Kehidupan Barunya telah Dimulai

753 Kata
Reiner kembali terdiam. Ia tahu ibunya tidak setuju dengan kenyataan dirinya masih mencintai Nadira. Tapi ada beberapa hal yang membuat Reiner tidak bisa melupakan Nadira begitu saja. Bahkan ia tidak akan segan-segan merebut Nadira kembali dari Gelar jika memang Nadira menginginkannya. Percakapan mereka terinterupsi oleh suara ketukan pintu. Lalu adik Reiner, Kanaya, menyembul dari sana. "Kak, masih lama tidak? Acaranya mau dimulai lima menit lagi. Cepat!" Reiner menghela napas berat, kemudian mengangguk. "Ayo kita keluar, Ma.” Leica tak langsung mengiakan. Ia belum sempat mengutarakan maksud mendatangi Reiner ke kamar ini. "Jasmine sangat baik dan cantik, Reiner. Mama sudah mengobrol dengan dia tadi. Mama yakin, suatu saat kamu akan membuka hati kamu untuk dia dan anak kalian," jelasnya dengan lembut. "Perlakukan dia dengan baik, ya. Mama akan sedih kalau anak mama ini bersikap buruk pada seorang wanita." Sudah Reiner duga ibunya akan berkata seperti itu. Beruntung dia sudah mengantisipasi dalam surat perjanjiannya dengan Jasmine bahwa mereka harus berpura-pura mesra di depan keluarganya. Reiner kembali menatap Leica dalam diam. Dia tahu, mamanya ini tengah menyembunyikan rasa kecewa atas sikapnya. Reiner merasa sangat bersalah dengan kesalahan yang dia perbuat pada Jasmine. "Maafkan aku sudah membuat Mama kecewa,” gumam Reiner sambil memeluk sang ibu dengan penuh rasa bersalah. Leica tersenyum sembari mengelus punggung Reiner. Selain sikapnya yang arogan, putranya ini memang dingin pada wanita. Hal itu terjadi ketika Nadira tidak bisa dia miliki, sedangkan hatinya sulit terbuka untuk menerima wanita lain. Dan lama tinggal di luar negeri, telah banyak mempengaruhi gaya hidup Reiner. Suasana di dalam ballroom hotel terlihat sangat meriah dan megah. Jasmine tak pernah berharap atau bahkan bermimpi pun tidak berani bahwa pernikahannya akan semewah ini. Bahkan dengan gaun mewah yang melekat di tubuhnya pun Jasmine merasa ini bukan dirinya. Ia merasa kecil di tengah-tengah tamu yang Jasmine yakini mereka semua dari kalangan atas. Tidak banyak yang datang. Ballroom tersebut hanya dipenuhi oleh keluarga besar Reiner dan beberapa rekan bisnis terpilih yang sengaja Reiner undang. Jasmine sempat mendengar hal itu dari Kanaya saat mereka berada di ruang rias. Meski ragu dan gugup, Jasmine tetap menampilkan senyum terbaiknya sambil berjalan ke tempat yang akan diberlangsungkannya akad nikah. Jasmine melihat di sana Reiner tengah duduk dengan tegap dan sempat memandanginya sekilas, lalu berpaling ke arah lain. Jasmine tahu, hari ini pasti jadi hari terberat bagi Reiner karena menikahi gadis sepertinya. Jasmine diapit oleh calon ibu mertuanya dan Kanaya. Satu hal yang sangat Jasmine syukuri, mertuanya dan saudara Reiner memperlakukannya dengan baik. Prosesi akad pun dimulai. Tanpa Jasmine tahu, jantung Reiner berdebar-debar dan merasa gugup. Bahkan ketika berbicara di depan podium atau di ruang rapat perusahaannya pun, rasanya tidak pernah setegang ini. Namun Reiner masih tetap menampilkan ekspresi tegas untuk menyembunyikan kegugupannya. Saat kata 'sah' terdengar, Reiner sempat membeku sesaat. Perasaannya berkecamuk, tapi dia tidak tahu apa yang tengah dia rasakan. Begitu pula saat Reiner menyematkan cincin di jari manis Jasmine. Seperti ada sesuatu yang asing saat tangan gadis itu berada dalam genggamannya. Dan ketika tiba saatnya mempelai pria mencium kening mempelai wanita, Jasmine sempat berpikir bahwa Reiner akan menolak mentah-mentah. Reiner mana mau menciumnya. Namun nyatanya, kedua belah telapak tangan pria itu menangkup pipi Jasmine lalu mencium keningnya cukup lama. Reiner tak mengerti kenapa jantungnya tiba-tiba semakin berdebar. Begitupun dengan Jasmine. Debarannya sangat kencang sampai-sampai Jasmine takut Reiner akan mendengarnya. Tapi keduanya berusaha menepis perasaan tersebut dan beranggapan bahwa mereka hanya terbawa suasana setelah prosesi yang begitu sakral. "Jangan salah paham,” bisik Reiner saat mereka berjalan ke arah lain untuk melakukan rangkaian acara selanjutnya. "Barusan saya menciummu karena tidak mau mempermalukan keluarga saya di depan para tamu.” "Iya. Aku tahu." Jasmine tersenyum tipis. Satu hal yang Jasmine sadari, kalimat jangan salah paham sepertinya telah menjadi favorit Reiner yang akan selalu diucapkan padanya. Entah Jasmine harus bersyukur atau merasa sedih. Di pesta semewah ini tak ada satu pun orang yang datang dari pihak keluarganya. Memang tidak ada yang bisa diharapkan datang. Ia tidak memiliki siapapun selain kakaknya yang entah berada di mana sekarang. Sebuah tarikan di pinggang membuat Jasmine tersentak dari lamunannya. Ia menoleh ke arah pinggang. Ah, rupanya tangan Reiner telah mendarat di sana dan seharusnya Jasmine tidak terkejut. Pria itu berada begitu dekat dengannya, dia sempat tersenyum tipis dan menatap Jasmine sejenak dengan tatapan dalam. Tetapi Jasmine sadar, Reiner tengah bersandiwara di depan orang lain. Reiner kembali terdiam. Berbagai pikiran dan emosi berkecamuk di dalam dirinya, membuatnya semakin bingung dengan perasaannya sendiri. Tapi satu hal yang pasti, kehidupan barunya bersama Jasmine telah dimulai, dan bagaimana kelanjutannya masih menjadi misteri besar bagi Reiner.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN