Peringatan
Alunan melodi yang membuai terdengar siap menghipnotis semua orang yang mendengarnya. Namun, alunan melodi tersebut sepertinya kalah memukau dengan sosok anggun yang kini dengan gemulainya membawakan sebuah judul tarian yang membuat semua orang enggan untuk berpaling. Di sana, di panggung yang megah, tampak seorang ballerina cantik yang fokus pada penampilannya yang menyentuh hati setiap penonton yang memenuhi …. mewah yang terkenal hanya bisa dimasuki oleh kalangan atas yang jelas memiliki uang yang tidak sedikit.
Pertunjukan balet tersebut diselenggarakan oleh sebuah akademi ballerina yang memang sudah terkenal selalu mencetak lulusan yang berhasil menjadi ballerina yang sukses. Salah satu ballerina yang digadang-gadang akan menjadi ballerina paling sukses adalah sosok ballerina yang saat ini tengah menari solo di atas panggul. Ballerina cantik itu bernama Carlise Odelia Sequis. Sosok ballerina yang disebut memang terlahir untuk menjadi penari yang hebat.
Carlise tampak tersenyum dan melakukan putaran sempurna penuh emosi yan membuat skirt yang ia kenakan mengembang dengan cantiknya di udara, membuat semua orang untuk kesekian kalinya terpukau hingga tidak sadar jika pertunjukan tersebut telah usai. Saat music berhenti dan Carlise kembali pada posisi siap lalu memberikan penghormatan pada penonton, saat itulah pada penonton yang terdiri dari para tamu undangan yang terhormat berdiri untuk memberikan apresiasi setinggi-tingginya.
Carlise pun tersenyum bahagia. Sebagai seorang ballerina, tidak ada hal yang lebih membahagiakan saat tarian kalian diapresiasi dengan begitu tinggi seperti saat ini. Carlise membungkuk berulang kali pada para penonton. Saat ada beberapa penonton yang turun dan memberikan buket bunga, kebahagiaan Carlise semakin menjadi. Tentu saja Carlise tidak menolak pemberian tersebut. “Kamu benar-benar sangat memukau, Carlise. Tidak salah rasanya saat aku menamai diriku sebagai fans besarmu,” ucap pria bernama Faro. Pria yang tidak pernah absen menonton pertunjukannya.
“Terima kasih, Faro. Ah, aku permisi dulu. Pelatihku memanggil,” ucap Carlise lalu segera turun dari panggung.
Kebahagiaan Carlise masih melekat saat dirinya turun dari panggung. Hari ini dirinya benar-benar senang. Latihannya selama dua bulan penuh benar-benar terbayar dengan sempurna. Carlise yang menari solo bisa mendapatkan apresiasi tinggi dari penonton yang tak lain adalah para penikmat seni yang jelas memiliki standar penilaian yang tinggi. Carlise menemui pelatihnya yang bernama Elvira. “Kerja bagus, Carlise. Jika seperti ini terus, kamu pasti akan bisa ditetapkan sebagai penari utama untuk tahun ini,” ucap Elvira.
Carlise yang mendengarnya tentu saja bahagia. Menjadi penari utama, itu berarti dirinya akan selalu menjadi pusat perhatian di setiap pertunjukan yang diselanggarakan nantinya. Carlise yang membayangkan hal itu, tentu saja merasa bahagia. Selama ini, Carlise adalah penari junior. Ia sibuk untuk mengikuti berbagai kompetisi sebelum menjadi seorang penari tetap di sebuah pementasan. “Benarkah? Itu terdengar sangat menyenangkan, Cici!” seru Carlise tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
Elvira mengangguk. “Tentu saja. Tapi kamu masih tetap perlu berlatih. Latihanmu bahkan harus lebih keras daripada biasanya, karena pemilihan ballerina utama akan segera berlagsung,” ucap Elvira.
“Aku akan mengingatnya, Cici.”
“Ah, kalau begitu sekarang pulanglah. Bagianmu sudah selesai. Apa hari ini kamu dijemput? Jika tidak, mari pulang dengan Cici,” ucap Elvira memberikan tawaran untuk menumpang.
Namun, ternyata Carlise menggeleng menolak tawaran Elvira. “Tidak perlu, Cici. Hari ini aku dijemput Ayah.”
Elvira yang mendengarnya tersenyum. “Wahwah, ayahmu memang sangat menyayangimu. Setiap hari ia sama sekali tidak melepasmu untuk berangkat atau pulang sendiri,” ucap Elvira menggoda.
Carlise pun tertawa. “Bagaimana mungkin Ayah tidak menyayangiku, jika aku adalah seorang putri yang sedemikian cantik dan menggemaskan,” seloroh Carlise yang membuat Elvira ikut tertawa bersama anak didiknya tersebut.
Carlise dan Elvira berpisah. Elvira segera pulang karena memang sudah ditunggu oleh suaminya, sementara Carlise memilih untuk masuk ke dalam ruang ganti yang sudah kosong karena rekan-rekannya sudah lebih dulu berganti pakaian dan pulang lebih dulu. Namun, begitu tiba di ruang ganti, Carlise tampak enggan berganti pakaian. Ia memilih duduk dan memainkan ponselnya. Ia tidak akan berganti pakaian dan hanya akan memakai mantel yang biasanya selalu dibawa oleh sang ayah.
Carlise menatap jam pada ponsenya dan mengeryitkan keningnya saat sadar jika ayahnya sudah terlambat, sangat terlambat malahan. Baiasanya, sang ayah selalu sudah tiba lima menit sebelum dirinya selesai pentas, tetapi kali ini ayahnya bahkan tidak muncul setelah lebih dari dua puluh menit. Carlise pun mulai berpikiran buruk. Ia pun berniat untuk menelepon sang ayah, tetapi belum juga terhubung, Carlise mendengar seseorang memasuki ruang ganti tersebut.
Carlise menoleh dengan ekspresi merajuk, karena berpikir jika itu adalah sang ayah. “Ayah kena—Uncle Daniel!” seru Carlise terkejut saat melihat pria lain, dan bukannya sang ayah di ambang pintu.
Pria yang berada di ambang pintu terlihat begitu dominan dengan tubuh tinggi, bahu lebar, rahang tegas, hidung tinggi dan netra biru yang tajam. Pria itu mendengkus dan berkata, “Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali untuk tidak memanggilku seperti itu?”
Carlise pun menggigit bibir bawahnya sembari merutuki refleksnya yang selalu memanggil Daniel, Om. Hal itu terjadi semenjak Carlise tahu berapa banyak perbedaan usia dirinya dan Daniel. Keduanya terpaut usia 10 tahun. Carlise saat ini berusia dua puluh tahun beranjak dua puluh satu satun, sementara Daniel tiga puluh tahun. Menurut Carlise usia Daniel saat ini sudah cocok untuk dipanggil om oleh dirinya.
Daniel mendekat dan bisa membaca apa yang dipikirkan oleh Carlise saat ini. Hal itu membuat Daniel mendengkus, ia melangkah dan secepat kilat mengubah posisi duduk Carlise. Kini, Daniel yang duduk di kursi sementara Carlise duduk si atas pangkuannya dengan posisi mengangkang. Tentu saja Carlise memerah. Ia sungguh malu, apalagi saat ini dirinya masih mengenakan pakaian balet yang ketat. “Uncl—maksudku Kak Daniel, lepas! Jangan seperti ini, nanti ada yang lihat!” seru Carlise.
“Tidak akan ada yang melihat, beberapa pengawalku ada di depan pintu, dan mereka akan memblokir siapa pun yang berniat menganggu kita,” ucap Daniel.
Wajah Carlise memucat, dan dirinya mulai menggigit bibirnya karena merasa cemas dengan apa yang akan dilakukan oleh Daniel selanjutnya. Ini bukan kali pertama Daniel memaksakan kehendaknya untuk melakukan kontak fisik seperti ini. Carlise tidak bisa menolak apa yang ingin dilakukan oleh Daniel, mengingat bagaimana perangai Daniel yang menurutnya sangat menyeramkan. Saat mengatakan pada orang tuanya jika Daniel menyeramkan, keduanya berpikir jika Carlise terlalu berlebihan.
Saat Carlise sibuk dengan pikirannya, Daniel pun mulai merasa geram. Daniel tidak suka jika Carlise bertingkah seperti ini. Daniel ingin Carlise tetap bersamanya, bukan hanya fisik, tetapi juga hati dan benaknya. Karena dorongan rasa kesal tersebut, Daniel pun mengulurkan salah satu tangannya ke belakang kepala Carlise dan menariknya untuk meraup bibir mungil Carlise yang menggoda untuk dikulum. Jelas Carlise terkejut dengan serangan mendadap Daniel ini.
Namun, Carlise sama sekali tidak bisa melepaskan diri. Tentu saja Daniel tidak akan membiarkannya begitu saja. Setelah beberapa saat, Daniel pun melepaskan ciumannya dan membuat Carlise terengah-engah. Daniel mengusap bibir Carlise yang memerah karena kulumannya. Pria tampan itu menyeringai dan berkata, “Ah, menyebalkan. Apakah kau merasakan sesuatu di bawah sana?”
Carlise mengernyitkan keningnya saat tidak mengerti arah pembicaraan Daniel. Namun, Daniel pun menekan pinggang Carlise untuk menekan posisi duduknya. Saat itulah wajah cantik Carlise memucat. Carlise sudah dewasa dan mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Daniel saat ini. Carlise gugup, dan merasa begitu cemas saat menyadari jika apa yang ia duduki saat ini mengeras dan terasa menusu-nusuk belahan bokongnya. Carlise pun berusaha untuk turun, ia takut jika Daniel melakukan hal yang lebih gila daripada ini.
Apa yang dilakukan Carlise tersebut tentu saja sudah terbaca oleh Daniel, ia kembali menahan Carlise dengan sebuah kecupan. Ya, hanya kecupan. Carlise menatap netra biru Daniel yang saat ini menyorot sedingin es. “Lise, ingat peringatanku. Jangan pernah berinteraksi dengan pria mana pun, termasuk dengan penggemar bodohmu. Jika sampai kau melakukannya lagi, aku akan pastikan jika kau akan menyesal. Jangan pernah bertanya, bagaimana caranya aku akan membuatmu menyesa. Karena jika kau tau, aku tidak yakin jika kau akan bisa tidur malam ini,” bisik Daniel tepat di hadapan bibir Carlise yang merekah indah.