PART 14 - JALAN-JALAN

1029 Kata
"Kamu seneng ya?" Sena yang sedang fokus menebalkan huruf abjad menoleh, menatap Dion yang sedang fokus menyetir. Ia mengangguk setuju, bibirnya terukir ke atas membentuk bulan sabit. "Iya! Sena seneeeeengg banget. Kata guru Mira, Sena pinter, tuh liat ..." Sena membalikan halaman 13, dan menunjukan nilai A+ yang terpampang besar disana. Sebenarnya Sena pintar, hanya saja karena cedera di otaknya, membuatnya tidak bisa membaca karena tidak ingat huruf. Dion tertawa kecil, lalu mengusap-usap puncak kepala Sena. Rambut Sena yang begitu halus seperti sutera, seolah-olah memintanya untuk diacak-acak. Dan tentu saja salah satunya, karena Sena selalu menggemaskan. "Jalan-jalan yuk," Dion menoleh sebentar, lalu kembali lagi melihat ke depan. "Jalan-jalan? Emangnya Dion hari ini ga sibuk?" ucap Sena sambil menebalkan huruf G dengan pulpen hitam. Dion menarik tuasnya, memindahkan gigi perlahan-lahan, memperlambat laju mobil. Karena di depan, banyak kendaraan yang melintas. Dan juga karena lampu hijau berubah menjadi kuning. Bersiap-siap untuk berhenti. "Engga." "Emangnya Dion ga kuliah?" "Emm ... hari ini Dion bolos." Dion mengerem mobilnya saat lampu merah menyala. "Kamu lagi ngapain?" Dion menoleh, menatap Sena yang sepertinya sibuk daritadi. "Ngerjain PR." Kini Sena menebalkan huruf J. Dion tersenyum lebar, "PR? Coba Dion lihat." Sena menegakan tubuhnya ke arah Dion. Menunjukan buku halaman 15, "Nih ..." ujarnya dengan senyum sumringah. "Hebat," puji Dion. "Iya ... kata guru Mira PR Sena dari halaman 15 sampai 20." "Karena Sena udah bekerja keras. Dion mau ngajak Sena main ke tempat yang bagus." Lampu berubah hijau, Dion kembali menancapkan gasnya menembus kota Jakarta. Yang hari itu, Jakarta seperti bekerja sama dengannya. Tidak macet seperti biasa. Mungkin karena jam 11 siang. Para pekerja sudah sampai di tempat kerja, dan anak sekolah sudah ada di sekolah. Ya, menurut logika Dion seperti itu. Sena bertepuk tangan senang, "Asyiiiiik. Dion mau ajak Sena kemana?" Dion menyunggingkan senyuman, "Tempat yang bikin kamu senang." ***** Dion dan Sena keluar dari mobil. Sena menatap sekelilingnya, bangunan ini seperti tidak asing. Tapi ia sendiri tak ingat, mungkin hanya perasaannya saja. Dion meraih tangan mungil Sena, menggenggamnya erat hingga jari-jari mereka saling mengisi. Dion mengangkat genggaman mereka ke udara, "Biar ga ilang." "Iya," ucap Sena riang. "Yuk," Dion menyejajarkan langkahnya dengan Sena. Jalan beriringan keluar dari tempat parkir, menuju tempat hiburan. Lebih tepatnya taman hiburan Jaya Ancol. Dion ingin seharian bersama Sena, sebelum akhirnya ia akan disibukan dengan banyak kegiatan outdoor di luar kampus. Dan persiapan untuk kelulusan. Ya, Dion adalah mahasiswa tingkat 4. Dan juga ketua BEM. Dion mengajak Sena masuk ke Sea World. Akuarium besar yang bisa melihat ribuan biota laut. Dion menggandeng Sena menyusuri terowongan bawah laut. "Waaaaaahh." Sena menatap kagum, ribuan ikan-ikan yang berenang bebas di atasnya. "Diooon banyak ikan." Sena melepaskan genggaman Dion, dan mendekatkan wajahnya ke arah aquarium. Ia begitu takjub melihat ribuan jenis ikan yang seakan terbang kesana-kemari di atasnya. Dion berdiri di samping Sena, menatap keindahan yang nyata. Surga bawah laut, yang bisa dilihat secara langsung. "Dion Dion itu apa?!" "Itu hiu." Sena bertepuk tangan gembira, melihat hiu sepanjang 4 meter sedang berenang ke arahnya. Hiu itu bahkan mendekatkan wajahnya ke akuarium. "Haaai." Dion tertawa. Mengacak-acak rambut Sena. "Mau aku foto?" "Mau mau!" Dion berjalan mundur, memposisikan kamera ponselnya ke arah Sena yang sedang berpose peace dengan hiu di sebelahnya. "Satu ... dua, ti-ga." Cekrek..! "Aaaaaaa coba liat." Dion berjalan mendekat, dan memperlihatkan hasil jepretannya. Sena meloncat-loncat senang, ia terlihat seperti sedang selfie bersama hiu. "Foto lagi! Foto lagi. Sena mau foto sama Dion." "Yuk." Dion menaikan ponselnya ke atas, menyorotkan kamera ke arahnya. Kini posisinya berpindah, Dion ke sebelah kiri. Dion-Hiu-Sena. Hiu berada ditengah-tengah mereka. Posisi wajah hiu juga seperti mau ikutan selfie. "Satu ... dua, ti-ga." Cekrek..! "Lagi-lagi!" ucap Sena semangat. Cekrek...! "Lagiiiiii." Selesai berfoto, Dion memberikan ponselnya ke Sena. Ia tersenyum, melihat Sena yang begitu ceria melihat jepretan mereka. Senyuman Sena, membuat hatinya terasa hangat. Galeri Dion hampir dipenuhi oleh foto mereka. Terutama Sena yang ber-selfie ria dengan banyak ikan. Dion menggandeng tangan Sena berpindah ke spot selanjutnya. Menyaksikan feeding show. Dimana para penyelam memberikan ikan-ikan yang berada di akuarium. "Waaah." Sena tak henti-hentinya mengagumi. Apalagi ketika para penyelam itu memberikan makan ke ikan hiu, yang tentu saja adegan itu hanya bisa dilakukan untuk orang-orang profesional yang memang benar-benar terlatih. Dion yang tak mau menyia-nyiakan adegan itu, merekamnya. Ia merekam aksi para penyelam hebat itu. Cara mereka berinteraksi dengan hiu, dan ikan-ikan besar lain, sungguh luar biasa. Dion mengarahkan kameranya ke Sena yang sedang memandang fokus akuarium. Selama satu menit, ia terus merekam Sena. Tanpa gadis itu tahu. Ia menatap pahatan wajah Sena dari balik layar. Wajah oval, dengan garis wajah yang tegas namun halus, hidung yang bangir, dan bibir yang sempurna. Dan rambut hitam yang memanjang hingga ke punggung. "Sena." Gadis itu menoleh, menatap Dion yang sedang merekamnya, "Dion lagi ngerekam Sena?" "Iya," Dion terkekeh. "Ih Dion." Sena menepuk lengan pria itu, sebal karena ia belum siap untuk direkam. Pria itu hanya tertawa. "Ga bilang-bilang kalau mau ngerekam." "Gapapa, kan cantik juga. Gimana kesan-kesan hari ini?" "Emm ... hari ini-" Sena berpikir sebentar. "Hari ini Sena seneng banget. Bisa jalan-jalan terus liat ikan sama Dion. Terus Sena tadi sekolah terus- terus, terus ada PR." Dion tersenyum di balik kamera, "Udah itu aja?" Sena mengangguk, "Udah." "Bilang dadah ke kamera gitu." Sena menggoyangkan tangannya, "Dadaah." Dion mematikan kamera ponselnya. Setelah puas melihat pertunjukan feeding show, Dion mengajak Sena ke touch pool. Tempat dimana kita bisa menyentuh satwa-satwa laut. Ada kura-kura raksasa, hiu kecil, dan berbagai jenis hewan lainnya. Sena mendekati salah satu akuarium, ia melihat bintang laut yang menempel di dinding akuarium. "Dion ini apa?" "Ini bintang laut." "Bintang laut?" Dion mengangguk, "Iya. Kalau di touch pool kamu bisa megang sama ngasih makan hewan-hewan yang ada di sini." Dion mengambil bintang laut yang menempel itu dengan hati-hati, ia hanya mengangkatnya sedikit dari air, tidak sampai ke udara. Tangannya masih terendam dalam air, "Nih, mau megang?" Sena menggeleng, "Aaaa gamau takut." Dion tertawa kecil. Sena mencoba mendekat, menatap bintang laut merah oranye berbintik-bintik hitam. Lucu memang. Sena mengarahkan telunjuknya dan sedikit meletakan jarinya di atas perut bintang itu. kemudian mengangkatnya lagi. "Lucuu." "Iyaa, kamu mau megang?" Sena menggeleng, "Engga, takut." Dion tersenyum, lalu kembali meletakkannya ke dalam air. "Dia harus kembali ke habitatnya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN