dari dirinya yang hanya ingin menenangkan, justru berakhir di atas ranjang hingga Maura benar-benar salah paham. Kebetulan, dia yang sejatinya adalah pria dewasa dan sudah lama menginginkan hal semacam ini tergoda. Tubuh sek-si dan wajah cantik Maura berhasil membuat tubuhnya terbakar dan tergerak untuk memanfaatkan keadaan. Walau dia termasuk amatir di lapangan, tapi pembekalan teori jangan tanya, Abimanyu sudah khatam tentang cara memuaskan wanita. Selama ini dia hanya mendengar kata orang dan pengalaman teman dekatnya, malam ini Abimanyu merasakan sendiri dan mengerti bahwa nikmat bercinta tiada duanya. Tak ayal, hal itu membuat Abimanyu lupa diri bahkan tidak peduli tatkala Maura sudah terlihat menyerah dan memintanya berhenti. “Abi sudah … a-aku lelah,” racau Maura berusaha mendorong perut Abimanyu dengan tenaga yang tersisa. Alih-alih menuruti kemauan Maura, Abimanyu justru mengunci tangan Maura di atas kepala dan kembali memompa tubuhnya. Benar-benar tidak dapat dipercaya, padahal dia sendiri yang mengatakan Maura bisa memintanya berhenti kapan saja. Nyatanya, Abimanyu tidak bersedia mengakhiri permainan sebelum dia mencapai puncak kenikmatan sebagaimana yang telah Maura dapatkan berkali-kali sebelum ini. “Abi berhenti … lepaskan aku!!” “Sebentar, Maura, aku hampir sampai,” balasnya dengan napas yang kian memburu dan Maura paham betul apa maknanya. “Tidak, jangan di dalam … kita tidak pengam_” Brugh . . - To Be Continued –
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN