Chapter 5

3022 Kata
Angel temenung lesu. saat pulang kemaren, Kedoknya terbongkar dan Mike mendengar rekaman yang selama ini ia buat. Setelah kepergian Mike saat mengetahui kenyataan tersebut, Angel tak pernah bertemu Mike sampai hari ini. Itu terhitung semenjak dua hari yang lalu. Ponsel Mike pun juga mati. Angel sudah mencoba menemui Mike di rumah sakit tapi seolah sengaja disembunyikan, Mike sangat susah untuk di temukan. "Gimana? Udah bisa ketemu Mike?" Angel hanya menggeleng pasrah saat Amanda bertanya padanya. Ketiga sahabatnya itu sudah meminta maaf pada Angel pasca insiden pengiriman pesan tersebut. "Gue nyesel Manda. Kenapa gue harus bikin taruhan gila itu" sesal Angel yang lagi-lagi hanya bisa menangis. "Biarkan saja dulu. Biarkan dia menenangkan diri. Mungkin karena dia shock. Setelah semua tenang, gue dan yang lainnya bakal bantuin Lo buat nyari Mike. Tapi gue mau tanya satu hal sama Lo!" Angel yang memang sendirian di sana karena Chelsie dan Richel sedang ke toilet langsung menegang melihat raut wajah Amanda yang berubah. "Tanya apa?" "Selama Lo ngelakuinnya sama Mike, Mike nggak pernah buang di dalam kan?" Deg!! Angel terdiam. Detak jantungnya berpacu semakin cepat. Tapi sepersekian detik kemudian, Angel langsung menormalkan ekspresi wajahnya. "Nggak. Selama gue sama Mike lakuin itu, Mike selalu pakai pengaman." bohong Angel. Dia tak mau jika nanti semuanya membuahkan hasil, ada orang yang mengatakan pada Mike kalau dia hamil. "Syukurlah. Kalau ada, bisa jadi Lo bisa hamil Ngel." Angel hanya mengangguk pelan menyetujui ucapan Amanda. ***** Sebuah rumah mewah bahkan super mewah terpampang di depan mata Angel. Tapi bukan rumahnya yang Angel inginkan, tapi pemilik rumah tersebut. Ya, Angel kini berada di rumah orangtua Mike. Setelah memantapkan diri untuk mencari Mike di rumah itu, Angel akhirnya memutuskan untuk mencoba menemui lelaki yang sudah mengisi hatinya dan rahimnya dengan calon anak mereka. Angel datang dengan Tangan yang menggenggam sebuah benda pipih yang dikenal masyarakat umum dengan testpack. Dua minggu setelah kejadian itu, Angel merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bermodal tiga buah testpack Angel melakukan pengetesan dan ternyata hasilnya positif. Entahlah saat itu dia harus senang atau sedih. Setelah menarik nafas dalam, Angel melangkahkan kakinya masuk dan menekan bel yang ada di depan pintu utama. Cukup lama Angel menunggu sampai Nyonya Gerald keluar dan terkejut dengan keberadaan Angel di depan rumahnya. "Mau apa lagi anda kesini?" tanya Nyonya Gerald sinis. Melihat reaksi nyonya Gerald terhadapnya, sudah dipastikan bahwa wanita itu tahu kondisi hubungan anaknya dan Angel. "Sa...saya ingin bertemu Mike. Sa...." "Nggak bisa. Dia jijik dengan Anda. Dan sayapun jijik. Jalang murahan seperti anda ini tak pantas dengan anak saya." Angel merasakan dadanya seolah ditusuk oleh benda tak terlihat. Sakit tapi tidak berdarah. "Maaf Mom tapi...." "Jangan sebut panggilan itu dengan mulut Jalangmu. Kau dengar?" Angel meremas kuat testpack yang tadi dipegangnya. Ulu hatinya nyeri bahkan membuat tubuhnya menggigil. "Saya memang jalang, Saya tahu." "Jadi kamu sudah sadar kalau kamu jalang murahan, Haaaa! bahkan mungkin lebih murahan dari jalang yang menjajalkan k*********a pada setiap lelaki di jalan raya." hancur. Hancur sudah hati Angel. Aku tak semurahan itu. Aku hanya ingin bertemu ayah dari anakku. Batin Angel menjerit pilu. "Saya hanya mau ketemu Mike Nyonya." "Mike tidak akan sudi ketemu kamu." "TAPI SAYA INGIN BERTEMU DIA!" kali ini Angel membentak keras sampai dia rasakan sebuah tangan melayang di pipinya. Dunia Angel serasa hancur saat tahu siapa pemilik tangan itu. "Mike..." "Jangan pernah Lo maki ibu gue seperti tadi jalang sialan. Kau hanya p*****r murahan yang tak tahu malu!" Angel masih bertahan saat yang mengatainya jalang adalah ibunya Mike. Tapi apa jadinya jika Mike sendiri yang mengatakan itu padanya. Sekuat tenaga Angel menahan air matanya agar tidak jatuh. Wanita itu mundur beberapa langkah sembari terus menatap mata Mike yang datang entah dari mana. Mata tajam yang syarat akan kebencian. Bukan tatapan Mike yang lembut penuh cinta. Angel menggenggam sepenuhnya benda pipih itu mencoba menyembunyikannya dari Mike. Sekarang aku tahu Mike. Bahwa seorang Mike tak akan pernah mau mendengarkan penjelasan orang lain. Aku akan jaga anak ini baik-baik. Sebisa mungkin dia akan aku sembunyi dari kalian. Aku p*****r, itu artinya kalian juga akan menganggap anak ini seperti p*****r. Angel langsung memutar tubuhnya dan pergi menjauh keluar rumah. Semuanya hancur. hati dan kepercayaannya hancur. Angel berhenti sejenak sembari memegangi perutnya karena wanita itu merasakan keram yang amat membuat sakit. Dengan terus menarik nafas dan menghembuskannya pelan, angel meraba perutnya dan membelainya lembut. "Sayang... Ini ibu nak. Mulai hari ini, ibu yang akan jagain kamu. Ibu akan menjadi sosok ibu dan ayah sekaligus untukmu. Kita akan pergi, jika kamu besar nanti, jangan tanyakan ayahmu padaku. Aku hanya bisa menjawab 'ayahmu sudah mati'" Ajaibnya, keram yang tadi tak tertahankan oleh Angel, langsung lenyap seketika membuat Angel meraung sejadi-jadinya. Apa ini tanda dari anaknya kalau anaknya setuju dengan ucapannya. Tenang sayang, ibu akan menjagamu. ***** "Mike...." "Mom...Mom, aku menamparnya. Aku menamparnya Mom!" lirih Mike yang langsung dipeluk oleh ibunya. Mike tampak sangat kacau sesaat setelah Angel pergi. Tamparannyalah yang membuat lelaki itu sangat terpuruk sekarang. "Aku menamparnya dengan tanganku sendiri. Mom, tangan kurang ajarku ini sudah menamparnya."Nyonya Gerald hanya bisa menangis melihat kondisi anaknya. Melihat Mike yang terpuruk memperkuat instingnya sebagai ibu jika Mike sudah mencintai Angel. Deliapun melihat kejadian itu. Dia ikut menjadi saksi hidup bagaimana terpuruknya Mike dua minggu ini. Dia juga berusaha membujuk Mike tapi tak bisa. Gadis kecil itu berlari keluar sekencang mungkin berharap dia bisa menemukan Angel. Dan benar, Delia melihat sosok Angel tengah terduduk di pinggiran jalan. "kak Angel!" teriak Delia membuat wanita itu kaget dan langsung menoleh ke sumber suara. "Delia? " "Kak, maafin Kak Mike. Dia nggak sengaja nampar kakak. Kak Mike tengah menangis sekarang. Delia mohon kakak balik. Maafin kak Mike kak." pinta anak itu sembari menangis memohon pada Angel. "Delia nggak pernah liat kak Mike seterpuruk ini sebelumnya. Delia janji nggak akan cemburu lagi, nggak akan marah-marah lagi kalau kakak dekat dengan kak Mike, nggak akan jutek-jutek lagi sama kakak. Tapi Delia mohon balik ke rumah lagi Kak. Liat kondisi Kak Mike sekarang. Kak Mike histeris karena sudah nampar kakak, dia mengutuk tangannya sendiri. Mommy juga ikut menangis melihat kondisi kak Mike. Delia Mohon kak Bantu kak Mike. Delia mohon!" Angel terperangah mendengar ucapan Delia bahkan gadis kecil itu sampai berlutut memohon pada dirinya. Mike terpuruk? Apa benar? Tapi tadi tatapan matanya penuh amarah. "Kak??" "Maafin kakak Delia. Kakak nggak bisa." Angel mengakhiri ucapannya dan berniat pergi meninggalkan Delia yang tengah berlutut. "Kak Mike lukai dirinya sendiri sebelum Delia ngejar kakak ke sini. Kak Mike tinju kaca-kaca di rumah pake tangan yang tadi dia gunakan buat nampar kakak. Tangan kak Mike kini penuh luka sobekan. Delia mohon kak!" Waaww..Aktingmu bagus Delia. Kakak tampan, pastikan kalau kau mentraktirku jika aku bisa membuat kak Angel balik lagi. - batin Angel tertawa geli. "Apa Mike baik-baik saja?" GOTTCHAAA.... "Tidak...tidak kak...kak Mike sedang tak baik-baik saja. Dia benar-benar kritis. Setiap malam dia selalu menangis, memimpikanmu, memanggil namamu." Kau gila Delia. Sejak kapan kak Mike seperti itu. "Mike...." tanpa sadar Angel langsung berlari kembali menuju rumah Mike. Melupakan janjinya yang tadi berniat menyembunyikan anak yang ada dalam perutnya dari Mike. Sedangkan Delia langsung melompat kegirang dan segera menyusun daftar apa-apa saja yang akan dia minta nanti pada kakaknya sembari ikut berlari mengejar Angel. ******* BRAAAKKK "MIKE!!!!" Mike yang sedari tadi masih menyalahkan dirinya langsung melepaskan pelukan sang ibu dan melirik ke arah suara Angel. "Angel? Kamu...." "Mana yang sakit? Kenapa pukul kaca segala. Kenapa nyakitin diri sendiri? Mana yang sakit? Mana tangan kamu yang sobek? Mana....." "Ssssstttt... Hey...." Angel benar-benar panik sampai dia sendiri tak bisa memperhatikan bahwa tak ada yang luka di tubuh Mike. Angel yang terlalu panik bahkan tak menyadari tangan Mike yang dia katakan berdarah itu sudah dipegangnya dan tak ada darah sedikitpun. Nyonya Gerald? Jangan ditanya. Wanita itu langsung melotot kaget melihat Angel yang datang seperti orang kesurupan. "Hiksss.. Hikssss... Delia bilang kamu mencoba menyakiti dirimu. Delia bilang kamu memukuli kaca-kaca di rumah karena sudah menamparku. Delia bilang..hiksss..hikssss...delia...uwaaaaaaa hiksss..hiksss..." Mike langsung menatap Delia yang baru saja tiba dengan nafas ngos-ngosan. "Kenapa?" tanya Delia acuh. "Bicara apa kamu pada Angel?" "Ooo.. Delia bilang kalau kakak Mike mau bunuh diri. Hehehe" "APA???" teriak Mike dan Nyonya Gerald bersamaan. Sedangkan Angel menatap bingung kedua orang yang baru saja berteriak tadi. Awalnya Mike menganggap Delia terlalu berlebihan, tapi setelah melihat kedipan mata dari Delia akhirnya Mike sadar kalau itu hanya akal-akalan Delia untuk membuat Angel kembali. "Kakak akan mentraktirmu!" ucap Mike dengan senyum misteriusnya yang langsung di balas oleh Delia. Sedangkan nyonya Gerald hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua anaknya ini. ***** "Aku nggak kenapa-kenapa Angel." bujuk Mike karena Angel tak mau berhenti menangis. Walaupun Mike sudah menjelaskan kalau ucapan Delia hanya bohong. "Bawa Angel ke kamar dulu!" perintah Laura Mommynya Mike. Mike mengiyakan, tapi saat Mike ingin menggenggam tangan Angel agar wanita itu ikut denganya, Angel tiba-tiba menjauhkan tubuhnya hingga membuat Mike dan Laura terdiam. "Angel?" "Jangan! Kau akan jijik bila menyentuhku. Aku hanya jal....." "Angel..." Mike segera menghentikan ucapan wanita itu. Dia tahu dia salah karena sudah berkata kasar dengan Angel. Tak hanya Mike, Laura pun kehabisan kata-kata karena dia ikut menjadi pemeran yang mengatai Angel jalang. Angel menggeleng sambil tersenyum. "Tidak Mike. Nyonya Laura bilang kalau aku jalang menjijikkan yang murahan. Bahkan aku lebih rendah dari p*****r yang suka menjajakan kemaluanku pada lelaki di luaran sana." Mike yang mendengar ucapan itu dari Angel hanya bisa memejamkan matanya sembari menahan sesak di dadanya. "Mommy minta maaf Angel." sesal Laura lirih. "Tidak apa-apa nyonya, Saya memaklumi. Anak Nyonya seorang dokter terkenal. Dia bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dan bermartabat. Bukan seperti saya yang hanya seorang jalang." "ANGEL!!" suasana berubah menjadi mencekam. Laura sudah menangis, Angel masih mencoba menahan sesak di dadanya sedangkan Delia yang melihat sedari tadi hanya bisa terdiam. Dia tak mendengar perkataan itu. Perkataan yang baru saja Angel katakan. Apa benar Mommy Laura mengatakan hal keji itu pada Kak Angel? - batin Delia menelisik. Angel berdiri dan sekarang setentang dengan Mike. Lelaki itu menatap Angel penuh penyesalan dan maaf. Ribuan kata maaf kini ingin dia lontarkan pada Angel. Tapi apa Angel mau menerima. "Maaf..maaf..maaf..." lirih Mike "Aku memaafkanmu. Aku maafin kamu Mike, tapi...." Mike kembali terdiam. Dirinya kini harap-harap cemas menanti ucapan Angel selanjutnya. "Tapi, aku tak ingin kesalahan selanjutnya terulang kembali. Aku tahu aku yang salah di sini karena sudah jadiin kamu bahan taruhan. Dan Nyonya Laura benar, dia benar sudah mengataiku jalang murahan. Perempuan mana yang bisa dikatakan baik-baik jika menjadikan s*x sebagai taruhan. Jika ada pasti adalah seorang jalang yang menjijikkan. Dan itu aku. Aku termasuk di dalamnya." Mike menggeleng kuat. Dia ingin berteriak pada Angel kalau itu tidak benar. Mike mencoba mendekat tapi Angel justru mundur membuat Mike menghentikan langkahnya. "Aku memaafkanmu, sama denganmu aku juga ingin minta maaf. Aku minta maaf karena sudah melakukan hal gila itu. Dan sebagai gantinya ayo kita tak bertemu lagi" BBBAANG!!! Mike terdiam mematung mencerna kata-kata yang Angel ucapkan barusan. Hatinya tak bisa menerima keputusan yang Angel berikan padanya. Dua minggu tanpa Angel sudah membuatnya hampir gila walaupun dia yang bersembunyi. Sekarang berpisah dengan Angel kembali membuatnya harus merasakan sakit, dan dia tak mau itu terjadi lagi. Tamparannya pada Angel tadi semata-mata hanya karena emosi pada Angel. Karena wanita itu membentak ibunya, wanita yang sudah melahirkannya. "Aku mohon Angel aku minta maaf." Mike mempercepat langkahnya mendekati Angel dan meraih tangan wanita itu lalu memukulkan ke kepala dan juga pipinya "pukul aku!! Pukul aku seperti aku memukulmu tadi. Kau butuh pemukul? Aku akan ambilkan! Pukul aku sepuasmu Angle, aku mohon lampiaskan padaku sekarang!" mohon Mike. Lelaki itu terduduk bersimpuh di kaki Angel dengan tangan yang masih menggenggam jemari Angel. Angel tak bisa menahan tangisnya begitupun Mike yang kini menangis bersimpuh di hadapan Angle. "Aku mohooon" Lirih Mike terisak. Angel memejamkan matanya saat mendengar tangisan lirih Mike yang memohon padanya. Dia tahu tak mungkin ada lelaki yang menangis seperti ini kalau bukan karena orang tuanya dan juga karena wanita yang dicintainya. Angel kembali mengingat saat dia pertama bertemu Mike di apartemen Mike. Ini bukan salah Mike. Jika taruhan sialan itu tak ada, mungkin dia bisa mendekati Mike secara baik-baik. Tapi takdir berkata lain, dia tahu ini salahnya. Angel menatap lurus ke bawah. Menatap puncak kepala Mike yang tertunduk di bawahnya. Hatinya kembali pilu saat matanya menangkap bahu Mike yang bergetar menahan tangisnya. Mencoba meneguhkan hatinya, Angelpun melepaskan paksa genggaman Mike di jemarinya dan berlari sekencang mungkin tanpa mempedulikan teriakan Mike yang memanggilnya. "Angel, Angel kembali Angel. Angeeeeel!!!....AAAAAAAAAAAAAAAAA" Mike menangis bersujud meratapi cintanya yang berakhir seperti ini. Maafin aku sayang, maafin aku... Laura langsung berlari mengejar Mike dan memeluk anaknya itu dalam. "Kakak... Aku pastikan aku akan bawa kak Angel kembali ke sisi kakak." bisik Delia sembari terisak. Hatinya terluka melihat Mike seperti itu. ***** Mata bengkak, hidung merah, wajah kusam dan rambut acak-acakan. Seperti itulah rupaku saat ini. Setelah memutuskan pergi dari Mike, aku langsung pulang kerumah paman dan bibiku. Sejak umurku dua bulan, aku diasuh oleh paman dan bibi karena ibuku yang meninggal setelah melahirkanku dan ayah yang pergi entah kemana. Paman bilang, aku ditemukan menangis di kamar ibuku oleh tetangga. Mereka curiga karena rumah yang tampak gelap dan aku yang menangis tanpa henti. Setelah kejadian itu, aku diasuh sampai sekarang oleh pamanku. Bagaimana aku tahu ceritanya? Pamanku yang memberitahuku. Beliau tak mau menyembunyikan apapun dariku, jadi setelah umurku masuk sepuluh tahun, paman dan bibi langsung menceritakan itu padaku. Walaupun awalnya aku shock, tapi untunglah ada Iqbal anak paman yang seumuran denganku. Berkat dia, aku kembali tersenyum dan memulai untuk menatap dunia lebih baik lagi. Aku dan Iqbal tumbuh bersama, karena itu Iqbal tak pernah membatasi apapun yang menjadi miliknya untuk kumiliki juga, seperti mobil. Mobil yang kupakai itu milik Iqbal, itu hadiah ulang tahun dari kedua orang tuanya. Paman sendiri tak melarang aku untuk memakainya, bahkan paman malah berniat membelikan satu lagi untukku tapi kutolak. Kembali pada diriku. Aku menatap cermin yang kini tengah menampilkan pantulan bayanganku yang memang tampak sangat mengerikan. Huufff, bagaimana cara menghilangkan bengkak sialan ini..... "WOOOOIII KERBAAU PEMALAS..BANGUUN!!!" suara pintu yang digebuk cukup kuat membuatku sedikit telonjak kaget. Haaahh,,lagi-lagi lelaki kesepian itu membangunkanku seperi itu. Lelaki jangkung itu tak akan pernah berhenti berteriak kalau aku belum membukakan pintunya. Sampai pintu itu jebol, Iqbal akan terus menggedornya. "BUAAHAHAHHAHAHAH.......habis ngapain Lo? Habis perang? Parah banget tu muka." Sialan ni bocah. pagiku benar-benar sial. Setelah wajahku yang hancur seperti ini berkat menangis semalaman, kini si lelaki kardus ini malah mengejekku. "Diam Lo tokek!! Mau ngapain sih Lo?" aku mendengus kesal, pasalnya Iqbal belum berhenti tertawa. "Hahahahaha...tu wajah..hahahahah" "Iiiiii, ngeselin banget sih Lo." BRAAAKK!!! Aku tak peduli dengan Iqbal yang akan kaget dengan pintu yang tertutup keras di depannya. Pagiku benar-benar rusak. Cukup lama berselang, aku mendengar suara pintu yang terbuka kembali. Kulihat Iqbal masih dengan wajah gelinya. "Kalau Lo kesini cuma mau ledekin Gue, pergi sana. Nggak butuh." Ucapku jutek. "Jutek amat neng! Habis ngapain sih Lo? Bercinta? Mansturbasi? Nggak puas ya mainnya? Kenapa nggak panggil gue!" AUTHOR POV BUUKKK Iqbal meringis mendapat serangan bantal tiba-tiba dari Angel. Apa-apaan mulut pria ini. "Awww" "Dasar mulut ibuk-ibuk. Lebih heboh dari mak mak arisan brondong Lo. Heran gue. Keluar sana!! " "Cih! Gitu aja kesel Lo. Udah kayak wanita hamil Lo. Sensitive amat neng." "Berisik Lo!" "Makanya buruan turun! Mami sama papi udah nungguin di bawah. Dasar kerbau!" "Iiiiii, dasar laki-laki arisan" "Mending itu dari pada Lo, tante-tante kesepian..." "IQBAAAAAAAAL!" tawa Iqbal pecah saat dirinya sukses menjahiliku kembali. Membuat kedua orang tuanya geleng-geleng kepala di meja makan. Iqbal langsung diomeli maminya saat lelaki itu tiba di bawah. Tapi yang namanya Iqbal sudah bebal dengan omelan jadi itu hal biasa menurutnya. Tak lama berselang, Angel turun sembari menunduk dalam. Ronald paman Angel yang melihat itu langsung bertanya heran. "Kenapa nunduk Ngel?" "Habis diputusin pacar Pi, wkwkwkwk" ledek Iqbal membuat Angel berniat ingin membenturkan kepala Iqbal ke meja. "Nggak kenapa-napa Om" "Nggak kenapa-kenapa masa nunduk gitu." "Maklum Pi, matanya bengkak habis nangis." "Iqbal!!" bentak wanita itu sembari menatap tajam ke arah lelaki itu. Om Ronald seketika kaget melihat mata Angel yang benar-benar bengkak. "Ya ampun Angel, kenapa mata kamu bisa kayak gitu. Berapa lama kamu nangisnya?" tanya Om Ronald cemas. "Hehehe.. Nggak lama kok Om, lima jaman aja." "HAA?? Lima jam kamu bilang nggak lama?" Angel kembali tertunduk. Padahal tadi gadis itu sudah berniat mencairkan suasana, tapi sekarang kembali tertunduk. Awas Lo Tokek sialan... sementara di tempat lain, Mike tengah duduk di bangku singgasananya. Sebenarnya selain menjadi Dokter, Mike juga menjadi direktur utama Gerald Hospital. Wajah lelaki itu tak jauh beda dengan Angel. Kusut bahkan sangat kusut. "Kenapa lagi Lo? Gadis itu lagi? Siapa namanya? Angel ya?" tanya Bian sekaligus menerka-nerka. Mike menghela nafas sekali tapi kuat membuat suara hembusan itu terdengar di telinga Bian. "Parah banget Lo Men. Masa Mike Steves Gerald si Dokter tampan nan kaya raya galau cuma gara-gara satu cewek." ledek Bian yang langsung mengundang tatapan mematikan Mike untuk muncul. Mike menatap lelaki itu lekat dan tajam, seolah sedang mencari cara untuk menguliti Bian saat itu juga. "Kalau tujuan Lo ke sini cuma buat ngomong begitu, mending lo pergi. Nggak butuh gue." "Cciih..sok nggak butuh Lo. Mending kita Clubbing!! Siapa tahu bisa nemu cewek seksi di sana. Ngilangin penat sambil nusuk satu lobang kan nikmat Coy!" Mendengar penuturan Bian, Mike langsung meraih pena yang ada di atas meja dan melemparkannya tepat mengenai kepala Bian membuat lelaki itu mengaduh. "Sekali lagi ngomong gue gorok Lo" "Uiidiih, sadis amat Om!" "Berisik Lo. Pergi sana!" "haaaahh.. Mau sampai kapan Lo begini. Mending Lo cari dia." "Dia udah buang gue Bro!" "Dari hatinya nggak?" "Haaahh..entahlah." "Pastiin lagi. Kalau dia takdir Lo, Dia pasti bakal balik lagi sama Lo." "Tapi sampai kapan gue mesti nunggu buat tahu dia jodoh gue atau bukan." "Sampai ayam bisa nunggingin pantatnya ke arah langit. Wkwkwkkw" "Sahabat laknat Lo" Bian tertawa tanpa henti membuat Mike jengah. Lagi-lagi Mike termenung memikirkan nasip cintanya dengan Angel. Apa yang harus dia lakukan..haaaahh...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN