Brak! Suara gebrakan pintu apartemen, yang dibuka secara kencang, hingga membentur dinding, membuat seorang wanita paruh baya yang tengah menyiapkan makan malam untuk suami, dan anak-anaknya seketika terperanjat. Ia matikan perapian, lalu berlari menuju ruang tengah. Begitu juga dengan suaminya, yang baru saja keluar dari walk in closet. “Rash! Lo harus pikirin mateng-mateng. Lo gak bisa–“ Belum sempat Aresh melanjutkan perkataannya, sang ibu yang sudah berada di ruang tengah, dan nampak kebingungan dengan sikap putra pertamanya, tiba-tiba meraih tangan Aresh, hingga pemuda itu menghentikan langkah kakinya. “Ada apa?” tanya Shana, menyelidik. “Bun, cegah Arash. Aresh mohon. Cuma Bunda yang bisa hentiin ide gila Arash,” pinta Aresh, memohon. “Arash kenapa?” Kini giliran Nathan ya