Part 28

1392 Kata
Fherlyn mengamati Arsen yang terdiam dan tak menjawab. Seolah kesusahan menjawab pertanyaannya sedangkan jawaban pertanyaannya hanya cukup memilih antara ya dan tidak. Walaupun resiko sakit hati dalam pilihan tersebut cukup besar. Di detik berikutnya, Fherlyn benar-benar menyesal telah melontarkan pertanyaan tersebut. “Dasar wanita dan pemikirannya yang rumit.” “Apa maksudmu?” “Kenapa kau tiba-tiba mengalihkan pembicaraan?” Mata Arsen memicing menatap Fherlyn lebih lekat. Fherlyn membuang tatapannya dan menggeleng. “Tidak.” Empat tahun yang lalu, mendapati Arsen tidur dengan wanita lain adalah satu-satunya hal yang tak sangup ia jalani. Salah satu hal yang menghantui hidupnya selama menyendiri. Dan kemiripan wajah Adara yang diturunkan dari Arsen, jelas semakin menyulitkan dirinya untuk menyembuhkan luka tersebut. Setiap ia melihat Adara, wajah putrinya selalu mengingatkannya akan luka hati yang diberikan Arsen. Meskipun ia selalu memendamnya rapat-rapat dan mengingatkan diri bahwa luka hati tersebut karena tindakannya sendiri yang tak mungkin ia limpahkan pada putrinya yang tak berdosa. “Tidak untuk mengalihkan pembicaraan atau pertanyaan itu memang untuk membuang rasa penasaranmu selama empat tahun ini?” Fherlyn mengerjap dengan cepat karena terkejut. “Aa ... ku ...” Mendadak Arsen teringat sesuatu. “Apa itu yang membuatmu pergi meninggalkanku? Karena berpikir aku tidur dengan wanita lain dan kau cemburu lalu membalas dendam dengan membawa anakku pergi?” Fherlyn merasa tersudut. “Apa karena itu kau melemparkan tuduhan tak bertanggung jawab itu padaku? Mengatakan bahwa seolah aku adalah pria berengsek yang meniduri banyak wanita di belakangmu?” Fherlyn beringsut menjauh dengan Arsen yang semakin memojokkannya. Lalu, tersentak kaget ketika pria itu tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya. “Aku akan menjawab pertanyaanmu jika kau juga menjawab pertanyaanku. Adil, bukan?” “Ke ... kenapa ... kau tidak mengajukan pertanyaan yang sama saja?” Fherlyn terbata. “Aku sudah tahu jawabannya.” Arsen tersenyum sinis. “Kau bukanlah wanita yang akan membiarkan pria naik ke ranjang dengan hatimu yang kugenggam. Atau ... sebutkan pria mana yang mau berteman denganmu setelah acara kencan buta yang diatur kedua orang tuamu?” Seketika bibir Fherlyn terkatup rapat. Dengan kesan sangat buruk yang ia bekaskan pada mantan kencan butanya -jari yang patah, steak dengan saus pedas yang melayang ke wajah dan hampir membuat teman kencannya buta, pisau steak yang terjatuh dan hampir menusuk telapak kaki, atau bahkan kopi panas yang menumpahi paha-. Tentu saja mereka tak akan mengambil resiko nyawa mereka terancam di pertemuan ke dua. Meskipun masih ada beberapa pria tak dikenal yang mencoba mendekatinya, Fherlyn sendiri lebih memilih menjauh dan menutup hatinya rapat-rapat. Melupakan bayang-bayang Arsen adalah kegagalan terbesar dalam hidupnya. “Jadi, ya atau tidak?” Arsen menarik tangan Fherlyn hingga wanita itu bergeser dan tubuhnya menempel di d**a Arsen. Tatapan Fherlyn turun ke bawah ke arah d**a bidang Arsen lalu mengangguk sedikit. “Aku tak akan menyangkal jika kau berpikir aku pria berengsek, Fherlyn. Tapi aku bukan p****************g yang akan naik ke ranjang dengan sembarang wanita. Dan kau memang bukan wanita pertama yang kutiduri, tapi seharusnya kautahu aku tak pernah meniduri dua wanita atau lebih di saat yang bersamaan.” Mata Fherlyn mengerjap lalu bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri. “Aku adalah pria yang ...” “Bertanggung jawab,” potong Fherlyn lirih. “Aku tahu.” “Lalu kenapa kau bisa berpikir sejauh itu?” Fherlyn terdiam. “Aku ... mungkin karena aku tidak yakin pada diriku sendiri.” Suara Fherlyn sangat lirih. “Apa itu menjawab pertanyaanmu sendiri?” “Tapi malam itu, dia yang mengangkat telponmu.” Arsen mengerutkan keningnya. “Aku tak ingat malam mana yang kaubicarakan dan aku tak akan membuang waktu untuk mengingat masa lalu yang sudah jauh tertinggal. Jadi ...” Arsen menyentuh dagu Fherlyn, menaikkan wajah wanita itu agar tatapan mereka berdua beradu. “... jangan mengorek-ngorek luka yang sudah mengering atau memikirkan hal yang membuatmu tersiksa sendiri. Apa kau mengerti, Fherlyn?” Fherlyn mengangguk dengan patuh. Arsen menurunkan sedikit wajahnya dan mencium bibir Fherlyn. Tak cukup satu ciuman, ia melumat bibir Fherlyn dalam dan semakin dalam. Membawa Fherlyn dalam pangkuannya dan telapak tangannya sudah menyelinap di antara celah dress Fherlyn menyentuh kulit telanjang perut istrinya. “Nyonya?” Panggilan bernada canggung dari arah belakang membuat Fherlyn tersadar dan mendorong Arsen menjauh. Masih dengan kabut gairah yang dipancing oleh Arsen, ia mendongakkan kepala. Menatap malu pada pelayan yang menundukkan kepala dalam-dalam. Arsen menggeram keras. Menatap tajam dan membentak pelayan tersebut. “Ada apa?!” Pelayan tersebut tersentak kaget. Dengan tergagap pelayan itu menjawab, “Aa ... da ... tamu di depan. Mencari nyonya.” Fherlyn bergegas turun dari pangkuan Arsen. Merapikan pakaiannya sambil menggerutu. “Kau tak perlu membentaknya, Arsen. Dia hanya bekerja padamu,” bela Fherlyn setelah pelayan itu pergi. “Bukan salahnya datang mengganggu. Salahmu yang tak tahu tempat dan waktu untuk berbuat mesum.” Arsen menangkap lengan Fherlyn, menarik wanita itu untuk kembali duduk di pangkuannya. “Berbuat m***m kau bilang?” Fherlyn menggigir bibir bagian dalamnya. “Wajahmu memerah dan kau membalas ciumanku. Kau menyukai kemesumanku, kan?” Wajah Fherlyn sepenuhnya merona dan terasa panas membakar oleh rasa malu. “Dan jangan salahkan kemesumanku, tapi salahkan dirimu yang selalu menarik untuk dicumbu di mana dan kapan pun.” “Aku tidak menggodamu,” sangkal Fherlyn. “Seluruh tubuhmu dipenuhi dengan godaan.” “Dan itu bukan salahku.” Fherlyn melompat turun dari pangkuan  Arsen dan segera menjaga jarak sejauh mungkin dari jangkauan tangan Arsen. “Tamuku sedang menunggu,” pungkasnya sambil berlari menjauh menuju pintu halaman belakang. Arsen hanya tersenyum memandang punggung Fherlyn yang semakin menjauh. Menghela napas panjang. Wanita itu, masih memenuhi hatinya.   ***   “Jadi MH juga menawarkan pengajuan proposal pada Darren?” Arsen yang sibuk mengeser-geser layar macnya mengangkat kepala ke arah Fherlyn yang duduk di seberangnya. Mempelajari berkas-berkas yang terhampar hampir memenuhi meja santai mereka. Bukan hanya di meja, tapi juga di kursi di samping kiri dan kanan wanita itu. “Kau bisa memakai ruang kerjaku jika kau mau.” Fherlyn menggeleng. Menunggu jawaban dari pertanyaannya. “Aku yakin kau tak punya alasan untuk menolak kami, kan?” Fherlyn akui bahwa perusahaan Arsen adalah satu-satunya perusahaan yang menawarkan kerjasama dengan kesepakatan paling menarik, tapi ia tak akan mengakui hal itu di depan Arsen. “Aku akan membahasnya secara mendetail dengan Aldric,” jawab Fherlyn sambil lalu dan menyisihkan berkas yang dipegangnya ke samping sebelum kemudian melanjutkan membolak-balik berkas selanjutnya. Kini Arsen tak tertarik melanjutkan membaca email dan meletakkan macnya di meja di satu-satunya sisi meja yang tak dipenuhi berkas-berkas Fherlyn. “Aldric?” Fherlyn hanya menjawab dengan anggukan, tanpa sedikit pun bersusah payah untuk mengangkat kepala dan membalas tatapan Arsen. “Kenapa?” “Bukankah dia yang mengajukan proposal itu? Kupikir dia tahu lebih detail tentang hal-hal yang kuinginkan dan MH inginkan. Jadi kami akan menemukan beberapa kesepatakan inti yang paling efisien sebelum menyetujui kerjasama ini.” “Kenapa kau tidak bertanya padaku saja?” Rahang Arsen terkatup rapat dan bibirnya menipis saat mendesiskan pertanyaan yang penuh kecurigaan dan bernada tuduhan tersebut. Fherlyn berhenti membuka lembaran di hadapannya saat menyadari suara Arsen yang sedikit menajam dan tatapan pria itu yang terasa menusuk. Entah apa yang membuat pria itu tiba-tiba terlihat seolah menahan amarah. “Proposal itu bisa sampai di tanganmu tentu atas ijin dariku. Dan aku tak akan membiarkan proposal itu lolos tanpa aku mengerti apa yang telah kutandatangani.” Fherlyn mengangguk kaku. Ya, dia tahu proposal ini juga sampai di tangannya tentu atas ijin dari Arsen. Dan sebelum Arsen menandatangani berkas tersebut, pria itu pasti membacanya dengan sangat teliti. “Ta ... pi, bukankah ini pekerjaan direktur pemasaranmu? Dan kau tak perlu ikut turun tangan selama kami bisa melakukan pekerjaan kami dengan baik.” Arsen menyumpahi kata ‘kami’ yang diucapkan oleh Fherlyn yang ditujukan untuk wanita itu dan Aldric. Untuk pertama kalinya Arsen kehilangan kata-kata menjawab pertanyaan Fherlyn. Ikut campur masalah ini hanya akan memperlihatkan pada Fherlyn bahwa ia cemburu membayangkan Fherlyn dan Aldric membuat janji temu di salah satu ruang pribadi di restoran mewah di pusat kota. Hanya mereka berdua. Dengan suasana yang mendukung lalu ... aarrgghhh ... Arsen tak akan membiarkan hal semacam itu terjadi. “Aku hanya mengingatkanmu. Bahwa sekarang kau adalah seorang wanita yang bersuami.” Arsen berusaha mencari alasan yang masuk akal. Meskipun itu terdengar seperti rengekan di telinganya. “Kau tak perlu mengingatkanku, Arsen. Dan kau tak perlu sekhawatir itu. Ini hanya masalah pekerjaan.” “Aku hanya bersikap realistis. Seorang wanita dan pria dewasa berada dalam ruang tertutup. Kaupikir apa yang akan mereka lakukan?” Fherlyn terdiam. Keningnya berkerut dalam tak memahami dengan baik kata-kata Arsen dan dengan polosnya dia bertanya, “Apa?” Arsen mendesah frustrasi. Mungkin ia percaya Fherlyn tak akan tertarik dengan pesona Aldric. Tetapi ia tak bisa menjamin Aldric tak melakukan tindakan agresif yang tak mampu Fherlyn tolak. Lalu keduanya terjebak dalam hubungan terlarang di belakangnya. Ia bersumpah tak akan memaafkan Fherlyn dan membuat wanita itu menderita seumur hidup jika sampai kecerobohan semacam itu terjadi. Fherlyn hanya boleh bertindak gegabah terhadap dirinya. Sialan, hanya Aldric William satu-satunya pria di dunia ini yang menjadi ancaman terbesar untuk merebut Fherlyn dari genggamannya. Walaupun dengan pernikahan sah yang telah mengikat kedua jari manis mereka, entak kenapa ancaman itu masih menggantung di atas kepalanya. “Lupakan!” bentak Arsen sambil berdiri dan berjalan keluar. Fherlyn tersentak kaget ketika pintu kamar mereka dibanting sangat keras oleh Arsen. “Kenapa dia tiba-tiba marah seperti itu?” tanya Fherlyn pada dirinya sendiri.   ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN