DUA PULUH DELAPAN

1271 Kata

Sejak mereka tiba di ballroom tempat acara diadakan, tangan Benny belum beranjak dari pinggang Dewi. Ke mana pun mereka berjalan, siapa pun yang mereka temui, Benny menempel pada Dewi seperti lintah yang tak mudah dilepaskan. Biasanya, Benny selalu memburu langkah mereka ketika berjalan bersama. Namun, malam ini, Benny tak sekali pun mengeluh ketika harus berjalan perlahan, menyesuaikan langkah Dewi yang mengenakan jarik. Kedekatan mereka rupanya juga diperhatikan oleh Mami –yang setengah menyeret Papi untuk menemui putra dan menantunya. “Mami, Papi,” sapa Dewi dengan sopan. Perempuan itu memeluk kedua mertuanya, sedangkan Benny hanya bergeming. “Kamu jadi punya ekor hari ini, Wi? Papi lihat dari tadi ada anak yang badannya gede ikut kamu ke mana-mana,” seloroh Papi sambil melirik Benny

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN