Farhan POV Aku lihat surat edaran tugas ke camp pengungsian bencana alam di wilayah timur. Tidak ada namaku di sana. Padahal kalau aku diikutsertakan pun, aku tidak masalah. Rasanya aku ingin kabur saja menjauh dari Asya setelah kesekian kalinya dia menolakku. Aku tak gentar sekalipun dia bilang sudah dijodohkan. Namun, semalam dia benar-benar mengucapkan perpisahan seolah tidak ada lagi harapan untuk kami. Aku tidak menyalahkan Asya, ini juga salahku yang lambat memahami perasaanku sendiri bahwa aku mencintainya. Siapa lelaki yang akan menjadi suami Asya? Sungguh rasanya aku tidak terima. Aku akan memberi tahu calon suaminya kalau aku sudah mencuri ciuman pertama calon istrinya. Apakah itu akan membantu membatalkan rencana pernikahan mereka? *** Beberapa hari ini aku pulang ke ruma