PART 137 - MAU JADI PUTRI DUYUNG

1111 Kata
selesai revisi Seperti biasa Dion menyiapkan sarapan untuk gadisnya. Tapi kali ini tidak ada nasi goreng kesukaan Sena. Mungkin gadis itu akan sedikit kecewa, Dion tidak memasak makanan kesukaannya. Tapi mengingat kondisi Sena masih dalam tahap pengobatan, Dion memutuskan masak bubur ayam. Dion juga memutuskan cuti dulu beberapa hari untuk menjaga Sena sampai Sena kembali normal. Dion meletakan semangkuk bubur di atas meja. Kemudian memasukan suwiran ayam di atasnya dan juga kecap manis. Setelah buburnya dibumbui dengan kecap asin dan juga kaldu. Dion meletakan mangkuk bubur di atas nampan kemudian membawanya menuju kamar Sena. Tok tok tok. Dion mengetuk pintu kamar. "Sen, aku boleh masuk?" "Boleh. Masuk aja." Dion tersenyum tipis. Sebenarnya tanpa perlu diketuk, tentu saja Dion boleh masuk. Tapi, kan takutnya kalau Dion tidak izin dulu, takutnya Sena sedang berganti baju atau melakukan hal privasi. Dion membuka pintu kamar Sena. Bibirnya menyunggingkan senyuman melihat Sena yang asyik membaca dongeng di atas ranjang. Sena duduk bersandar di bahu dipan. "Kamu baca apa?" tanya Dion berjalan menuju Sena. "Putri duyung," jawab Sena senang, tanpa menatap Dion. Sepertinya perhatian gadis itu teralihkan pada dongeng kesukaannya. Padahal masih ada 5 tumpuk lagi dongeng yang Dion pinjam di perpustakaan. Tapi gadis itu memilih untuk membaca Putri Duyung saja. "Sena makan dulu." Dion meletakan nampan di atas nakas. Sena mengangguk senang, "Iya." Dion tersenyum tipis, lalu meraih mangkuk dan duduk di pinggir ranjang. "Kamu udah lancar ya bacanya?" Sena mendongak, menatap sang kekasih, "Udah," ucapnya tersenyum. "Sena seneengg banget, Sena udah baca sampe halaman 20," ucap Sena tersenyum bangga. "Dua puluh?" Sena mengangguk, "Sena mau baca dongengnya sampai tamat. Sena suka banget." "Sena mau jadi Putri Duyung. Putri duyungnya cantik. Sena mau Dion," Sena tersenyum riang, lalu menunjukan gambar dongeng. Putri duyung yang sangat cantik. Rambutnya berwarna coral panjang indah bergelombang, dengan ekor berwarna hijau Aqua. Kecantikan yang terlihat seperti Dewi laut. Dion menelan ludahnya. "Sena suka!" ucap Sena senang memeluk bukunya posesif. Dion menggeleng, menepis pikirannya, "Sen … makan dulu yuk. Abis itu minum obat." "Dion masak apa?" "Bubur ayam." Raut wajah Sena tiba-tiba lesu, "Yaaaah, kok bukan nasi goreng," ucapnya cemberut. "Sena, kan sukanya nasi goreng buatan Dion." Dion hanya tersenyum, "Nanti kalau Sena udah sehat baru boleh makan nasi goreng lagi." Sena memanyunkan bibirnya, "Tapi Sena maunya nasi goreng. Kan setiap hari Sena selalu sarapan nasi goreng." Setiap hari Dion memang selalu membuatkan Sena nasi goreng. Gadis itu tidak pernah mau berganti-ganti menu sarapan. "Nanti ya Sena …" "Kalau gitu Sena ga mau minum obat," Sena menyilangkan lengannya di depan d**a, cemberut. "Sena …" bujuk Dion. "Ga mau." "Bubur juga sama kok enaknya kayak nasi goreng, cuma beda-beda tipis. Kan bahannya tetep sama beras juga." "Tapi Sena maunya nasi goreng." Dion mengusap rambut Sena lembut, "Nanti ya Sena. Kalau Sena udah sembuh berapapun banyaknya Sena mau nasi goreng Dion bikinin." Sena menoleh senang, "Serius?" ucap Sena semangatnya balik lagi. "Iya," jawab Dion tersenyum. "Asyiiiik! Kalau gitu Sena mau makan. Tapi Dion suapin ya." Dion hanya bisa terkekeh, dan menuruti kemauan Sena. Membujuk Sena tidak susah, cukup berikan saja apa yang gadis itu suka, Sena akan kembali ceria lagi. ***** "Makasih Dan, udah anterin ke tempat kerja." Mira tersenyum, menatap pria di sampingnya. Beberapa detik yang lalu mobil mewah milik Daniel berhenti di depan gerbang taman kanak-kanak. Daniel menoleh, "Kalo kamu mau aku anterin setiap hari," tawar Dion. Mira menggeleng, "Ga usah. Kamu juga ada kesibukan." "Mir." "Ya?" "Sekali lagi aku minta maaf soal-" "Ga usah dibahas lagi, Dan. Aku udah ngelupain masalah itu kok." Daniel tersenyum lebar. Kini mereka telah kembali seperti biasa. Seperti sepasang kekasih pada umumnya yang baru saja berbaikan. "Aku turun dulu ya." Daniel mengangguk, lalu membantu Mira melepaskan sabuk pengaman. "Byeee," Mira turun dari mobil, namun sebelum ia menutup pintu. Ia mengucapkan salam perpisahan. "Bye juga." Bam..! Mira menutup pintu mobil, lalu berjalan menghampiri tempat kerjanya. Daniel hanya bisa menatap wanita itu dari jendela mobil. Ia terus memperhatikan Mira sampai menghilang dari pandangan. "Maaf Mir aku ga beneran suka kamu," ucap Daniel yang menyiratkan sebuah tanda. Daniel memutuskan meninggalkan pekarangan sekolah. Melanjutkan perjalannya yang tertunda. ***** Mario duduk di bangku taman, dengan sebuah laptop di atas pangkuannya. Taman itu terletak di belakang fakultasnya. Bisa dibilang ini bukan taman bunga, tapi taman untuk belajar. Bahkan rumputnya bisa dipakai untuk tiduran. Biasanya para mahasiswa kalau enggan belajar di perpustakaan, pasti akan pindah ke sini. Lebih adem, dan banyak angin sepoi-sepoi, ya meskipun kalau siang agak panas. Tapi disini enak, serius. "Kalau Sena ketemu Daniel, bisa-bisa hubungan Dion sama Sena dalam bahaya." Mario sepertinya menyadari apa yang akan terjadi ke depan. Mario meng-scroll layar, menatap twitter milik Daniel. Jujur saja Mario dari kemarin-kemarin sudah mewanti-wanti. Dan ia tidak bisa membayangkan jika itu benaran terjadi. "Kayaknya si Daniel bukan tipe orang yang aktif di sosmed." Karena terlihat dari twitternya, Daniel terakhir update dua tahun yang lalu. Baiklah, Mario akan mencari-cari status lama milik Daniel. Dua tahun atau tiga tahun belakangan. Status yang berhubungan dengan Sena, bukan Davina. Ia tahu, Sena yang sebenarnya adalah Davina Li. Tapi ia ingin tahu apa hubungan Sena dengan Daniel. "Tunggu ... kalau Daniel ada hubungannya sama Sena, kenapa waktu itu dia ada di rumah Mira?" Mario mengusap-usap rahangnya, berpikir keras. "Apa hubungannya Daniel sama Mira?" "Pasti ada yang ga beres." "Gue yakin ada yang ga beres. Firasat gue mengarah ke situ." Mario semakin memutar otaknya, berpikir keras. Mencari cocoklogi dari peristiwa pertama Daniel mencari Davina di apartemen Dion, sampai ia bertemu dengan pria itu di rumah Mira. "Kok bisa ya? Gue bingung kenapa bisa." "Sebenarnya hubungan mereka berdua apa." "Apa jangan-jangan Mira komplotannya Daniel buat ngambil Sena dan jatuhin Dion?" "Atau Mira dijebak?" "Atau Mira juga ikut terlibat? Mario mengacak-acak rambutnya frustasi, "Aduh Mario ... kok bisa sih otak lu lemot gini." "Gimana caranya lu ngungkapin semuanya." Mario membuka ponselnya, membuka catatan digital. Disitu Mario ingin merangkai semua kejanggalan tentang Davina, dan juga Daniel. "Oke, kita urutin satu-satu." Mario mengetik setiap kejadian demi kejadian. * Sena tiba-tiba pingsan di lift dan menyebut nama Davina. * Daniel tiba-tiba dateng ke apartemen Dion mencari Davina. * Daniel datang ke rumah Mira. * Sena diculik secara misterius oleh mobil dengan plat nomor B 1246 C (plat mobil adalah fiksi) Mario meng-scroll layar, sampai akhirnya matanya membulat terkejut. Melihat kenyataan yang sebenarnya. Setelah susah payah ia mencari bukti di Twitter Daniel. "Berarti, Sena itu kekasihnya Daniel!" "Haa," Mario menutup mulutnya. Ia mengerti sekarang, kenapa Daniel ngotot datang ke apartemen Dion panggil-panggil Davina. Di Twitter itu terlihat Sena dan Daniel sedang selfie berdua. Dengan caption yang ditulis Daniel. Yang tercinta- Davina Li. Selamat Anniversary yang ke-3 tahun. Ga nyangka ya dari SMP sampai sekarang kita masih bertahan. Semoga selamanya. Loveyou.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN