Daniel menggendong Carlise yang tidur begitu pulas. Ia memperlakukan Daniel dengan begitu embut dan penuh kehati-hatian agar menjaga Carlise tetap pulas dalam tidurnya. Daniel memberikan isyarat pada Jonas, yang tak lain adalah bawahan yang selalu mendampinginya dan yang paling setia. Jonas yang mengerti dengan isyarat Daniel segera membukakan pintu mobil yang sudah bersiap untuk membawa mereka ke kediaman Yakov, kediaman di mana dulu kakek dan nenek Daniel tinggal. Tempat di mana mama dan papanya mengikrarkan janji suci mereka. Intinya, Daniel akan membawa Carlise untuk tinggal di kediaman Yakov yang bersejarah dan tentunya memiliki keamanan tingkat tinggi.
Tentu saja, bagi Daniel, tidak ada tempat paling aman baginya selain kediaman Yakov untuk ia jadikan tempat tinggal bagi Carlise. Toh, dirinya sendiri pun sudah mediskusikan hal ini dengan kedua orang tua Carlise. Keduanya juga sepakat mengizinkan Daniel untuk membuat Carlise tinggal di kediaman milik keluarga Daniel yang berada di Rusia. Keduanya lebih dari yakin, jika Daniel pasti bisa lebih melindungi Carlise, jika mereka tinggal bersama. Kepercayaan penuh jugalah yang membuat Baskara dan Kartika percaya jika Daniel tidak akan berbuat macam-macam pada putri mereka yang manis.
“Stt, tidurlah,” bisik Daniel lembut saat Carlise menggeliat seakan-akan tidak nyaman dengan apa yang tengah dilakukan oleh Daniel, yang sebenarnya tengah mengupayakan untuk mencari posisi paling nyaman bagi Carlise.
Daniel memberikan isyarat pada Jonas yang mengemudi secara pribadi untuk tuannya. Daniel menghela napas lembut saat melihat Carlise yang meringkuk dengan nyaman di atas pangkuannya. Rasanya, sudah sangat lama Daniel bisa memperlakukan Carlise seperti ini. Semenjak masuk sekolah menengah pertama, Carlise seakan-akan menjaga jarak dengan Daniel. Hal tersebut terjadi karena Carlise kesal dengan godaan teman-temannya karena dirinya diperlakukan seperti anak kecil oleh Daniel yang mereka sebut sebagai om-om. Sialan memang, pikir Daniel.
Untung saja, Daniel sudah memberikan pelajaran pada para anak yang sudah melakukan hal yang menyebalkan itu. Daniel kembali melirik wajah Carlise dan mengelus pipinya dengan lembut, membuat Carlise semakin nyaman dalam tidurnya, dan menempelkan pipinya semakin lekat pada d**a bidang Daniel yang kini berubah menjadi bantal paling nyaman baginya. “Aku yakin, tidak memerlukan waktu terlalu lama hingga kau menyadari isi hatimu sendiri, Lise,” bisik Daniel lalu menanamkan sebuah kecupan pada kening Carlise.
“Tuan, maaf saya menyela,” ucap Jonas tiba-tiba.
“Ada apa?” tanya Daniel masih dengan kedua netra biru dingin yang tertuju pada Carlise yang tampak begitu tenang dengan dunia mimpi yang tengah ia arungi.
“Ada beberapa hal yang harus saya laporkan mengenai gudang,” jawab Jonas singkat dan tentu saja dimengerti oleh Daniel.
“Kalau begitu tahan laporanmu dulu. Untuk sekarang mengemudilah dengan baik.” Daniel memberikan perintah mutlak yang tentu saja harus dipatuhi sepenuhnya oleh Jonas sebagai bawahannya.
Jonas mengangguk mengerti dan fokus untuk mengemudi dengan sebaik mungkin. Ia tentu saja tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun, apalagi saat ini di dalam mobil juga ada Carlise. Sosok yang sangat dijaga oleh Daniel, dan tidak ingin membuat Daniel marah karena mengganggu tidur sang nona muda. Jonas membuktikan jika dirinya bisa bekerja dengan sangat baik dan mengemudi hingga tiba di kediaman Yakov yang mewah dan begitu megah.
Jonas membukakan pintu mobil dan mempersilakan sang tuan utuk melangkah terlebih dahulu masih dengan Carlise yang tidur di dalam gendongannya. Jonas memberikan isyarat pada para pelayan yang menyambut, agar tidak menimbulkan suara yang kemungkinan akan membangunkan Carlise. Untungnya, para pelayan yang menyambut memang pelayan yang sudah sangat berpengalaman hingga mengerti dengan isyarat yang diberikan oleh Jonas. Ia mengikuti langkah Daniel yang tampak begitu tegas menuju sebuah pintu besar. Jonas maju dan membukakan pintu tersebut.
Lalu terlihatlah sebuah kamar mewah yang dihias sedemIkian rupa dan siapa pun yang melihatnya pasti dengan mudah menyimpulkan jika kamar tersebut adalah milik seorang gadis manis yang cantik. Daniel sendirilah yang mendesain dan menghiasnya dengan teliti, secara Daniel lah yang paling mengerti Carlise serta bagaimana selera sang gadis manis tersebut. Daniel membaringkan Carlise di atas kasur lembut yang berukuran gueen size, yang dilapisi seprai lembut yang membawa kesan mewah. Daniel mengatur suhu dan kelembapan ruangan tersebut sebelum menyelimuti Carlise.
Sebelum meninggalkan Carlise sendirian, Daniel kembali memastikan semuanya berada di tempat yang benar. Daniel menanamkan sebuah kecupan pada kening Carlise dan berbalik dengan Jonas yang mengikutinya dalam diam. Keduanya melangkah menuju sebuah ruangan yang difungsikan sebagai ruang kerja bagi Daniel di kediaman Yakov tersebut. Daniel duduk di kursi kerjanya, sementara Jonas meletakkan sebuah tablet di depan Daniel. “Ada kerusakan pada beberapa produk yang kita kirim, dan itu membuat konsumen kita meminta ganti rugi,” ucap Jonas membuat Daniel mengernyitkan keningnya dan membaca laporan tersebut dengan penuh konsentrasi.
“Bukankah setiap akan mengirim pesanan, kau bertugas untuk memeriksa kualitas dan keamanan pengemasannya? Lalu kenapa bisa ada barang yang berkualitas rendah seperti ini?” tanya Daniel sembari menatap Jonas.
“Saya sudah bekerja dengan semestinya dan memeriksanya dengan teliti. Semuanya sudah sesuai dengan pesanan dan standar kita, jadi saya sendiri tidak mengerti bagaimana bisa ada kerusakan seperti ini setelah barang sampai di tangan konsumen,” jawab Jonas menjelaskan situasi.
Daniel menyandarkan punggungnya masih dengankening mengernyit. “Untuk sekarang, berikan ganti rugi. Tapi bukan dengan bentuk produk yang mengalami kerusakan, melainkan dengan sejumlah uang. Untuk saat ini, lebih hati-hati. Jangan menerima pesanan apa-apa lagi, lalu urus saja pesanan yang sudah lebih dulu kita terima. Saat pengiriman barang, kau harus ikut untuk mengawasi. Aku yakin, jika ada sesuatu yang akan kita temukan nantinya. Lalu, ada masalah apa dengan gudang? Kenapa kau mengunkit masalah itu saat ada Carlise di sana?”
Jonas memucat. Ia memang salah mengungkit masalah gudang saat Carlise bersama mereka. Meskipun Carlise tengah tidur pulas, tidak ada yang bisa memastikan jika Carlise tidak akan terbangun saat mereka tengah membicarakan hal yang paling rahasia.
“Maaf, Tuan. Saya bersalah karena tidak memperhatikan apa yang seharusnya saya lakukan. Tadi saya benar-benar terdesak untuk segera melaporkan keadaan pada Tuan,” ucap Jonas.
Daniel terdiam, tetapi netranya yang tajam menyorot dingin pada Jonas. Tentu saja Jonas tahu jika dirinya sudah melakukan kesalahan yang cukup fatal, tetapi dirinya benar-benar tidak sengaja melakukan hal tersebut. Karena situasi, Jonas tidak bisa menahan diri untuk melaporkan situasi secepat mungkin pada Daniel. “Sekali lagi saya mohon maaf, Tuan,” ucap Jonas lagi.
“Ingat Jonas, aku bukan orang baik yang akan mempertahankan seseorang yang melakukan kesalahan, walaupun orang itu adalah orang yang sangat setia padaku.” Peringatan yang diberikan oleh Daniel tersebut diangguki oleh Jonas. Setidaknya, saat ini Jonas merasa sedikit lega karena Daniel memberikan kesempatan lagi pada dirinya, walaupun Daniel memberikan peringatan keras yang tentu saja bukanlah sesuatu yang main-main.
“Jadi, apa yang terjadi pada gudang?” tanya Daniel setelah puas memberikan intimidasi pada bawahannya. Tentu saja Daniel harus segera mendengar kabar tentang gudangnya, sebelum dirinya memikirkan solusi untuk masalah yang terjadi.
“Salah satu gudang kita yang berada di perbatasan ternyata sudah diselidiki oleh para polisi,” ucap Jonas.
“Apa mereka sudah berhasil mengendus tempat itu?” tanya Daniel.
Jonas menggeleng. “Untuk saat ini, mereka belum menemukan letak pastinya. Namun, jika dibiarkan seperti ini terus menerus, lokasi gudang kita pasti akan segera ditemukan.”
“Aku mengerti. Apa kau sudah menghubungi para petinggi?” tanya Daniel.
Hal yang sangat wajar bagi Daniel untuk membuat sebuah relasi kuat dengan para petinggi, baik dalam perusahaan atau dalam pemerintahan yang sudah bekerja sama dengannya. Tentu saja, kerja sama tersebut tidak sepenuhnya karena rasa sukarela. Terhitung cukup banyak orang yang bekerja sama dengan Daniel karena terpaksa, sebab Daniel memegang rahasia terbesar mereka. Daniel sendiri merasa, sebuah rahasia adalah senjata terbesar bagi seorang musuh. Karena itulah, untuk mengalahkan atau menaklukan targetnya, Daniel selalu mengincar kelemahan lawannya yang salah satunya adalah rahasia yang mereka miliki.
“Sudah, Tuan. Tapi sepertinya mereka belum berhasil untuk menutup kasus ini,” jawab Jonas.
“Ah, kalau begitu, aku sepertinya harus memberikan peringatan keras pada mereka,” ucap Daniel penuh arti.
Daniel menyeringai dan mengankat pandangannya. “Sudah berapa persenkah persiapan pembukaan cabang casino kita?” tanya Daniel.
“Sekitar 80%, Tuan. Akhir minggu ini, sepertinya kita bisa membukanya secara resmi.”
Daniel mengangguk. Ia menyangga dagunya dengan kedua tangannya yang terjalin. Sosok pria dewasa dengan aura yang menakjubkan tersebut menyeringai. Netra birunya yang tajam tampak berkilat dengan kejam, tanda jika dirinya sudah merencanakan sesuatu yang tentu saja sama sekali tidak akan baik bagi beberapa pihak yang sudah berani membuatnya berada dalam suasana hati yang buruk. “Kalau begitu, persiapkan semuanya dengan sebaik mungkin. Lalu, jangan lupakan untuk mengundang semua kolega terhormat kita, Johan.”