POV Azalia
Aku menunggu Rei di kursi yang ada di teras rumah, Mas Dian dan Rosa sedang ada di kamar, jadi aku tak perlu berpamittan dengannya,
lima menit aku menunggu sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumah yah tak lain dan tak bukan itu adalah mobil Rei, akupun segera beranjak menghampirinya,
Rei turun dari mobil, masih mengenakan topi dan maskernya, namun aku bisa melihat matanya yg menunjukkan jika ia sedang tersenyum,
"ternyata macetnya lumayan parah tadi hehehe maaf ya telat 5 menit" ucapnya sambil membukakan pintu mobil
"gak apa apa kq.." aku pun segera masuk kedalam mobil, Rei menutup kembali pintunya lalu masuk,
ketika di dalam mobil Rei tidak langsung menyalakan mesinnya, tapi dia malah menoleh kearah ku dan memandangi ku tanpa bicara apapun dia melakukan itu cukup lama sampai sampai aku salah tingkah sendiri,
"hei, kamu kenapa sih ngeliattin aku kayak orang laper belum sarapan gitu?"
"Indah banget.. makin hari cantiknya makin gak bisa di tolong lagi.."
wajah ku menghangat tak bisa menahan senyum aku memalingkan wajah ke sisi kiri, tak bisa di pungkiri aku salting parah di puji begitu mana dia ngomongnya pakek nada dan raut wajah serius lagi,
"kq buang mukak sih? padahal aku masih blm puas mandangin wajah kamu"
"jangan aneh aneh dech.. yuk buruan jalan ntar Mas Dian keburu tau lagi kalo aku keluar"
"oke oke.. ayok kita jalan" ucap Rei menghidupkan mesin dan perlahan melajukan mobil,
Jalanan jakarta hari ini memang cukup ramai, maklumlah namanya juga akhir pekan pastinya banyak para pekerja kantoran yang mengajak keluarga nya menikmati weekand walau hanya bermain di tempat tempat rekreasi di sekitar jakarta doang,
"kita mau kemana nih?" tanya ku akhirnya setelah hampir 10 menit kami diam tanpa berbicara,
"ke sutu tempat..
"tempat apa?
"tempat yang tenang tapi juga bikin seneng"
"dih.. jangan ketempat yang aneh aneh yah.."
"hahaha.. curigaan muluk nih bidadari"
"habis kamu kan memang selalu misterius dan aneh!"
"misterius gimana maksudnya?"
"yaah misterius.. aja, kadang suka tiba tiba nongol kadang suka tiba tiba ngilang gk bisa di hubungin, selalu bilang kalau kamu lagi berusaha keras untuk ngumpulin uang, tapi kamu malah pakek uang untuk hal hal yang gak penting" ucap ku nyerocos tanpa jeda
"hmm, klo suka nongol n ngilang tiba tiba aku akuin namanya juga aku ada kerja'an lain yg emang suka dadakkan jobnya, kan aku udah pernah ceritain ke kamu kalau aku tuh sering di suruh gantiin sopir pribadinya manager perusahaan, tapi kalau pakek uang untuk hal hal yang gak penting itu aku kurang ngerti dech maksud kamu gimana?"
"mmmh.. bukan apa2 nih, tpi aku cuma heran aja kamu kan kerjain ini itu buat ngumpulin uang, tapi knpa kamu malah sewa mobil mahal buat nemenin aku ke acara Lorenz kmarin,belum lagi outfit kamu wqtu itu aku tau bgt itu bukan jas murah, parfum dan baju baju yang sering kamu pakai juga aku tau harganya berapaan buat apa coba kamu kerja keras kalau boros gtu hanya demi penampilan, padhal kamu itu udah ganteng nya plus plus walau cuma pakai kaus murah percaya dech"
mendengar ucapanku Rei malah seperti nahan ketawa, aku menoleh ke arahnya karena heran knapa dia malah begitu,
"waaah ternyata kamu banyak tau yah tentang fashion cwok.."
"tau lah.. Mas Dian kan pakaiannya gak ada yg murah outfit dia mahal mahal semua, cuma aku aja yg bego selalu nurut di suruh dasteran doang di rumah"
"eh tapi serius loh.. yg aku bilang tadi kamu itu jangan boros boros kalo cuma untuk gaya" lanjut ku lagi
"mmmhh sebenernya aku pengen ngasih tau kamu suatu rahasia tapi kayaknya gak sekarang deh!
"rahasia apa ih!"
"ada waktunya buat kamu tau tapi gak sekarang"
"tuhkan sok miseterius.. gimana aku mau percaya sama kamu?"
Rei menggenggam tangan kanan ku dengan lembut, namun matanya fokus melihat ke arah depan,
"kamu harus percaya sama aku oke.."
"gimana mau percaya kamunya aja gak percaya sama aku buktinya kamu malah main rahasia2an gitu"
"jangan bawel.. intinya kamu harus percaya.., aku juga percaya kq sama kamu.. percaya kalau kamu bakal jadi pasangan hidup aku nanti nya"
Hmmm aku tak berkata apa apa lagi setelah Rei mengatakan itu, aku hanya berusaha menikmati perjalanan walau rasanya ada hal aneh yang menjalari dadaku karena Rei masih saja menggenggam tangan ku walau ini bukan pertama kalinya tapi tetap saja rasanya dag dig dug gak tau gimana menjelaskannya,
Sudah setengah jam kami di perjalanan tapi tetap aja belum sampai sampai,
"kq kayak nya jauh bgt sih? ini arah bogor bukan?" tanya ku setelah menyadari jalanan yang sudah keluar dari area jakarta,
"iyah bener ini arah ke bogor..
"kq jauh bgt sih sampai kebogor?"
"cuma satu jam kq perjalanannya mana ada jauh ini lama karena macet nih" jawab Rei santai
"inget yah jangan bawa aku ketmpat yg aneh aneh"
"hahahaha iya iyah sayang ku tenang aja dech jangan bawel"
Aku tak bisa berkata kata lagi, Sayang? what? berani beraninya dia manggil aku dengan kata sayang?? mintak di cubit nih ginjalnya ??
Dan akhirnya kami sampai di sebuah tempat, yg terlihat seperti sebuah rumah yang cukup besar dengan gaya tradisional, halamannya cukup luas dan banyak pohon buah buahan, sperti jeruk bali, jambu madu, rambuttan dan ada banyak bunga bunga sangat asri dan sangat sunyi karena tetangga lainnya cukup jauh,
Di saat aku masih berfikir rumah siapa yang kami datangi saat ini Rei sudah turun lalu membuka kan pintu untuk ku,
"yuk turun.." ucapnya membuka pintu lalu melepas maskernya,
Aku pun turun masih dengan tanda tanya, namun aku menurut saja,
"ini dimana Rei?"
"udah ayuk masuk dulu ntar kamu juga bakalan tau" ucap Rei sambil menggenggam tangan ku, aku menurut saja dan mengikutinya berjalan menyusuri jalanan setapak yang beralaskan batako menuju ke depan rumah karena memang halaman rumah ini sngat luas sekali namun halamannya bersih hanya bbrapa daun rambuttan yang kering berjatuhan di atas tanah,
"Eehh anak mami udah sampai, eh maksudnya anak ibu" ucap seorang wanita berparas cantik kulitnya putih bersih sperti sering memakai perawattan mahal, namun pakaiannya terlihat sangat sederhana,
Wanita itu tersenyum manis kearah ku,
"ibu udah nunggu dari tadi?" tanya Rei sambil memeluk wanita yg ia panggil ibu tersebut
"iyah udah gak sabar nih katanya Rei mau datang.."
"hallo cantik gimana kabar nya" ucap ibu itu lalu bergantian memeluk ku hangat
"ooh baik buk.." balas ku juga dengan ramah dan sopan walau masih bertanya tanya,
"ayo masuk dulu.. bapak lagi di belakang lagi ngasih makan ikan lele yuk masuk yuk"
kami pun mengikuti langkah ibu itu masuk kedalam rumah yang ternyata dalam rumah itu benar benar sangat menakjubkan,
seluruh interiornya bertema tradisional bahkan kursi ruang tamunya terbuat dari rotan namun ntah kenapa aku malah merasa seisi rumah ini lebih terlihat seperti koleksi barang barang klasik antik, semua nya masih sangat bagus bahkan tertata dengan rapih sperti di tata oleh seorg ahli,
Kami tidak duduk di ruang tamu melainkan langsung menuju teras belakang rumah yang terlihat seperti resort bertema tradisional, ? terlalu rapih dan indah untuk ukuran rumah biasa, ada sebuah kolam ikan besar berbentuk perahu di tengah halaman,
"pak.. sini anak kamu udah sampai nih"
seorang pria berperawakkan tinggi besar dan tegap yang sedang berdiri di hadapan kolam ikan itu pun berbalik, waaah ketika melihat wajah pria paruh bayah ini seketika aku spechlees ? walau sudah berumur wajahnya masih terlihat tampan, mirip sekali dengan Rei,
Pria itupun tersenyum lalu berjalan menghampiri kami,
"ooh ini Rei yang kamu ceritain itu?"
"iya pak.. gimna cocok gak? jawab Rei
"waah cocok banget, ayo duduk dulu" sahut pria itu dan menyuruh kami duduk, kami pun duduk , jujur saat ini hati ku masih menebak nebak siapakah dua org ini? apakah org tua Rei? klo iyah gila bgt Rei ngajak aku ke temu org tuanya.. duuh grogi setengah mati aku,
"kalian ngobrol dulu yah, saya kedapur dulu nyiapin minuman oke?" ucap si ibu sambil beranjak dari duduknya,
"biar saya bantu bu" sahut ku dan segera bangkit dari kursi,
"jangan dong kamu duduk aja kan kamu baru sampai pasti capek" ucap si ibu dengan lembut
"gak apa2 bu gak capek kq.." jawab ku
"iyah buk.. santai aja namanya jga mantu solehah yah gitu emang rajin banget dia" celetuk Rei membuat si bapak tertawa
"persis kamu dulu toh buk.. sopan,segenan,ayu,apik" ucap si bapak membuat si ibu tersenyum kesemsem, Semntara aku? aku malah makin grogi dan dag dig ser rasanya aku ingin sekali menarik tangan Rei membawanya ketempat sepi dan meminta penjelasan padanya atas apa yg terjadi sebenarnya, huh dasar alien..!!
"ya udah yuk kita kedapur" ucap si ibu dan kami pun berjalan menuju dapur, Dapur nya sederhana interniornya senada dengan konsep rumahnya,
"kamu siappin gelasnya aja yah biar saya yang buat minumannya"
"oh iya bu"
"gelasnya ada di lemari itu" ucapnya menunjukkan sebuah lemari kayu besar yang ada di sudut dapur,
Akupun segera mengambil gelas gelas itu meletakkannya di atas meja dapur lalu melapnya dengan tisue dapur,
"saya yakin kmu pasti d bawa kemari sma Rei tanpa spngetahuan kamu kan.. dia pasti gk ngasih tau kamu kalo dia bakal bawa kamu ke sini" ucap si ibu sambil memanaskan teko teh
"mmh.. ibu kq tau? bener.. saya di jalan udah bolak balik nanya mau di ajak kemana tapi Rei cuma jwb, udah ikut aja" jawab ku sesuai fakta
"hahaha.. anak itu memang gk pernah berubah suka iseng dan gak terduga, kami juga sbenarnya gak menduga dia itu udah lama banget gk pernah bahas soal pacar atau teman perempuan nya tapi ntah kenapa tiba tiba dia bilang "buk pak Rei sekarang udah punya calon mantu buat di kenalin ke bapak ibuk orgnya cantik manis baik sopan namanya Azalia" cerita si ibu senyuman tak lekang dari bibirnya,
"Rei bilang gitu?"
"iyah Rei bilang gtu, kami juga kaget.., mmh emangnya Zalia gak masalah Rei kan cuma Driver taxi online?" tanya nya membuat dadaku seketika mendesir,
Aku tak pernah mempermasalahakn pekerjaan Rei yang jadi masalah saat ini adalah knapa Rei malah bilang ke org tuanya jika aku calon mantu mereka semntara aku belum pernah bilang jika aku mau menikah dengannya, duh Rei aku kudu piye??
"mmhh.. saya yakin 95% wanita di luar sana pasti susah untuk menerima pria yang pekerjaanya gk tetap kyak Rei.." lanjutnya lagi
"enggak kq bu.., sya malah gak pernah sama sekli mempermasalahkan pekerjaan Rei, Saya tau kq semua yang Rei kerjakan, mulai dari driver Taxi,ojek online,ngantar koran sampai jadi kurir delivery makanan,saya suka laki laki yang pekerja keras kaya Rei, apa lagi dia baik bgt ke saya" jawab ku akhirnya
Dia tersenyum ke padaku dan menatap wajahku lalu matanya memandang dari kepala hingga ujung kaki seolah sedang menilai penampilan ku,
"tapi kamu itu cantik, sempurna banget malah, pasti banyak pria kaya yang mau sama kamu, kenapa kamu bisa milih Rei? selain pekerja keras apa lagi nih yg buat kamu tertarik sama Rei?"
Waah rasanya makin gak karuan nih, aku belum memilih bu!! aku belum memilih anak mu tapi anak mu yang emang kurang kerjaan ngejebak aku dalam suasana sekarang ini, batin ku dalam hati,
"ooh.. selain pekerja keras yg bikin saya tertarik sama Rei itu yah gantengnya hihihi" ucap ku sambil nyengir malu, aku gak punya jawabpan apa apa lagi terpaksa aku mengeluarkan kejujuran ku ini ?
Ibu Rei malah tertawa mendengar jawabpan ku,
"benar.. kamu persis bgt sama saya.. dlu sya jatuh hati ke bapaknya Rei yah karena itu selain pekerja keras juga jatuh hati sama ketampanannya.. hahaha lucu yah jadi keinget sama masalalu" ucapnya sambil mengaduk gula dan teh kantong yang ada di dalam teko berisi air panas itu,
"Rei juga cerita ke kami, kalau trnyata kamu itu sudah pernah menikah.. tapi bagi kami gak masalah kq mau dia masih gadis atau tidak asalkan bisa menerima Rei setulus hati kami sebagai org tua akan ikut bahagia jika anaknya bahagia"
Penjelasan ibu Rei barusan membuat dadaku kembali berdesir hangat, sejauh ini Rei ngasih tau ke org tuanya?? waah aku harus gimana dong??
"Rei itu anak kami satu satunya.. jadi bagi kami gak ada yg lebih penting selain kebahagiaan dia.. apapun yg Rei pilih maka kami akan mendukung, oh ya.. kita belum kenalan nih.. saya Arini ibunya Rei" ucap ibu Rei sambil mengulurkan tangannya aku pun segera menyambut tangan itu,
.
"oh, Azalia"
"Rei itu kalo ketemu sya ceritanya kamu terus sedikit sedikit ceritanya Azalia terus hahaha klo udah jatuh cinta apapun harinya yang di ingat yah kekasihnya hehehe" ucap bu Arini sambil mengangkat Teko berisi teh yg tadi ia buat akupun segera membawa nampan berisi gelas yg kusiapkan tadi, kami lalu berjalan menuju tempat kami duduk tadi,
"waaah calon mantu udah keliattan akrab yah sama calon mertua" celetuk Rei membuat ku geram sih sebenarnya hehehe gimana gak geregettan dia udah ngejebak aku di keadaan yg gak pernah ku duga ini pokoknya Rei harus jelasin semuanya nanti,
Aku dan Bu Arini pun meletakkan teh dan gelas itu di meja, bu Arini menuang kan teh untuk kami berempat,
"gimna pak? buk? Azalia perfect kan buat jadi mantu kalian?" ucap Rei lagi aku yang duduk di sebelahnya reflek mencubit lengan Rei,
"aw aw.. sakit tauk.. perempuan emang gtu yah buk kalo malu suka nyubit nyubit" ucap Rei sambil mengusap lengannya yg kucubit tadi,
Ibu dan bapak Rei hanya tertawa mendengar ocehan Rei, kami lalu mengobrol banyak hal yang kebanyakkan mengobrolkan tentang kepribadian Rei dan tingkah tingkah anehnya semasa kecil dan remaja, dan aku jadi tau jika bapak Rei bernama pak Hans,
Sejujurnya aku masih penasaran dengan profil kedua org tua Rei, walau saat ini aku tau jika mereka tinggal di tempat seprti ini dan bergaya sederhana, tapi sebenarnya di mataku mereka sama sekali tidak terlihat sederhana, gaya bicara keduanya seperti gaya bicara org org berkelas tinggi, sopan,teratur beribawa, sama seperti Rei yang sama sekali gak keliattan kayak anak muda sederhana lainnya,
Setelah mengobrol lama akhirnya kedua org tua Rei meninggalkan kami untuk bersantai,
"yaudah klo gtu kita tinggal dulu yah, kalian nikmattin wqtu berdua dech kita yg tua tua mau istirahat dlu.." ucap pak Hans sambil beranjak dari kursi lalu di ikuti oleh buk Arini mereka berjalan masuk kedalam,
sekarang hanya ada aku dan Rei duduk berdua di perkarangan belakang rumah yg sunyi itu,
"Rei..
"hmm apa cantik?"
"jelasin ke aku maksud semua ini.. aku bener bener bingung"
Rei tersenyum lalu mengelus lembut kepala ku dia menghela nafas pelan sambil menatapku dia bilang
"maaf seblmnya udah buat nona bidadari ini bingung hehehe, tapi seprti yg kamu tau dari org tua aku, kalau aku udah ngasih tau kemerka tentang kamu dan tentang aku yang lagi tergila gila sama kamu.."
"tapikan Rei.. kitakan belum ada hubungan apa apa, apa lagi sampai seserius yang org tua kamu tau.. kamu gk usah aneh aneh deh jangn mempermainkan org tua"
"jadi.. kamu gak mau yah punya hubungan yg serius sama aku?"
"bukan gak mau Rei.. tapi kamu kan tau sendiri kondisi aku skrg gimna, aku bahkan masih istri org Rei..
"sssstt.. gak usah bahas itu yg penting skrg kamu tau kalau keluarga aku welcom bgt sama kamu, Zalia.. aku cuma mau kasih tau kamu kalau aku seserius ini cinta sama kamu aku akan perjuangin kamu apapun yang terjadi tapi semua itu kembali lagi ke kamu.. kamu mau gak di perjuangin sama pria sederhana yang lahir dari keluarga sederhana kayak aku?"
Mendengar kata kata Rei aku diam, memang.. sejak ke hadiran Rei aku gak merasa sendirian lagi, aku merasa punya ssorg yg bisa nenangin aku, dan setiap kali dia ada aku happy banget dan setiap gak ketemu aku selalu merasa ingin cepat bertemu aku gak tau apakah perasaan yg ku rasa untuk Rei itu adalah Cinta atau hanya sekedar rasa nyaman saja?
"aku gak pernah mandang status kamu sebagai apa Rei.. apa lagi menilai keluarga kamu, aku bahagia ada kamu yg banyak ngebantu aku, tapi apa kamu juga yakin kamu benar benar bisa menerima aku? kamu tau sendiri kan kehidupan aku kayak gimna?"
"Zalia.. aku udah melangkah sejauh ini cuma untuk ngasih tau ke kamu kalau aku serius, kamu itu wanita paling sempurna yang pernah aku temuin.. kalau kamu bilang iya mau aku perjuangin aku janji bakalan jadikan kamu permpuan paling bahagia di dunia ini " ucap Rei sambil tangan kanannya mengusap lembut pipi ku
Aku melihat ketulusan di mata Rei, aku tau dia gak main main dengan omongannya saat ini tapi tetap saja bagi ku ini masih terlalu cepat,
"aku gak nolak untuk kamu perjuangin Rei.. tapi pertemuan kita masih terlalu cepat kita belum banyak memahami satu sama lain, saat ini kita jalani aja dulu kedekattan kita sampai kita benar benar ngerasa nyaman satu sama lain.."
Rei tersenyum dan kembali mengelus kepalaku dengan lembut,
"Iya kamu bener.. maaf yah aku terlalu buru buru, habisnya kamu sih gak mau milih salah satu kalau cantik yah cantik aja gak usah ngegemeshin jugak.. kan akunya gak tahan ngadepinnya" ucap Rei mencubit gemash pipi ku,
"Rei ih.. iseng bgt sih!"
"maaf maaf.. " ucap Rei sambil mengelus pipi ku yang di cubit olehnya tadi,
"Rei..
"hmmm
"aku boleh pinjem bahu kamu sebentar gak?"
"boleh lah.. sini sini"
Akupun menyenderkan kepalaku di bahu nya, rasanya nyaman sekali sudah lama aku tak pernah merasakan kenyamanan seperti ini, di saat aku kehilangan semua org org yang aku cintai, pria yang berjanji akan menjadi pelindungku ternyata malah menjadi penjahat paling kejam dalam hidup ku,
Hal itu juga yang membuat ku tak mudah percaya lagi dengan pria.., termasuk dengan Rei karena dulu Mas Dian juga sama seprti Rei sangat baik dan selalu berbicara banyak hal manis, namun nyatanya??
Tanpa sadar air mata ku menetes dan aku cepat cepat menghapus air mata itu sebelum Rei menyadari jika aku menangis,
"kalau mau nangis nangis aja jangan di tahan tahan.. aku tau kq kalau kamu capek.." ucap Rei merangkulku, aku tak bereaksi dan aku hanya diam saja namun mendengar kata kata terakhir Rei ntah kenapa membuat air mata ku malah meleleh dengan derasnya.. benar benar kata Rei.. aku capek, capek banget.. rasanya hidup ini gak adil sama aku..
Aku cukup lama menangis di bahu Rei.. dan kami tak membicarakan apapun hanya ada aku yang menangis senggugukkan dan Rei yang mengelus elus kepalaku dengan lembut,
Aku menghapus air mataku dan melepas rangkulan Rei lalu menghadap ke arahnya
"udahan nangis nya?" tanya Rei sambil menghapus sisa air mata di pipiku,
"mmh udah, makasih yah udah mau minjemin bahu kamu.."
"iyah sama sama.. lain kali gak perlu pakek izin segala oke!"
Aku hanya tersenyum membalas ucapan Rei, jam menunjukkan pukul 2 siang kami memutuskan untuk pamit balik ke jakarta,
"Rei bali ke jakarta dulu yah pak buk.. ntar kapan kapan Rei ajakkin Calon mantu ini ke sini lagi dech" ucap Rei sambil cengengesan
"hahaha iyah iyah hati hati di jalan Rei jangan ngebut bawa mobilnya" ucap pak Hans
"gimana mau ngebut pak... org jalanan macet gitu" sahut Rei,
"Zalia pamit yah buk pak.. sehat sehat ibuk sama bapak" ucapku sambil menyalami tangan kedua org tua Rei,
"duuh.. jarang jarang nih ada anak gadis sesopan ini sama org tua ibu harap kita sering sering ketemu nanti kedepannya yah" ucap bu Arini sambil memelukku
"iya buk.. kalau ada wqtu lagi ntar Zalia main kesini lagi, di sini enak suasananya nyaman kalau gak takut ke sorean Zalia masih betah di sini" jawab ku membuat bu Arini tersenyum
"wah ibu seneng bgt kalau kamu betah di sini.. y udah kalian hati hati di jalan yah.. Rei.. jagain Zalia jangan sampai ada apa apa sama Zalia oke.."
"sip mah.. Rei bakalan jagain Zalia.. bahkan nyamuk aja gak bakal berani gigit Zalia kalau ada Rei, ya udah kita pamit dulu"
Setelah pamit kami pun masuk ke mobil dan mobil perlahan keluar meninggalkan lingkungan rumah yang super nyaman itu,
Ibu bapak Rei.. maaffin aku yah jika kenyataannya aku dan Rei belum seperti yang kalian bayangkan, kalian baik bgt ngeliat kalian yang tulus ke aku ngebuat aku rindu sama ibu dan bapak ku kalau mereka masih hidup sekarang pasti aku gak akan semenyedihkan ini, setidaknya masih ada tempat ku untuk pulang di saat aku tersakiti seprti sekarang ini..
Bersambung..