Yuda berbohong saat dia mengatakan sedang rapat di ruang BEM, nyatanya pria itu sedang asik b******u dengan mahasiswi lainnya, suara kecapan kedua bibir itu menggema di ruang BEM. Hanya ada Yuda dan mahasiswi seksi itu.
"Ahhh, Yuda. Bagaimana kalau ada yang masuk dan lihat?” rintih sang mahasiswi yang saat ini sudah terbuka sebagian kancing kemeja bagian atasnya dan terpampang belahan bukit kembarnya.
"Tidak ada yang berani masuk kesini, Cantik." Yuda menurunkan bra berenda yang Putri pakai hingga kedua bukit kembarnya terlihat jelas. Dengan nafsu pemuda itu langsung melahapnya, menghisap seperti bayi kehausan.
"Ahhh ...," pekik Putri, meremas rambut ikal ketua BEM itu seraya meringis menahan rasa nikmat bercampur ngilu saat Yuda menghisap puncak bukit kembarnya begitu bernafsu.
Tapi kesenangan keduanya harus terhenti ketika bunyi pintu ruang BEM terbuka dengan kasar bersamaan dengan itu Yuda melepas hisapannya dan Putri menutup dadanya.
"Yu-Yuda ...." Seorang mahasiswa dengan kacamata tebal membuka pintu dan mendapati Yuda sedang berada di tengah kedua kaki jenjang sambil menikmati dua bukit kembar yang begitu besar, hingga beberapa detik Yuda melepas hisapannya dan berpaling menatapnya.
"Ck! Bisa gak kalau masuk itu ketuk pintu dulu?" maki Yuda pada salah satu anggotanya.
"Merusak kesenangan orang aja!" tambahnya bergumam sendiri sembari merapihkan menampilannya yang sedikit berantakan.
"Ada apa?” tanyanya pada si kacamata tebal.
"A-anak baru itu pingsan, kepalanya kenapa bola," jawabnya terbata karena canggung melihat mahasiswi yang di belakang Yuda sedang mengancing kemejanya.
"Zahwa?”
Mahasiswa kacamata itu mengangguk.
"Dimana dia sekarang?”
"Sudah di bawa ke ruang kesehatan."
Yuda langsung berlari, dia mengabaikan Putri yang masih berpenampilan berantakan karena ulahnya di ruang BEM itu.
***
"Kamu mau saya antar pulang?” Yuda menawarkan diri untuk mengantar Alexa pulang karena kondisi gadis itu masih terlihat lemah.
Alexa menggeleng.
"Saya bisa pulang sendiri," tolak Alexa, tidak ingin berurusan sama pria yang bernama Yuda.
"Tapi kamu masih lemah begini, yakin mau naik angkutan umum?"
"Iya," jawabnya singkat.
Tapi sayangnya penolakan Alexa tidak didengar. Yuda bersikeras mengantar gadis itu pulang.
Sepanjang jalan Alexa berpikir keras kemana dia harus pulang, pasalnya rencananya tidak sampai ada kecelakaan seperti ini. Di luar dari rencananya kepalanya terkena bola, pingsan lalu di antar pulang.
"Jadi di mana rumah kamu?” tanya Yuda ketika mobilnya keluar dari gerbang kampus.
"Heum, di ... Jalan Merpati," jawab Alexa seingatnya. Entah berkat dari mana tiba-tiba dia kepikiran rumah mbok Sumi. Pengasuh Revan-kakak laki-lakinya dan juga dirinya sewaktu kecil. Saat ini mbok Sumi sudah pensiun karena usia dan kondisi kesehatannya yang menurun.
"Ooo, di sana, aku tahu lokasi itu. Tapi kalau lewat jalan protokol sepertinya macet deh. Kita lewat jalan kampung aja ya," seru Yuda.
"Kamu tahu?”
"Ada map." Dengan bangganya Yuda mengeluarkan ponsel dan juga menyalakan aplikasi peta online yang sering dia gunakan. Karena sejujurnya Yuda itu buta jalan. Dia sok tahu karena Alexa. Tidak mau di anggap remeh oleh lawan jenisnya.
Tidak banyak yang Alexa dan Yuda obrolkan sepanjang jalan karena kondisi jalan yang butuh konsentrasi Yuda dalam menyetir. Macet sudah tidak bisa terelakkan karena sedang ada perbaikan jalan di sana sini.
"Ck! Salah belok gua!” gerutu ketua BEM itu.
Alexa mengulum senyumnya dia tahu sebenarnya Yuda tidak tahu jalan tapi memaksa.
Waktu sampai di rumah yang seharusnya cepat jadi lama karena mereka terjebak macet di jalan.
"Maaf ya," ucap Yuda seraya mengulas senyum.
"Gak apa, terimakasih ya sudah antar saya pulang. Kamu mau mampir?" balas Alexa.
Yuda melirik keluar jendela mobilnya, rumah yang tidak terlalu besar itu kemudian menggeleng.
"Mungkin next time gua mampir. Gua harus kembali ke kampus karena masih ada mata kuliah sore," tolak Yuda, beralasan masih ada mata kuliah padahal dia enggan mampir karena rumah Alexa yang tidak layak untuknya injak.
"Okay. Bye."
Alexa keluar dari mobil Yuda dan berdiri di depan gerbang rumah mbok Sumi. Tangannya melambai melepas kepergian mobil Yuda.
"Huft!” Alexa menghela napas panjang, lega karena Yuda tidak mau di ajak mampir.
Bibirnya mencebik dengan kedua pundak terangkat saat dia berbalik dan melihat rumah sang pengasuh. Pikirnya, tidak terlalu buruk tinggal di rumah itu. Penampakan bangunannya memang tidak mewah tapi dalamnya sangat nyaman. Rumah pemberian kedua orang tua Alexa untuk pengasuh yang sudah lama mengabdi di keluarga Ryuzaki tidak kaleng-kaleng, hanya saja mbok Sumi dengan kesederhanaannya tidak mau dibuatkan rumah yang mewah. Dia memilih rumah sederhana.
"Loh?! Non Lexa?" Betapa terkejutnya Sumi ketika melihat anak asuhnya datang dan masih berdiri di luar pagar.
"Mbok Sumi ...,” teriak Alexa, rindu. Karena sudah cukup lama tidak bertemu dengan sosok seperti ibu kedua baginya.
Alexa merentangkan tangannya kemudian memeluk Sumi dengan erat ketika keduanya bertemu di depan pagar.
"Kok tumben ke sini gak telpon dulu? Gak kasih kabar," tanya Sumi dengan kebingungannya.
"Aku kan mau kasih kejutan sama Mbok Sum," kelit Alexa.
"Heum, ya kamu memang selalu penuh dengan kejutan, Non. Eh, masuk yuk, kenapa kita jadi ngobrol di luar begini." Sumi tertawa kecil ketika menyadari dirinya dan anak majikannya malah bercengkrama di luar rumah.
"Non, sendirian?" tanyanya bersamaan kaki melangkah masuk bersama Alexa dalam rangkulannya.
"Iya sendirian."
"Silahkan duduk, Non. Non Lexa mau minum apa?”
"Gak usah repot-repot, Mbok. Tar aku ambil sendiri."
Sumi dan Alexa duduk berdua di sofa ruang tamu. Tinggal seorang diri membuat suasana rumah sepi. Sejak meninggalnya suami Sumi beberapa tahun lalu, rumah terasa berbeda.
"Mbok, aku kan sekarang kuliah di kampusnya Papa." Alexa menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi Sumi. Dan benar saja, wanita paruh baya itu sangat terkejut. Terlihat dari mimik wajahnya.
"Kuliah Non 'kan di Jepang?” tanya Sumi, bingung.
"Begini ceritanya, Mbok."
Alexa menjelaskan pada Sumi maksud dan tujuannya saat ini.